17 - 18

185 10 0
                                    

Crystal kembali ke meja dengan dandanan yang sudah awut-awutan. Ia tak berniat melanjutkan keinginan untuk berbaur lagi dengan yang lain dan memilih pamit pulang.

Melihat itu, Gallan sebagai orang yang paling dewasa di situ pun menawarkan diri untuk mengantar Crystal.

Crystal merasa tidak enak hati pada Seth, wanita di sebelah Gallan. Calon istri pria itu.

"Tidak apa-apa, Crystal. Aku tidak akan cemburu hanya karena ini. Kita kan sudah seperti saudara. Kau ingat?" Seth sangat mengerti keadaan Crystal. Sebagai seorang wanita yang lebih dewasa, Seth ingin menenangkan Crystal walau hanya sedikit.

Crystal mengangguk. Ia sedikit tersentuh dengan perkataan Seth. Sudah kuduga, Gallan dan Seth adalah manusia paling normal di sini.

Gallan dan Crystal berlalu dari hadapan mereka.

Sesampai di parkiran, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan seorang pria berjas lengkap dan terlihat sangat rapi tengah duduk di atas kap mobil Gallan.

"Edward, apa yang kau lakukan di sini?" Gallan melirik Crystal dengan perasaan was-was. "Pergilah, aku harus mengantar Crystal pulang!"

"Berhenti di sana, dan tinggalkan Crystal sekarang." Edward beranjak dari duduk dan melangkah mendekati keduanya.

Gallan pasang badan di depan Crystal. "Tidak! Kau yang pergi."

"He~ apa kau tidak khawatir dengan Seth, sekarang? Aku baru saja mengirim orang ke tempat itu." Tersungging senyum jahat setelah pria itu berkata begitu. "Tinggalkan Crystal kalau kau masih ingin melihat Seth tersenyum!"

Melihat perdebatan dua saudara itu, Crystal hanya bisa memijit pelipisnya yang kembali berdenyut. "Tidak apa-apa, Gallan. Kau bisa meninggalkanku sekarang. Aku bisa mengatasinya."

"Tapi—"

Crystal tersenyum semanis mungkin. "Tidak apa-apa, terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

Gallan menghela nafas, merasa berat untuk pergi. Ia pun maju selangkah dan berbisik pelan tepat di telinga Edward. "Jangan membuat masalah lagi, Adik Bajingan!"

Edward terkekeh geli melihat kepergian Gallan. Bodoh dan menyedihkan.

Netra coklatnya kembali menatap Crystal yang berdiri tanpa ekspresi di wajahnya. "Ikuti aku, Crystal."

Baiklah, tahan emosimu, Crystal. Crystal mengekor di belakang mengikuti langkah panjang Edward yang membawanya pergi ke sebuah mobil yang terparkir di area kosong pekarangan rumah orang.

"Sekarang masuk!" Edward membukakan pintu mobil.

"Kita mau ke mana?" Crystal bertanya dengan hati-hati. "Aku tidak ingin melakukan hal aneh lagi bersamamu."

"Kita hanya akan bicara di dalam. Memangnya mau ke mana? Ah~ apa kau terpikir mau ke suatu tempat denganku—"

"Tidak!" potong Crystal cepat mengantisipasi Edward agar tidak makin besar kepala. Sekilas, ia melirik ke belakang sebelum masuk.

Seulas senyuman tersungging di bibir Edward. Ia merasakan debaran jantungnya meningkat saat menerima lirikan wanita itu. Lirikan wanita ini memang beda. Ah~ aku tidak tahu kenapa setiap gerakan tubuhnya selalu enak dilihat. Aku benar-benar sudah gila.

Masuk ke mobil, Edward langsung mengunci pintu. Suara kunci otomatis itu membuat Crystal berkicau lagi.

"Kenapa dikunci? Katanya tidak ingin melakukan sesuatu yang aneh! Kau pembohong!" desis Crystal, kembali tersulut emosi. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa semudah ini lepas emosi bila di depan Edward.

Nikah Kontrak Dengan Tuan Muda ObsesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang