01. Haus

6.3K 127 8
                                    

⚠️18+

Di kamar nuansa putih itu seorang pria duduk dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kamar nuansa putih itu seorang pria duduk dengan tenang. Punggungnya bersandar, setengah tubuhnya ditutupi selimut, dan di tangannya ada buku tebal yang akhir-akhir ini menemaninya saat sedang luang. Pria itu adalah Elang, Papa anak satu yang beberapa bulan lalu resmi bercerai. Memang cukup rumit prosesnya, namun karena kesabaran yang tebal, dia akhirnya berhasil melepaskan diri dari ketidakjelasan pernikahannya dengan Aira.

Elang membuka lembaran baru dan bersamaan dengan itu, pintu kamarnya dibuka. Seorang wanita masuk dan tak lupa menutup pintu di belakangnya. Dia melangkah pasti dan berhenti di depan ranjang, menatap Elang dengan raut wajahnya yang bahagia.

Elang membalas tatapan itu dan tersenyum tipis nyaris tidak terlihat. Lalu setelahnya fokus lagi pada buku yang dibacanya. Sejujurnya Elang sedang kesal pada wanita itu. Dia tidak mengabari dulu ingin datang ke rumah ini. Dia tiba-tiba datang malam hari dan itu berhasil membuat Elang kesal namun juga khawatir.

Sesaat hanya diam mematung, Wanita itu akhirnya naik dan merangkak di atas ranjang. Lalu secara perlahan menyelinap ke dalam selimut yang dipakai Elang.

Elang mengalihkan pandangannya dari buku. Ia menatap lamat-lamat pada selimut yang kini bergerak-gerak. Kepala wanita itu semakin dekat hingga akhirnya sampai di perut bawah Elang. Saat tangan lentik itu ingin menurunkan celana yang dipakai Elang, Elang pun buru-buru menaruh buku.

"Bi." Elang memasukkan kedua tangannya ke dalam selimut untuk menarik bahu wanita itu. Ia menatap wanita itu dengan dalam "Jangan." Tangan kanannya terangkat menyentuh tengkuk Febi. Ia mengusapnya dan menariknya mendekat.

"Mas―"

"Jangan," ujar Elang lagi sambil menggelengkan kepala. Jika Febi ingin menyenangkannya maka Febi cukup menciumnya saja. Elang sudah sangat bersyukur untuk itu.

Febi memanyunkan bibir.

"Tapi aku mau."

"Nggak harus kayak gitu."

"Memangnya kenapa? Aku nggak jago ya service-nya?"

Menghela napas, Elang menarik Febi agar semakin dekat dengan tubuhnya. Ketika Febi sudah mengalungkan lengan pada lehernya, Elang pun berujar. "Cium aja."

Febi yang mendengar itu jelas langsung mendekatkan wajah. Tanpa banyak bicara, Febi memejamkan mata dan mengandalkan satu tangannya untuk menangkup rahang Elang.

Mereka berciuman panas. Febi menggigit gemas bibir Elang dan mengajak pria itu berperang lidah. Ciuman ini sedikit berantakan karena yang mengandalkan perasaan hanya Elang, sementara Febi agak terburu-buru karena sudah ditutupi kabut nafsu.

Tangan Febi tiba-tiba turun melepaskan satu persatu kancing piyama Elang, membuat ciuman mereka terlepas.

Napas keduanya memburu. Tanpa memutuskan tatapan mereka, Febi tetap bergerak melepas kancing-kancing tersebut hingga kini tubuh atletis Elang bisa Febi lihat.

Bad Aunty : After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang