24. Tamu tak Diundang

1.1K 107 41
                                    

"Mas nggak bilang sebelumnya, kalau kamu dan Ellie bakal tinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas nggak bilang sebelumnya, kalau kamu dan Ellie bakal tinggal. Kalian baik-baik aja kan di Singapura?" Tanya Dewi setelah membuka pintu kamar tamu, kamar yang tadi malam dipakai putranya untuk beristirahat.

Elang teralihkan dari tablet yang dipegangnya, melirik sebentar pada Dewi yang berdiri di sana sambil memegang kenop pintu. "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, semuanya baik-baik aja."

"Terus, bisnismu yang joinan sama suaminya Tami itu gimana?" Dewi bergegas mendekati Elang. Ia menatap Elang penuh penasaran. "Waktu itu, Mas harus cepat-cepat ke sana karena masalah kerjaan kan?"

Elang mengangguk. "Alhamdulillah, udah kelar," katanya tanpa memutus pandangan dari layar tablet yang menampilkan Excel. "Kita baru bisa pulang sekarang karena urusannya pun baru normal lagi setelah Oktober."

"Iya, Ibu nggak mempermasalahkan itu kok. Tapi, memangnya kamu nggak bakal kesulitan kalau nanti tiba-tiba ada masalah lagi?"

Waktu tempuh penerbangan dari Indonesia ke Singapura memanglah tidak lama. Namun, Dewi yang masuk ke dalam jajaran kaum mendang-mending ini―merasa kurang setuju jika putranya harus mengeluarkan banyak biaya untuk bolak-balik ke luar negeri.

"Semoga nggak ada masalah lagi. Sekarang udah lebih santai. Mbak Tami dan suaminya juga nggak mempermasalahkan tentang aku yang mau kerja jarak jauh."

Elang sudah membahas ini bersama kerabatnya yang ada di Singapura. Mereka setuju dengan keputusan Elang yang ingin mengelola bisnis mereka di Indonesia. Tidak apa-apa, kata suaminya Mbak Tami. Lagipula, Elang sudah berkontribusi sangat banyak.

Dewi segera duduk di tepi ranjang, mengusap bahu Elang dan mencoba untuk melunakkan hatinya.

"Semalam bukannya nggak mau bahas Febi. Mas kan baru nyampe, Ibu pengennya Mas istirahat dulu."

Elang menghela napas, mengerti bahwa alasan utamanya adalah Dewi tak mau ada keributan antara ia dengan Hasan. "Nggak apa-apa. Percuma juga bahas, kalau sama-sama nggak tahu Febi di mana."

Semalam, Elang dan Hasan ribut perkara perginya Febi. Hasan secara tak langsung menyalahkan Elang, membawa-bawa masalah yang telah lalu yaitu penyebab diceraikannya Febi oleh suaminya. Intinya, Elang adalah perusak rumah tangga orang. Febi tak akan hamil anaknya jika Elang mau menahan diri untuk tak meniduri Adik tirinya.

Itu unek-unek Hasan yang tak disebutkan secara gamblang. Kekesalan Hasan bertambah banyak ketika Elang malah pergi disaat Febi harus menghadapi damprat dari hubungan kotor mereka. "Mulut suami Ibu kayak mulut perempuan."

Dewi menatap kosong ke arah nakas. Sementara itu, tangan kanannya masih berada di bahu Elang. "Ibu nggak membenarkan sikap Hasan. Tapi, Ibu juga nggak mau putra Ibu dicap sebagai anak yang nggak punya akhlak sama orang tua. Orang tua keras kayak Hasan nggak pernah mau ngalah. Daripada diajak debat, lebih baik dihindari kan, Mas?"

"Bukannya nyariin anaknya malah sibuk ngatain anak orang lain."

"Tidur di sini lah beberapa hari lagi, temenin Ibu." Dewi mengalihkan pembicaraan. "Mas bilangnya serba dadakan. Pertama; bakal stay di Indo, kedua; bakal pulang ke rumah lama."

Bad Aunty : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang