12

455 11 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

***

Setelah sholat dzuhur kami pergi ke rumah baru yang nanti akan kami tempati. Rumah kami tak terlalu jauh dari rumah orang tuanya Mas Fajar, hanya berjarak beberapa kilometer dari rumah mereka. Aku sengaja meminta hal itu agar nanti lebih mudah jika terjadi sesuatu.

"Sini bun, aku bantuin."

Bunda langsung menjauhkan barang-barang yang di pegangnya. "Gak usah, kamu bukain pintunya aja. Biar bunda sama Fajar yang bawa barang, kasian itu Ashraf lagi tidur nanti kebangun."

"Ada kuncinya'kan?" Tanya bunda.

Aku mengangguk. "Ada kok bun, sebentar aku ambil tas dulu."

Setelah mendapatkan kuncinya aku membuka pintu utama.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ujar kami bersama ketika melangkah masuk.

"Untung aja kemarin udah sempat di bersihin ya, kalo enggak aduh. Pasti kotor semua," ucap bunda ketika sudah duduk di ruang tamu.

Aku membenarkan ucapan bunda. Jika kemarin tidak dibersihkan mungkin sekarang rumah ini belum bisa kami tempati karena pasti banyak debu dan kotor. Aku juga takut jika hal itu bisa membuat Ashraf sakit. Jadilah atas saran Mas Fajar kami membayar orang untuk membersihkan rumah ini sekaligus merenovasi beberapa bagian.

"Sini Ashraf sama nenek dulu, ibu sama ayah mau beres-beres."

Aku memberikan Ashraf pada bunda. Bayi yang berumur 10 bulan itu merangkak ketika bunda akan mengendongnya, entah sejak kapan ia bangun.

"Ashraf ke depan ya bun." Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan bunda.

Kami segera membereskan rumah, mulai dari baju-baju dan lainnya. Beberapa barang memang telah diantar ke sini jadi kami tak terlalu banyak bekerja paling hanya membersihkan rumah sekali lagi agar tak terlalu kotor.

"Adek kalo capek istirahat aja, biar mas lanjutin beres-beresnya."

"Gak papa mas ini tinggal sedikit lagi," jawabku.

Mas Fajar langsung mengambil sapu yang kupegang. "Udah. Istirahat dulu sana! Biar sisanya mas yang beresin."

Aku belum sempat menjawab ketika bunda masuk. "Sab, ini kayaknya Ashraf laper deh. Kamu buatin susu dulu ya," ujarnya.

"Nah, sana buatin Ashraf susu dulu." Perintahnya.

"Iya, iya dasar deh!"

Aku berpura-pura menggerutu saat disuruh walau dalam hati aku senang. Mas Fajar begitu perhatian dan baik, bagaimana mungkin aku tak jatuh hati padanya. Meski hubungan kami baru terjalin beberapa bulan namun aku sudah jatuh hati padanya. Aku jatuh cinta pada semua perhatian yang dia berikan padaku, walau aku tak tau bagaimana perasaannya. Aku tetap menjatuhkan hatiku padanya.

Aku tau dia masih belum bisa melupakan Mbak Sheila, karena aku pernah melihatnya sedang menatap foto pernikahan mereka. Rasanya sakit harus melihat itu. Tetapi aku tak bisa melakukan apapun karena pada dasarnya aku adalah orang baru di kehidupannya Mas Fajar. Yang bisa kulakukan hanyalah berdoa dan menjalani ini sambil berharap Mas Fajar dapat merasakan hal yang sama denganku. Meski tak ada kepastian tentang hal itu.

***

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ

AmanahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang