35. Menengok Jagoan

66 6 8
                                    

"acha akan lihat anak Acha mas. " gumam ku senang seraya tersneyum lebar pada Wira. 

Membuat Wira yang awalnya memandang ku dalam diam pun mulai membalas senyuman ku dengan senyum tipisnya. Dirinya senang karena melihat ku begitu antusias untuk bertemu dengan buah cinta kami berdua untuk pertama kalinya.

" Iya sayang. Kita liat jagoan ya? Nanti sama mas kita lihat jagoan. Senang, cantik? " tanya Wira dan membuat ku mengangguk cepat.

" iya senang. " jawab ku. 

Dan tak berselang lama pun dokter Yuna masuk ke ruangan ku kembali bersama seorang perawat seraya membawakan aku sebuah kursi roda. Membuat ku paham jika aku akan pergi menggunakan kursi roda untuk ke ruang perawatan bayi.

" aku akan menggendong Acha. " ujar Wira mulai bangkit dari duduknya dan mencoba untuk menggendong ku secaya perlahan. Seraya di perhatikan oleh semua yang ada di sana. Wira pun dengan perlahan mulai memindahkan ku dari ranjang untuk duduk di kursi roda yang baru di bawa.

" Hati - hati nak. " ujar Ayah khawatir.

" Hati - hati kak. "

" hati - hati Wir. " bergantian mereka semua meminta Wira untuk berhati - hati.

" Pelan - pelan saja. Jangan sampai jahitan di luka Acha terbuka. " peringat dokter Yuna pada Wira dan di jawab Wira dengan anggukkan kepala.

Dan dengan perlahan tapi pasti, Wira mulai menggendong ku dan mendudukkan ku di atas kursi roda. Setelah itu, aku dan Wira pun mulai keluar dari ruang rawat ku mengikuti dokter Yuna yang memang sudah terlebih dahulu berjalan di depan kami. Meninggalkan semua orang di ruangan ku untuk pergi melihat buah hati ku bersama Wira.

*****

" itu dia? " tanya ku lirih sembari memandang seorang bayi laki - laki yang saat ini masih berada di dalam inkubator.

" iya itu jagoan. Saat ini dirinya sudah melewati masa kritisnya. Tapi aku dan yang lain tetap harus memantaunya. Kami berharap tak akan ada hal buruk yang terjadi nantinya. " jawab dokter Yuna menganggukkan kepalanya.

" Tampan. Dia sangat tampan. " gumam ku.

Pandangan ku tak lepas dari dirinya. Bahkan senyum pun mulai terukir di wajah ku. Melihatnya kini membuat perasaan haru dan senang memenuhi hati dan perasaan ku ini. Dia langsung membuat ku jatuh cinta saat aku pertama kali melihatnya saat ini.

" ya, dia perpaduan yang sangat sempurna antara dirimu dan Wira. Walau pun tampaknya garis wajah mu yang lebih di warisi olehnya. " Balas Gayatri lagi.

" Acha versi laki - laki. " ujar Wira mengusap bahu ku lembut.

" Apa Acha boleh menggendongnya? " Tanya ku memandang ke arah dokter Yuna dan membuat dirinya tersenyum tipis.

" Sebenarnya aku sangat ingin mengizinkan mu. Tapi saat ini kondisi anak kalian baru saja di pindahkan dari ruang NICU. Aku takut akan membuat kondisi anak kalian akan drop jika di keluarkan dari inkubator. Kita tunggu beberapa hari saja ya? Sampai dia bisa di keluarkan dari inkubator dan sudah bisa berinteraksi dengan kalian, tentu kamu bisa menggendongnya. " jawab dokter Yuna dan menggeleng perlahan.

" baiklah. Tapi, apa aku bisa menyentuhnya? Aku ingin menyentuh tubuhnya walau sebentar. " ucap ku akhirnya setelah menekan rasa sedih di hati ku karena belum bisa menggendong buah hati ku sendiri.

" tentu saja bisa. Karena itu aku meminta kau dan Wira untuk mencuci tangan kalian berdua di depan terlebih dahulu. " ujar dokter Yuna mengizinkan.

Dengan perlahan tapi pasti, aku mulai mendekatkan jari ku ke jemari mungilnya. Dan dengan refleks jemarinya langsung menggenggam jari telunjuk ku saat ini.

Si Fueras Mia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang