16

630 118 39
                                    

Jennie bukannya tidak senang tinggal di New York. She always love New York in the fall. You know what else she love about New York? This city gave me a zillion fashion possibilities. New York juga surganya vintage shops——hobi berbelanja fashion item unik ini kebawa——bawa dari zaman di Canberra dulu bareng Rosse si Victoria Beckham wannabe itu. Jennie paling suka belanja vintage T-shirts di What Goes Around Comes Around, kaus-kaus bergambar punk band berbagai warna yang sering kupadukan dengan jeans, boots dan cropped jackets, yang dia kenakan sepanjang weekend, mengisi waktu dengan mengitari Tribeca, Greenwich, berlagak jadi orang kaya dengan keluar-masuk butik sepanjang Fifth Avenue, nyushi sore-sore di Kokura sebelum belanja bubuk kopi dan pastry di Depan and Deluca, sampai nonton film di seputaran Time Square malamnya. Just another perfect weekend in the big apple.

Tapi itu dulu, lima tahun yang lalu, saat dia ditugaskan belajar selama tiga bulan di BorderBank Banking School di Financial District. Dan sekarang, di saat dia sedang sendirian di dalam lift yang membawanya turun dari lantai 23 ke lantai 11, menuju rapat yang harus dia hadiri di divisi lain, bayang-bayang menyenangkan kota New York bermain seperti slide di kepalanya.

Moving to New York with Hyunjin would be awesome.

"Jadi maksudnya dia minta elo berhenti kerja setelah nikah sama dia supaya bisa ikut dia ke New York?" ujar Rosse kaget saat Jennie bercerita padanya beberapa hari yang lalu.

Berhenti dari pekerjaan agar Jennie bisa bersamanya adalah... akan menjadi sesuatu yang tidak bisa Jennie putuskan saat ini.

"Emang kalau elo juga minta pindah sama kantor lo ke New York nggak bisa ya, Jen?" katanya lagi. Jennie menghela napas, menggeleng.

"Susahlah, Ross. Gue tuh RM, kerjaannya mengelola portfolio kredit, sangat geographical bound. Di Border New York udah ada orang-orang khususnya, kali, yang kerjanya sama kayak gue. Memangnya gue tahu apa tentang business banking di sono sampai bos gue yakin banget mau mindahin gue?"

Andai Jennie punya client service team sendiri untuk memenuhi keinginan Hyunjin.

"Jen," panggil Rosse saat Jennie kembali melamun.

"Hmm....."

"Elo tau soal Jisoo yang dimutasi ke perbatasan konflik Timur Tengah sebagai dokter bantu di sana?" Tanya Rosse penasaran. Dia sudah mendengar berita ini dari Seulgi. Calon suaminya itu menceritakan ketidak adilan pihak rumah sakit terhadap Jisoo. Enak saja yang lain hanya diturunkan ke bangsal bawah tapi Jisoo malah ditendang jauh.

"Mutasi? Kenapa?" Jennie sangat terkejut tapi mencoba menahan rasa itu dan mengeluarkan tatapan peduli tidak peduli.

"Seulgi bilang karna kasus gagalnya operasi bayi kembar siam bulan lalu. Tim dokter yang mengoperasi terpaksa diberi punishment, termasuk Jisoo."

Penjelasan Rosse membuat Jennie merasakan rasa sesak dan bersalah. Jelas saat itu fokus Jisoo tidak hanya tertuju kepada pasien bayi kembar siam tersebut tapi juga tertuju kepada Maminya. Jennie tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Jisoo dengan kegagalan operasi ditangannya sendiri. Saat Jisoo terpuruk karna hasil yang kurang baik dari pekerjaannya di rumah sakit, Jennie lah tempat dia menenangkan jiwa, Jennie lah yang bisa membuatnya nyaman, dan hanya Jennie yang tau apa yang harus dilakukan untuk menenangkan Jisoo. Tapi itu dulu. Sekarang situasi sudah berbeda.

"Jen.." panggilan dari Rosse membuat lamunan Jennie buyar.

"Kapan berangkatnya?" tanya Jennie.

"Gue kurang tau. Mungkin minggu depan." jawab Rosse.

Saat Jennie kembali larut dalam lamunan, ponselnya berdering dan nama Hyunjin tertera di layar ponselnya. Hyunjin mengajaknya jalan malam ini.











Divorce (JenSoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang