2

934 113 10
                                    

Kepingin tahu isi mimpiku semalam? Liburan di Bali. Menatap sunset lantas danced the night away di Kuta.

"Liburan itu bukan dimimpiin, Jen, tapi dilakukan." Komentar Rose sambil menuangkan orange juice ke dalam dua gelas. "Kenapa sih lo ga cuti aja?"

"Ngga sempet, Ros. Kerjaan gua tuh banyak banget." Aku memberi alasan.

"Alasan! Eh, Jen, gua tinggal di sini udah 2 tahun setelah lo cerai sama Jisoo. Dan ga pernah lihat lo tuh liburan. BorderBank bank juga ga akan tutup kalo lu ga masuk seminggu."

"Bukan ini masalahnya, Rose."

"Jadi apa? Go our, Jen. Have fun!"

Heh? Maksud si Rose apaan sih? Emangnya selama ini aku ngga have fun? Bukannya minggu lalu juga aku ikut dia dan teman-temannya clubing sampe subuh.

"Maksud gua bukan sekedar hangout atau menikmati weekend doang, Jen." Ujar Rose seperti bisa membaca pikiranku.

"Maksud gua itu, lo ambil cuti, trus liburan ke mana kek, jauh dari Jakarta, jauh dari kesibukan lo. Kalau perlu ga usah bawa HP, laptop, atau apalah yang suka lo bawa ke mana-mana itu. Get away from Jisoo for a while...."

"Hah? Maksud lo?" Aku menatapnya bingung.
"Get away from Jisoo? Emang selama ini lo pikir gua nempel-nempel sama dia? Ogah banget!"

Rose menghela napas dan duduk di depanku.

"Jen, sorry ya, bukannya gua ga dukung lo sama Jisoo berhubungan setelah kalian bercerai. Tapi kayaknya lo harus coba jaga jarak. Gimana mau move on kalo masih berhubungan terus sma Jisoo?"

Aku menggelengkan kepala. "Kenapa semua orang selalu berpikiran kaya lo gini. Teman-teman yang lain juga gitu."

"Karna lo masih kan, Jen? Kemarin pas lo sakit, kenapa harus nelpon dia?"

"Catet ya, Rose, gua ga berhubungan sama dia. Cuma gua perlu sama dia karena dia itu dokter gua. That's it."

"Memangnya nggak ada dokter lain di Jakarta ini?"

************

Sudah pusing dengerin Rose ceramah tadi pagi dan sekarang harus stuck di rapat yang paling membosankan ini. Pak Yanto mengundang tim risk managemen untuk menyampaikan presentasi tentang review kualitas kredit. Aku menahan tawa saat Lim, sahabatku di kantor sudah menguap sambil pura-pura membaca folder presentasi dengan serius. Dari pada dengerin bos ngomong mending chatingan sma Lim.

To : Lim Manohara (Nama aslinya Manoban 🤭)
Lim, moncongmu itu mangap lebih gede dikit aja, kepala pak Yanto juga bisa masuk!

Cuma perlu nunggu 20 detik, si Lim pasti langsung membalas.

From : Lim Manohara
Eh, temenku ini sudah pintar bahasa Medan ya. Pak Yanto? Kalau kepala Sana sih gapapa.

"Emang dasar lo ya, liat barang bagus dikit aja langsung nyamber." Aku berkata pada Lim saat dapat selesai.

"Jen, kalau gua ga ingat Jisoo mungkin bakal mutilasi gua pakai pisau bedah, lo juga udah dari dulu gua samber." Celetuk Lim.

"Sableng." aku ketawa. "Tapi kan sekarang Jisoo udah bukan laki gua lagi. Berani ga lo nyamber gua?"

"Halah, males gua, lo sama dia kan cerai tapi ecek-ecek doang. Buktinya lo masih berhubungan sama dia kan?"

"Capek gue, capeeeeeek! Lo sama Rose sama aja, berapa kali gue harus bilang, antara gue dan Jisoo itu udah nggak ada apa-apa lagi. Lo berdua itu budeg atau bloon sih?" Aku meletakkan berkasku di meja.

Lim tersenyum, bersedekap, dan duduk di depanku. "Apa kata lo deh, Jen."

"Serius gue nih, Lim," aku berkeras. "Capek gue kalau lo berdua terus ngomong gue masih ada apa-apa sama Jisoo. Dia itu sekarang cuma dokter gue, itu doang."

Divorce (JenSoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang