Hari pertama

784 122 20
                                    

Prang

Ketika Bible mengatakan bahwa satu minggu bersamanya akan menjadi neraka untuk Biu, ia tidak main-main.

Baru saja pukul lima pagi, namun pria itu sudah menghancurkan hampir setengah dari piring dan gelas yang ada di rumahnya. Benda berkilauan mahal itu kini pecah belah porak poranda di atas lantai.

Prang

Biu yang mendengar keributan segera bangun untuk memeriksanya, betapa kagetnya pria kecil itu melihat suami dari majikannya dengan bengis melempar benda-benda dari dalam lemari kristal yang ada di dapur.

Prang

"Arghhh.."

Biu refleks menutup mata dan telinganya, pria itu berjongkok ketika Bible dengan sengaja melempar mangkuk besar kedekat tubuhnya.

Tawa Bible mengema melihat pria kecil yang ketakutan. "Baru begini saja sudah ciut. Mana keberanianmu saat memutuskan ikut campur dalam urusan rumah tangga kami?"

Bible berjalan mendekat pada Biu yang masih dalam posisinya dilantai, menyembunyikan diri dibalik tembok pembatas. "Kau dengar aku? Kenapa sangat payah? Jangan pura-pura, cepat bangun dan bereskan semuanya!"

Biu gemetaran, ia tidak berpura-pura ketakutan seperti yang Bible tuduhkan.

"Kau tuli?!" Pria tinggi itu membentak, melihat tidak ada pergerakan dari Biu, ia akhirnya menarik paksa pria kecil itu hingga berdiri dihadapannya. "Bereskan semuanya aku bilang!" Teriaknya tepat dihadapan Biu.

"I—iya tuan." Biu patah-patah bergerak, melihat kemarahan Bible sepagi ini membuatnya lemas bukan main.

Tubuh kecilnya mendekat pada tumpukan pecahan kaca yang entah butuh waktu berapa lama untuk membereskannya. Biu mulai menunguti satu persatu pecahan itu, sementara Bible menonton dengan wajah datar.

Sedikit demi sedikit Biu mengumpulkan pecahan kaca itu, Bible memutar bola matanya. Tangan bergetar Biu dan keringat yang membanjiri wajah pria itu tidak membuatnya iba sama sekali. "Kau harus ingat di mana kelasmu." Ucap pria itu kejam. Bible lalu menendang tempat sampah yang digunakan Biu untuk menampung pecahan kaca yang telah berhasil pria kecil itu kumpulkan. Sehingga isi dari tempat sampah itu kembali berhamburan.

"Kau hanya pelayan. Jangan berharap bisa masuk ke dalam keluargaku dengan cara picik seperti ini."

Biu diam, tidak menjawab apapun. Meski hatinya terasa ditusuk ribuan jarum, ia memilih bungkam atas tuduhan yang tidak benar tentang dirinya.

"Nasita boleh bodoh dan mengambil jalan ini, tetapi aku tidak akan pernah. Kau ingat ucapanku, tidak akan pernah. Bangunlah dari mimpimu, pria sepertimu bahkan tidak pantas mengandung anakku."

Setelah puas meluapkan emosinya, Bible lalu pergi begitu saja. Entah pria itu ke mana, Biu tidak ingin mengatahuinya.

Pria kecil itu kembali memunguti satu persatu pecahan kaca yang berserakan, kali ini ia tidak berhati-hati. Biu membiarkan tangannya tertusuk, berharap rasa sakit di sana dapat membuat hatinya sedikit lebih baik.

***

Biu mencoba melupakan kejadian dini hari tadi. Ia menyibukan diri membuat sarapan setelah benar-benar memastikan seluruh dapur kembali bersih.

Seperti dalam buku catatan yang Nasita tinggalkan, Biu diharuskan memastikan makanan Bible.

Sarapan, bekal makan siang dan makan malam.

Pria kecil itu menatap pancake yang telah selesai dibuatnya, menghela nafas sebelum membawa makanan itu menuju meja makan.

Entah apa yang akan terjadi pada pancake itu, Biu enggan membayangkannya. Pastinya ia harus siap dengan kemungkinan terburuk, misalnya piring pancake itu melayang kewajahnya.

SurrogateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang