☆ ★ ✮ ★ ☆
Pagi ini, tepatnya di Yogyakarta. Pagi pagi sekali cuaca sudah dibaluti oleh kabut hitam. Benar saja, tidak lama setelah ini hujan deras turun. Padahal hari ini Lyn sudah bersiap-siap berangkat.
"Kak, Vlora berangkatnya sama Ayah ya. Kamu bisa kan sendiri?" Jeffrey–ayah, datang menghampirinya dan mengambil sebuah kunci motor. Maklum mobil yang biasa digunakan sedang di bengkel. Jadi, Ayah menggunakan motor miliknya dulu.
Lyn menoleh. Lagi-lagi dia harus mengalah untuk adiknya. Wajar sih, Vlora adalah adik nya. Mereka berbeda 1 tahun. Dan bersekolah disekolah yang sama.
"Iya Kak, lagian kalo Kakak ikut naik motor kan nggak muat. Badan Kakak terlalu gede," ucap Vlora sambil menyambar tas yang Linda–bunda siapkan.
Sebelumnya, saat ini Lyn masih berumur 18 tahun. Dan benar, badannya sangat berisi, atau lebih di kenal gemuk. Tak jarang ia selalu dijadikan bahan olok-olokkan teman sekelasnya. Namun karena mental Lyn yang memang sudah kuat, sekuat baja! Jadi ia tak pernah menghiraukannya. Bagi dia, omongan mereka hanya sampah yang seharusnya dibuang.
"Iya, Bun. Aku berangkat sendiri aja." tukasnya. Ia berlalu dan berlari secepat kilat dengan tas yang ia jadikan payung. Sampai tiba di sebuah perempatan, ia berhenti. Seragamnya sudah setengah basah. Mata gadis itu terus menatap ke arah jalan yang harusnya sudah ada taksi yang lewat.
Sudah sekitar 15 menit menunggu namun taksi tak kunjung datang. Ia mendengus kesal, sambil menghentakkan kakinya keras.
"Mana sih!"
Tak lama datang sebuah motor sport berwarna putih dengan lambang naga di sampingnya. Lyn dapat merasakan motor itu berhenti di depannya. Ia mendongakkan kepalanya, dan benar saja. Lelaki dengan jaket hitam sedang menatap aneh kearahnya.
"Ngapain? Ayo naik," ajak lelaki itu.
Lyn justru membawa langkahnya mundur, "Gak!"
"Hujan gede gini gimana lo ke sekolah?"
Lyn berpikir keras. Benar juga, hujan masih deras. Dan sepertinya tak akan reda dalam waktu dekat. Dengan terpaksa ia menaiki motor lelaki itu, dengan perasaan dongkol tentunya.
"Ban motornya gak pecah kan, kalo aku yang naik?" tanya Lyn di tengah kebisuan yang melanda mereka.
Lelaki itu heran, apa maksudnya?
"Enggak," jawab Agha tanpa mengalihkan pandangannya. Ia harus tetap fokus atau mereka bisa kecelakaan.
"Barangkali, kan badan aku kayak gini," balas Lyn lagi. Perasaannya mendadak tak enak. Apalagi lelaki itu tak merespon apapun setelahnya. Lyn mendengus kesal lalu memandang jalanan basah yang di lalui.
"Makasih," ucap Lyn kembali sibuk dengan pakaiannya yang sempat berantakan.
Selama di koridor banyak sekali mulut yang ingin ia sumpal menggunakan kapas, atau batu juga boleh. Ada yang bilang gak tau malu lah, gak tau diri lah, dan masih banyak lagi. Lagian apa salahnya? Menerima ajakan orang dengan terpaksa karena keadaan dia rasa bukan sebuah kesalahan, melainkan keberuntungan.
Lagian dia dan Agha adalah sahabat. Sahabat dari SD lebih tepatnya, dan semakin dekat waktu SMA ini. Ia tak menganggap Agha lebih dari seorang sahabat. Begitupun sebaliknya, Agha tak mungkin menyukainya.
Agha pernah bilang bahwa ia sudah menyukai seorang gadis cantik kelas 11, sedangkan mereka saat ini sudah kelas 12. Tak apa, masih ada satu tahun kan di sekolah. Sedangkan dia? Lyn tak pernah menyukai siapapun. Apalagi dengan bentuk tubuhnya yang tak mungkin untuk di lirik."Lyn," panggil Lili–teman sebangku nya, dari belakang.
"Ada apa?" Gadis itu menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGHARENZA [ On Going! ]
Teen Fiction⚠️TOLONG HARGAI DENGAN MEMBERI VOTE DAN JUGA KOMENTARNYA. karena pada dasarnya mau sejelek apapun cerita seseorang, tetap di perlukan usaha untuk membuatnya. ⚠️MOHON MAAF APABILA ADA KESAMAAN TOKOH, LATAR, DAN ALUR. Tetapi semuanya murni atas imajin...