13. Remuk

377 47 4
                                    

(Bagian unboxingnya diskip,ya. Adegannya hanya tersedia di PDF😅)

Terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa sakit dan pegal, Xiao Zhan mencoba duduk dengan baik. Nahas, rasa perih yang begitu menyengat di area bawah berhasil membuat dia menjerit tertahan.

“Akhhh ....”

Pipi dalam digigit. Xiao Zhan benar-benar tak bisa bergerak banyak. Sedikit saja dia bergerak maka kedua belahan pantatnya akan saling bergesekkan satu sama lain. Di mana hal tersebut tentu akan membuat holenya semakin terasa perih.

Xiao Zhan ingin menangis rasanya. Dia sungguh tak menyangka jika pertempuran panas nan menggairahkan yang dia lakukan bersama Wangyi kemarin dapat memberikan efek yang begitu besar pada tubuhnya.

“Aku haus.”

Suaranya terdengar serak. Korban keganasan Wangyi itu sangat membutuhkan air untuk membasuh tenggorokan yang sejak kemarin hanya digunakan untuk berteriak dan mendesah. Namun apalah daya, Xiao Zhan benar-benar kesulitan bergerak, meski itu hanya sekedar meraih gelas yang ada di atas meja nakas.

Lalu di mana Wangyi? Pelaku yang telah membuat Xiao Zhan terkapar tak berdaya di atas pembaringan?

Entahlah, Xiao Zhan juga tak tahu ke mana perginya singa ganas yang telah menyerangnya seharian penuh kemarin. Yang dia tahu adalah dia ditinggalkan seorang diri di kamar luas ini setelah puas dicicipi.

Bukankah kondisinya yang sekarang terlihat seperti seorang jalang?

“Hahahahaha ....”

Tertawa sumbang, Xiao Zhan memilih memejamkan mata lagi. Salah satu tangan terangkat menutupi bagian itu, agar tak ada yang tahu bahwa dia tengah menangis meratapi nasib.

Tak lama kemudian, Wangyi datang dengan membawa serta sebuah nampan berisi sarapan untuk Xiao Zhan.

Ketika langkah kakinya sampai di depan kamar, General tampan itu dapat mendengar suara isakkan samar dari dalam sana.
Kamarnya memang kedap suara, tapi pintu yang tak tertutup sepenuhnya berhasil meloloskan suara tangisan milik penghuni baru ruangan pribadi miliknya tersebut.

“Kenapa dia menangis? Apa aku terlalu kasar kemarin?” gumam Wangyi pada dirinya sendiri.

Pria tampan itu membuka pintu perlahan lalu meletakkan nampan berisi sarapan di atas meja nakas. Kemudian berjalan mengelilingi tempat tidur dan berjongkok tepat di samping kiri Xiao Zhan.

“Ada apa, hm?” tanya Wangyi perhatian. Rambut lepek sekretaris cantiknya diusap pelan.

Tak ada suara berat dan nada dingin seperti di awal pertemuan, dia seakan-akan kembali menjadi Yibo di kehidupan terdahulu yang lembut dan penyayang.

“Kenapa kamu meninggalkanku?” jawab Zhan parau.

“Aku hanya turun ke bawah mengambil sarapan untukmu. Kamu pasti lapar, kan, setelah menguras tenaga melayaniku kemarin.”

Pipi Xiao Zhan bersemu merah. Meskipun air matanya masih menetes, dia tetap tak bisa terhindar dari perasaan malu yang datang secara tiba-tiba setelah mendengar ucapan frontal milik Wangyi.

Bayang-bayang pergulatan panas mereka kembali berkunjung tanpa permisi memenuhi kepalanya.

Bagaimana dia mendesah keenakan, bagaimana dia bergerak liar di atas tubuh kekar Wangyi dan bagaimana tubuhnya terhentak-hentak di bawah kendali sang dominan. Dia seakan-akan tengah diperlihatkan sebuah film po*no di mana dirinya sendirilah yang menjadi pemainnya.

Wangyi menarik tangan kecil yang sejak tadi menutupi mata indah Xiao Zhan. “Aku tanya kenapa kamu menangis? Apakah tubuhmu merasa sakit?”

Xiao Zhan mengangguk lucu. Dia enggan membuka mata lantaran malu. “Aku juga haus,” tambahnya.

Even if Time Passes (Yizhan) PDF Ready✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang