Wira baru saja masuk ke rumah sehabis pulang dari percetakan tak kala dirinya melihat aku yang menahan tangis tengah menggendong Arka yang terus menangis keras. Membuat dirinya langsung mengambil alih Arka dari gendongan ku dan mempertanyakan kondisi ku saat ini.
" kenapa? Hm? " tanya Wira menggendong Arka dan mengusap pipi ku lembut. Membuat air mata ku langsung tumpah di hadapan Wira. Saat usapan tangannya menyentuh kulit ku.
" badan Arka panas. Arka juga gak berhenti nangis. Acha bingung. " ucap ku di sela - sela isakan ku. Seraya mengusap punggung Arka yang belum juga menghentikan tangis kerasnya di dalam gendongan Wira.
Tangisan ku ini akhirnya membuat Wira merengkuh ku ke dalam pelukannya. Aku benar - benar merasa suhu tubuh Arka yang cukup panas. Dan kemungkinan besar, itulah yang membuat Arka begitu rewel semenjak tadi.
" kenapa gak cerita sama mas? Kenapa gak telpon mas? " tanya Wira mengusap puncak kepala ku dengan lembut.
Dan mengecupnya berkali - kali. Wira tahu benar alasan ku ikut menangis saat ini karena tubuh Arka yang panas serta tangisannya yang tersedu - sedu.
Dirinya tahu dengan pasti, aku ikut menangis saat ini dengan Arka karena khawatir pada buah cinta kami ini.
" mas sibuk. Aku gak mau ganggu mas kerja. Mas pasti capek. " jawab ku pelan dan menggelengkan kepala ku di dalam pelukan nya.
" gak boleh gitu. Kamu sama Arka jauh lebih penting dari kerjaan mas. Jangan merasa kamu atau Arka akan menganggu mas. Karena kamu sama Arka gak akan pernah jadi penganggu untuk mas. Gimana pun hari mas. " tegur Wira dengan lembut pada ku dan membuat ku mengangguk di dalam pelukan nya.
" jangan punya fikiran gitu lagi ya? Apa pun yang terjadi sama kamu atau Arka, harus cerita sama mas. Ya? Lihat kamu sama Arka nangis seperti ini. Mas khawatir kalau seperti ini. " tambah Wira lagi pada ku dan kembali membuat ku menganggukkan kepala untuk ke dua kalinya.
" maaf mas. " ucap ku lirih. Merasa bersalah karena sudah membuat dirinya merasa khawatir.
" stt. Gak usah minta maaf. Kamu sama mas masih belajar jadi orang tua Cha. Gak ada yang benar dan gak ada yang salah. Gak ada juga yang harus di maafkan. Sekarang lebih baik, kamu ganti baju terus kita ke dokter. Biar mas yang ganti pakaiannya Arka. Ya? " ujar Wira mengusap punggung ku pelan dan langsung ku iyakan.
Aku pun menghela pelukan kami berdua dan mulai berjalan pelan ke arah kamar kami berdua beriringan bersama dengan Wira yang terus menggendong Arka.
*****
Aku dengan hati - hati meletakkan tas yang ku pakai di bahu saat aku dan Wira masuk ke dalam kamar. Kami baru saja pulang dari dokter untuk menanyakan kondisi Arka yang rewel. Dengan Arka yang sudah bisa terlelap tidur di dalam gendongan ku.
Dan benar saja dugaan Wira saat di mobil menuju ke tempat praktek dokter, Arka rewel karena hendak tumbuh gigi. Membuat ku sedikit bernafas lega karena di beritahu jika ini adalah hal yang lumrah untuk bayi yang sedang tumbuh gigi.
" tidur sama Arka ya sebentar? Mas bikinkan makan malam dulu buat kamu sama mas. " ujar Wira begitu dirinya membantu ku untuk meletakkan tubuh mungil Arka di tempat tidur kami dan kembali berdiri di dekat ku.
" gak usah mas. Acha aja yang bikin. " ujar ku menggeleng pelan.
" mata mu bengkak begini. Pasti sakit kan. Di bawa istirahat sama Arka. Ya? Mas tahu kamu hari ini pasti capek nemenin Arka yang rewel banget. Gantian sekarang mas aja ya yang bikin makan malam. " ujar Wira.
" mas harusnya yang istirahat. Mas yang capek kerja. Harusnya kerjaan rumah biar Acha aja. " sahut ku kembali menolak dan membuat Wira tersenyum tipis.
" siapa yang mengharuskan? Hm? Suami itu tugasnya bukan cuma kerja di luar rumah aja. Bantuin istri di rumah, main sama anak dan bahagiain istri juga termasuk kewajiban suami. Udah ya? Kamu istirahat. Tidur sama Arka biar sebentar. " ujar Wira maju mendekati ku dan menangkup wajah ku dengan satu tangannya sebelum mendaratkan satu kecupan manis di kening ku juga di bibir ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Fueras Mia (Completed)
Roman d'amourTerbit : 31 Agustus 2023 Tamat : 27 Juni 2024 Terbit Setiap Kamis ~~~~~~~~~~~ Aku terbangun saat merasakan sensasi dingin di bibir juga pipi ku dan membuat ku membuka mata pelan. " mmh... " " Masih ngantuk? " tanya Wira dengan wajahnya yang tak jauh...