15

712 107 40
                                    

Setengah jam setelah menemani Rosse berkeliling mencari keperluan acara nanti malam, kami bertiga, aku, Lim, dan Rosseana sudah duduk manis di Mandarin Spice di lantai lower ground Senayan City. Aku sebenarnya lagi pengen laksanya Secret Recipe, tapi Rosse lagi tergila-gila udang telur asin.

"Nggak salah pilihan lo nih, Ross, enak banget," Lim melahap dua ekor udang.

"Kapan sih, Lim, selera gue itu salah," Rosse berkata bangga.

Aku memilih mengunyah sepotong tahu yang dimasak hot plate dengan sambal yang... sialan!!

"Hah... hah," aku langsung meneguk satu gelas ice lemon tea sampai ludes.

"Kenapa lo?"

"Sumpah, Ross, pedes banget, mau copot lidah gue," aku masih terengah kepedasan.

Rosse langsung tertawa meledek. "Norak lo, segitu aja pedas. Lebih pedas juga bibir si Lim kalau lagi menghina orang."

Lim ikut ketawa. "Lebih pedas bibir Rosse kalau lagi menghina gue."

Daripada ikut-ikutan membahas lebih pedas mana, mending aku mengunyah es batu yang masih tersisa di gelas, paling nggak cukup dingin untuk membuat lidahku mati rasa.

"Eh, Jen, Hyu8 sering ngajak elo makan yang pedas-pedas dong ya?" ujar Lim.

"Maksud lo? Apa hubungannya?" kataku.

"Lo ngga tahu betapa hot-nya penampilan lo ketika kepanasan karena cabai dan mengunyah es seperti itu?"

Uhukk!! Aku langsung keseleg es, dan tawaku meledak. "Jadi begini ya, Lim, tipe-tipe one-liner yang elo pake untuk memikat cewek-cewek koleksi harem lo itu?"

"Eh, gueee," Lim nyengir lebar.

"Untung ya, Jen, kita udah tahu busuk-busuknya nih orang, jadi nggak ikut jadi korban," ujar Rosse.

"Ah, itu karena gue nggak usaha aja sama kalian. Kalau gue kerahkan daya pikat gue dikit aja, bakal jadi adegan yang hot banget tuh. Elo berdua berantem jambak-jambakan, cakar-cakaran memperebutkan gue. Huahahaha!" Lim tertawa terbahak-bahak, penuh kebanggaan.

"Ih, gila, ini orang narsis abis," Rosse menggeleng-gelengkan kepala. "Nggak penting juga kita bahas dia. Eh, Jen, nyokap lo gimana?"

"Baik," jawabku. Aku merasakan raut wajahku agak berubah saat teringat pertemuanku dengan Jisoo semalam.

"Kok wajah lo jadi aneh gitu?" komentar Lim.

"Aneh gimana? Awas lo kalau bilang how hot you look itu lagi."

"Hehehe, masih sensi aja lo," ia tertawa geli. "Serius tadi gue itu. Eh, tapi nyokap elo nggak pa-pa, kan? Abis tadi pas jawab wajah lo langsung agak stres gitu."

"Nggak kok, beneran nyokap gue nggak pa-pa," aku berusaha mengembalikan senyumku. "Tahap recoverynya lancar, kata Jisoo."

"Jisoo?" Rosse memandangku dengan tatapan masih aja elo ya ketemuan dengan mantan laki lo itu.

"Tadi malam waktu gue ke rumah Nyokap, ternyata dia udah ada di situ."

"Ngapain?"

"Meriksa nyokap gue. Cek rutin aja," jawabku.

"Udah ngucapin selamat ulang tahun nggak dia sama elo?" ujar Rosse lagi.

Hari ini memang ulang tahunku yang ke-30. The big three-o is so scary, I mean you would be too if you're thirty and already a divorcee, walaupun seluruh ucapan selamat yang kuterima sejak tadi pagi sangat-sangat menyenangkan. Termasuk kejutan gedoran jam lima subuh dari Hyunjin, yang muncul di apartemenku hanya untuk memberi ciuman selamat ulang tahun. Kenapa jam lima, karena tepat jam itu dulu aku dilahirkan. I mentioned it casually to him dalam percakapan yang lupa juga entah kapan, tapi dia ingat. Tidak seperti Jisoo yang...

Divorce (JenSoo) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang