Bab 22; Puncak

55 17 28
                                    

🍒🍓

"Dia, pergi."

_Lyn.

‧₊˚ ☁️⋅♡𓂃 ࣪ ִֶָ☾.

"Apa salah dia sih Pah? Kenapa selalu Papah asingkan seperti itu! Dia anak Papah juga!" sentak Agha tak terima. Awalnya, Agha berhasil membujuk sang kakak, yakni Rega untuk kembali pulang ke rumah. Sama seperti Lyn, Agha pun mengharapkan keluarga nya bisa membaik, atau setidaknya tidak saling mengasingkan seperti ini. Namun dugaan nya salah, kedatangan Rega kembali ternyata membuat Rick selaku papahnya murka.

"Salah dia? Salah dia membuat ibumu meninggal Agha!!" bentak Rick dengan wajah merah padam. Dia terus memandang nyalang salah seorang yang sudah babak belur karena ulahnya itu.

Rega meringis menatap kebencian yang begitu dalam dimata Rick—papahnya. Bukan kemauannya juga, tapi inilah takdirnya.

"Mamah meninggal karena takdir, Pah! Gada yang salah disini!" tukas Agha tetap bersikeras membela.

Rick tertawa mendengar pembelaan yang begitu hebat dilakukan oleh Agha untuk melindungi kakaknya itu. Dengan wajah datar, namun sorot kebencian nya tak pernah pudar. Rick terus menatap Rega yang tak bisa berbuat banyak karena hantaman bertubi-tubi itu. Hingga Agha datang dan berdiri tepat di depan wajahnya.

"Tolong maafin dia, Pah! Aku lihat sendiri betapa menyesalnya dia diluar sana. Jika Papah pikir dia hanya berdiam diri dan menikmati hidup diluar sana Papah salah. Arga disana mati matian untuk tetap hidup tanpa merepotkan kita lagi," ujar Agha dengan nada memohon, berharap Rick akan luluh.

"Dia bahkan rela ikut balapan liar dan hampir mati karena tabrakan hanya untuk mendapat uang! Papah tau uangnya buat apa? Buat makan Pah!" lanjut Agha.  Kini penglihatan nya mulai buram. Agha menatap melas ke arah Rick seakan memohon maaf untuk Kakaknya.

"Benarkah begitu, Agha? Tapi, sayang, maaf itu sudah terkunci rapat sehingga tak bisa untuk di buka kembali," ujar Rick dengan datarnya. Meski demikian, suara Rick terdengar bergetar. Bayangan kematian mendiang istrinya membuat ia merasa amat bersalah dan marah. Dan itu semua terjadi atas keputusan Rega yang memilih untuk pergi dari rumah.

"Cukup Pah! Bisakah kita saling memaafkan? Semuanya sudah terjadi atas ijin Tuhan! Untuk kesalahan aku di masa lalu, aku akui itu, Pah, aku minta maaf. Dan, untuk kematian mamah, itu terjadi karena takdir," ungkap Rega dengan lirih. Rega pun sama, ia merasakan kehilangan sosok cinta pertamanya itu. Ia pun sama menyesal atas apa yang sudah ia lakukan. Tapi, mengapa kesempatan itu tak ada untuk dirinya?

"Sudah saya katakan bukan, tak ada maaf untuk kamu!" sentak Rick kembali tersulut emosi.

"Kalau emang kamu menyesal kenapa gak dari dulu kamu kembali, hah?!" Rick melampiaskan kemarahannya dengan meninju tembok hingga jari jarinya berdarah. Namun itu semua tak sebanding dengan lukanya saat kehilangan istrinya dahulu.

"Maaf Pah, ... Bukan kemauan aku juga! Aku salah, aku akui itu, Pah. Rega mohon, maafin Rega ... " Rega jatuh pada lantai yang dingin tak berdaya. Kesalahannya di masa lalu hingga sang mamah tiada bukan kesalahan biasa. Ia mengakui itu.

"Tolong pergi dari sini." tegas Rick kemudian pergi dari sana. Agha ingin mencegah namun di cegah kembali oleh Rega. Lelaki itu menggeleng dan membiarkan Rick pergi. Mungkin belum saatnya ia menerima maaf itu. Sangat tidak mungkin untuknya. Tapi jika Rick menginginkan dirinya mati maka ia siap. Anggap saja itu sebanding dengan luka yang Rick rasakan selama ini.

"Gue pergi, Gha, lo jaga papah ya," pinta Rega.

"Iya, Bang, gue harap papah bisa maafin lo," harap Agha seraya mengelap peluh yang keluar dari pelipisnya. Lalu, Rega pergi dari sana. Semua harapan yang ia pikirkan kini harus ia buang jauh-jauh. Tidak mungkin ia menerima maaf dari papahnya itu. Jika benar begitu, maka ia akan tetap melanjutkan hidupnya. Hidup dengan rasa penyesalan yang teramat dalam.

AGHARENZA [ On Going! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang