Bab 24; Perihal cinta yang salah

44 8 29
                                    

˚˖𓍢ִ໋🌷͙֒✧˚.🎀༘⋆𓍢ִ

"Antara cinta dan waktu, siapa yang salah?"

_

˚˖𓍢ִ໋🌷͙֒✧🩷˚.🎀༘⋆

Dua hari setelah mereka sama-sama sadar, akhirnya kondisi keduanya bisa di katakan pulih. Meskipun tidak pulih sepenuhnya, tetapi setidaknya mereka di izinkan untuk keluar sekedar berjalan-jalan santai di area rumah sakit.

"Ayo, kita ke taman, Gha." Lyn berjalan sambil mendorong kursi roda milik Agha dengan semangat. Senyuman indah pun tak pernah luput untuk hadir di wajahnya. Ia bahagia, ia terus merapalkan setiap kalimat syukur saat Tuhan memberinya sebuah kebahagiaan. Meskipun, ia tau bahwa itu tak selamanya indah.

"Jangan kenceng-kenceng, Sayang. Nanti kamu kecapean," ucap Agha menasihati. Menatap wajah indah milik gadis cantik bernama Lyn sungguh membuat hatinya bersorai bahagia. Tuhan, terima kasih karena telah mengirim wanita seperti dia di hidupku, lelaki itu membatin.

Lyn mengangguk pelan, lalu kembali fokus ke jalan yang akan mereka lalui. "Hanya di rumah sakit doa-doa tulus bersenandung," ucap Lyn tanpa sadar, saat mendengar banyaknya lantunan doa dan harapan yang di langitkan setiap manusia di dalamnya.

"Ya, kamu benar. Tidak ada tempat yang terdapat doa tulus selain di rumah sakit. Karena disini, mereka mengharapkan keajaiban kuasa Tuhan." Agha menatap wajah teduh milik Lyn, lalu membelainya penuh cinta.

"Dulu, saat aku merasa cape dan dunia nggak adil buat aku, aku suka berdoa agar masuk rumah sakit. Karena aku pikir, hanya inilah cara agar aku di perhatikan," ucap Lyn kemudia memunduk 'kan kepalanya, meremas ujung piyama yang ia kenakan.

Agha mengelus pelan pucuk kepala gadis itu. "Bersyukur atas pemberian Tuhan, ya, Sayang. Karena disini banyak jiwa yang mengharapkan kesembuhan." Agha lalu tersenyum hangat. Di saat seperti inilah perannya di mulai. Bukankah, itu gunanya pasangan? Selalu ada di saat susah, dan memberinya support penuh.

"Itu semua berubah karena kamu, Gha. Kamu tau? Aku beruntung banget punya kamu." Lyn membalas senyuman itu. Andai rasa cinta itu bisa tergambarkan oleh sesuatu, maka, seluas samudera pun tak dapat menandinginya.

"Dan, aku seberuntung itu memilikimu," jawab Agha. Lyn yang memiliki kekurangan, dan Agha yang menyempurnakan kekurangan itu. Begitupun sebaliknya. Mereka ada karena sebuah rasa, dan mereka bertahan karena sebuah penyempurnaan. Sesungguhnya, tidak ada yang sempurna di dunia yang fana ini. Kita hanya bisa berusaha, berdoa, dan berharap.

"Jika dulu aku berharap agar Tuhan memanggilku lebih cepat, maka sekarang tidak. Aku akan bertahan lebih lama, aku akan hidup lebih lama." Lyn menatap sekilas bentangan langit biru di atasnya. "Nanti, kalo aku dapet kesempatan kedua untuk hidup, aku mau manfaatin hidup itu semaksimal mungkin." Kemudian, netra gadis itu terkunci oleh tatapan empu di depannya.

"Kalo aku udah nggak ada, kamu harus hidup lebih bahagia daripada sebelumnya, ya." Agha menyentuh punggung tangan milik Lyn, lalu mengecupnya pelan. "Kamu harus tetap sama gelar sebelumnya, Lyn si pemilik kebahagiaan."

"Aku akan hidup bahagia dan itu sama kamu, Gha." Lyn menolak keras ucapan lelaki itu. Bagaimana mungkin ia di suruh bahagia sedangkan kunci utama kebahagiaan itu ada pada diri lelaki itu sebenarnya? Tidak. Lyn tidak ingin siapapun, selain Agha.

AGHARENZA [ On Going! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang