Biu merasa kikuk.
Sejak sore hari Nasita menyewa orang-orang salon untuk mendandaninya sedemikian rupa. Tidak ada lagi kemeja putih dan rompi pelayan. Kini Biu nampak sangat cantik dengan pakaian rumahan yang hangat dan lembut.
Nasita merubah Biu agar memiliki gaya sepertinya. Lembut, anggun, manis.
Rambut Biu juga sedikit dipangkas, membuatnya lebih segar dan muda.
"Apa sudah selesai?" Nasita bertanya pada salah satu orang yang ia tugaskan mendandani Biu.
"Sudah nyonya."
Nasita tidak membuang waktu, wanita itu berjalan menuju kursi dimana Biu duduk.
"Nona.." Biu menatapnya lewat pantulan cermin.
"Cantik," Nasita menepuk kepala Biu. "Sekarang masuklah ke kamar kami. Supir suamiku mengatakan mereka akan tiba sebentar lagi."
"Nona Sita, apa benar aku harus melakukan ini?"
Wanita itu meremas pundak Biu. Ia berdiri dibelakang pelayannya. "Kau harus Biu. Hanya kau yang aku percaya dan hanya kau yang bisa melakukan ini."
***
"Malam sayang."
Nasita melompat memeluk suaminya begitu Bible melewati pintu utama. Pria itu sedikit terkejut namun ia segera menyeimbangkan tubuhnya untuk balas memeluk istrinya.
"Hai sayang, sudah rapi, kamu mau kemana?" Bible bertanya lembut ketika Nasita melepaskan pelukannya.
"Aku akan jalan-jalan sebentar. Tidak apa, kan?"
"Tentu saja tidak masalah." Bible tersenyum lembut. Binar matanya penuh cinta pada wanita yang ia nikahi bertahun lalu. Ia lalu membelai pipi Nasita dengan mesra dan meninggalkan kecupan basah dibibir wanita itu.
"Ahhh Bib lepas dulu..." Nasita melepaskan diri, ia sedikit mejauh dari jangkauan suaminya.
"Kenapa? Apa kamu sangat buru-buru?"
"Bukan begitu, hanya aku punya hadiah untukmu."
"Hadiah?" Alis Bible terangkat, seingatnya belakangan tidak ada tagihan besar datang padanya. Lalu apa yang dibeli oleh istrinya ini?
Nasita mendekat merapihkan kemeja suaminya. "Kau tau?"
"Apa?"
"Aku sangat, sangat, sangat mencintaimu. Di dunia ini aku bisa melakukan apapun asal itu bukan kehilanganmu."
"Kenapa serius sekali? Apa ada hal buruk terjadi?"
Wanita itu mengusap rahang suaminya lalu berjinjit memberi ciuman disekitar leher Bible. "Hanya ingin memberitahumu."
"Aku sudah tau sayang, aku juga merasakah hal yang sama."
Nasita tersenyum lebar. "Kalau begitu pergilah ke kamar kita dan terima hadiah dariku. Ini semua demi kita berdua."
"Kau membuatku penasaran. Hadiah apa sebenarnya yang kau bicarakan."
"Sesuatu yang akan merubah kehidupan kita berdua." Dengan bangga Nasita mengatakan hal itu. Ia kembali melepaskan dirinya dari sang suami. "Baiklah, aku harus pergi sekarang. Kau, nikmati malammu. Dah suamiku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate
Fanfiction"Kita coba dulu, kalau tidak berhasil kau boleh pergi." Ucapan Nasita adalah ketentuan yang tidak akan pernah bisa Biu bantah. Pemuda yang jauh lebih muda dari nyonya kaya yang dilayaninya sejak kecil itu akhirnya hanya bisa menggangguk pasrah. "B...