Bab 4; Keluarga?

102 29 70
                                    

‧₊˚ ☁️⋅♡𓂃 ࣪ ִֶָ☾.

"Penampilan seperti apa yang memuaskan mereka?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Penampilan seperti apa yang memuaskan mereka?"

—lynne

𖡼𖤣𖥧𖡼𓋼𖤣𖥧𓋼𓍊

"Darimana kamu, Agha?" Suara berat menghentikan lelaki itu  sejenak lalu kembali melanjutkan langkahnya dengan santai. Ia sama sekali tak menghiraukan ucapan demi ucapan yang bu Jess lontarkan kepadanya. Tentu saja bu Jess sebisa mungkin menahan amarahnya. Untung pula bahwa Agha adalah keponakannya jika tidak maka akan di pastikan bahwa lelaki itu akan kena DO dari sekolah.

"Oke, maafkan Ibu. Peran kamu sudah Ibu ganti tapi maaf untuk Lyn tetap harus menjadi peran pemulungnya. Tidak ada pilihan lain Agha! Ibu sudah sangat memperhitungkan ini matang-matang. Dan berlaku mutlak!" Kali ini sudah tak ada lagi yang bisa protes karena wali kelas mereka sudah mengatakan hal yang tak bisa di ganggu gugat oleh siapapun.

"Gapapa, Bu. Aku bersedia buat ngisi peran itu," ujar Lyn dengan senyuman yang ia buat seramah mungkin. Dan bu Jess hanya mengangguk kepalanya, menyatakan setuju.

"Bu! Gak bisa gitu dong Bu. Kalo bukan Agha terus siapa? Aku gak mau harus bersanding sama lelaki norak kayak mereka." Mereka yang di maksud adalah seluruh siswa kelas mereka, ingat semuanya!

"Dih, kecantikan bet lo. Lo pikir gue mau sama cewek modelan ulet keket kek lo?" Itu adalah suara Reza teman dekat Agha, ada pun Dewa. Kedua lelaki itu sudah lumayan lama kenal dengan Agha, dan kemanapun mereka pergi selalu bertiga. Orang orang bilang sih mereka tuh kayak ban becak. Udah gitu sikapnya gak beda jauh lagi. Suka modol, nakal, berandal, langganan BK dan masih banyak lagi.

"Berisik lo!" cecar Salma bangkit dari duduknya.

"Temen lo noh yang berisik. Teriak teriak mulu, najis." Kini Lili yang mulai terpancing. Ia sangat muak dengan sikap berlebihan dari Meera. Entah dari tanah apa gadis itu terbuat.

Agha menatap Lyn dengan tatapan tak percaya lalu Lyn membalasnya dengan senyuman. Senyuman indah yang selalu menghangatkan hatinya. Senyuman yang mengandung isyarat bahwa ia baik-baik saja.

Disaat jam pembelajaran masih berlangsung tiba-tiba seorang guru piket datang ke kelas mereka dan memberitahu bahwa salah seorang murid di panggil ke BK. Siapa? Yap, Agharenza.

Dengan langkah tegap dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku mulai mengikis langkah demi langkah. Tak ada takut atau rasa khawatir sedikitpun ketika namanya kembali di panggil ke ruangan keramat bagi sebagian orang.

"Apa?"

"Gak sopan sekali kamu! Bukannya ngucap salam!"

AGHARENZA [ On Going! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang