[BELUM DI REVISI]
Perasaan cintanya terhadap sang Kakak membuat Febi tidak berdaya.
_________________________
Cerita Aunty Febi setelah menikah.
❗Karena ini sekuel, jadi HARUS baca 𝗕𝗮𝗱 𝗔𝘂𝗻𝘁𝘆 dulu supaya nyambung.
Start: 08 November 2023
End:...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selain menunggu suaminya pulang, rutinitas Febi setelah menikah adalah mandi, makan, tidur siang jika ingin, dan menjaga Fariq.
Tidak ada perbedaan seperti saat Fariq masih di kandungan. Febi seringkali merasa bosan. Bedanya setelah Fariq lahir, Febi sudah tidak terlalu bergantung lagi pada ponsel. Jika suasana hatinya sedang buruk, maka Febi akan mendatangi kamar Fariq untuk sekedar memantaunya ataupun mendekor ulang kamar putranya.
Febi tersenyum lebar menyaksikan Ayah dan Ibu tirinya yang terkejut melihat kehadirannya. Ia sepertinya pecinta kejutan deh, karena ia senang sekali mengunjungi rumah orang tanpa memberi kabar dulu.
Dewi yang peka putrinya merasa pegal pun buru-buru mengambil alih Fariq. "Kalian ke sini diantar siapa?" Tanyanya setelah Fariq sudah berpindah ke gendongannya.
"Sama Pak supir."
"Kabiasaan." Hasan mencubit pipi Febi, membuat putrinya itu lantas mengeluh kesakitan. Hasan mencibir. "Meni lebay pera diciwit ge. Terus kumaha atuh ceuk si Ammar?"
Sambil mengusap pipi, Febi mengerucutkan bibir.
"Dia nggak tahu aku ke sini. Biarin lah, orang ke rumah orang tua sendiri kok. Entar suruh nyusul aja kalo memang nyariin." Kemudian Febi melenggang begitu saja memasuki rumah Hasan.
Setelah melahirkan, baru hari ini Febi mengunjungi rumah Hasan. Putrinya Pak Ahmad Hasan ini tidak perlu memakai yang aneh-aneh agar tetap terlihat cantik. Cukup kaus putih lengan pendek dan celana jeans biru tua saja, Febi sudah seperti remaja umur sembilan belas tahu alias awet muda.
Febi terkejut saat dirinya baru sampai di ruang tamu. "Loh, ada Ellie ternyata."
Dewi dan Hasan berjalan beriringan menyusul Febi.
"Kamu lupa, ya? Ellie kan memang selalu di sini kalau Papanya lagi kerja. Ellie sering nanyain kamu loh, katanya kok nggak pernah ada Aunty di sini."
Febi duduk dan mengusap kening Ellie yang tengah tertidur. Yah, bagaimana mau ke sini, sedangkan Ammar saja begitu ketat menahannya di rumah. Kalau pun ia memaksakan diri untuk datang, pasti nantinya akan bertemu dengan Elang.
Itu sudah pasti.
Seperti malam ini, Elang akhirnya pulang juga. Bersama ekspresi judesnya yang tampak lelah, pria itu berjalan tegas menuju putrinya yang sibuk mengoceh ditemani Febi. Tanpa repot-repot menyapa sang Adik, Elang menuntun putrinya agar turun dari kursi makan.
"Papa ndak acalamu'alekum."
"Papa lagi buru-buru," kata Elang sambil terus berjalan menuju pintu. Dia ingin langsung pulang tadinya, namun seruan sang Ibu dari arah tangga membuat Elang mau tidak mau harus menghentikan langkahnya.
Seharusnya ia berlari saja tadi.
"Buru-buru banget," ujar Dewi setelah dirinya sampai di hadapan Elang. Putranya itu kelelahan, bisa terlihat dari raut wajahnya yang lesu. "Tunggu dulu―"