21 - 22

160 8 0
                                    

Tubuh Crystal bergetar. Tangan yang tadinya berada di lengan Edward ia turunkan dengan perlahan. Lagi-lagi ia merasakan aura mendominasi pria ini. Ia berusaha sangat keras untuk tidak menangis di depan Edward karna takut pria itu akan berubah pikiran.

Dengan sadar, Crystal mulai mengerti siapa orang yang ia hadapi saat ini. Anak laki-laki yang dulunya hanyalah remaja nakal dan sulit ditangani itu benar-benar sudah berubah menjadi pria matang yang penuh aura mengintimidasi. Yang intinya, dia tidak bisa sembarangan menghadapi pria ini.

Crystal menundukkan kepala dengan kedua tangan berkumpul di bawah perutnya menggenggam satu sama lain dan kedua kaki bersimpuh di atas jok mobil. "Edward ... aku mohon, tolong bantu aku mencari Adam dan aku mohon, tolong beri tahu aku perkembangan kasus kematian orang tuaku ...."

"Apa bayaranku?" tanya Edward, serak-serak basah. Ia mulai terangsang dengan Crystal yang terlihat sangat putus asa.

Crystal memejamkan mata semakin erat. Yang paling diinginkan pria ini, tentu saja ....

"Mari kita percepat pernikahan kita! Pernikahan bisnis bersyarat yang kau inginkan!" Suara Crystal bergetar. Ia menjeda kalimatnya untuk mengambil napas. "Lalu, sebagai permulaan ... aku ...."

"Apa?" Edward semakin tidak sabar melihat Crystal yang terus menahan napas.

"Aku ...." Crystal ketakutan. Energi dalam tubuhnya seperti terkuras habis menghadapi tatapan Edward yang mengintimidasi dirinya. Setengah mati Crystal bertarung dengan badai yang menyerang mentalnya akibat tatapan menusuk pria itu. "Akan datang ke kamarmu, malam ini."

Akhirnya.

Inilah kalimat panjang yang sejak tadi Edward tunggu-tunggu. Sempurna sudah. Akhirnya ia mendapatkan apa yang paling ia ingin miliki sejak lama.

Tubuh Crystal Snowden untuk dirinya sendiri.

"Jawaban yang bagus, Crystal!" Edward menutup mata lalu tersenyum smirk penuh kemenangan.

Tensi panas yang melingkupi sekitar mereka secara perlahan menjadi semakin panas. Edward membelai wajah Crystal yang tertunduk sempurna lalu beralih ke dada wanita itu. Ia menatap dada Crystal dengan mata berapi-api. "Baiklah! Kita pulang sekarang!"

Edward menginjak gas dan meluncur ke rumahnya setelah puas meraba tubuh atas Crystal. Sementara Crystal, wanita itu telah bertekad.

Lebih baik dimanfaatkan oleh pria yang akan menjadi suaminya daripada suami yang membuang dirinya. Setelah melihat betapa berkuasanya Edward, ia menjadi semakin yakin berbisnis dengan pria ini mungkin adalah pilihan terbaik terlepas kewarasannya yang mungkin akan terkuras habis.

'Edward, aku benar-benar tidak mengerti mengapa kau seperti ini. Mengapa kau terobsesi padaku, menginginkanku tetapi juga mengatakan tidak mencintaiku. Sebenarnya, apa yang kau incar dariku.'

'Maaf, karna kau terus membuatku bingung dan frustrasi, aku tidak punya pilihan lain selain memanfaatkan semua yang kau punya. Edward, aku akan menjadi istri terburuk yang pernah kau kenal.'

'Mari saling memanfaatkan!'

Crystal memantapkan hatinya.

***

"Mandilah!" Edward membuang jas ke sembarang tempat begitu masuk ke kamar. "Aku harus membeli baju untukmu."

Crystal menyusul masuk ke kamar dan melihat Edward sudah hampir telanjang dada. Seluruh kancing kemeja pria itu dibiarkan lepas memperlihatkan dada bidang dan berotot yang terlihat sangat menggoda mata.

"Baiklah!" Crystal ikut melepaskan blazernya lalu sepatu dan aksesoris yang menempel tubuhnya. Kemudian, tanpa melihat Edward lagi, Crystal langsung pergi masuk ke kamar mandi.

Nikah Kontrak Dengan Tuan Muda ObsesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang