10. Apa Yang Terjadi?

40 4 0
                                    


Desir pasir di padang tandus, seakan cerita kita telah menghilang tanpa bekas.

----------------

Jennie pun menjadi salah satu murid di kelas 12 ipa-1, kelasnya berada di lantai 3 dekat tangga dan bertetangga dengan ruang BK.

Perasaan pertama kali ketika ia menginjakkan kaki di sana adalah, sudut mata yang ia tangkap beragam.

Aneh, cantik, bingung, sinis, bodo amat, dan tatapan mereka hanya dalam diam saja.

Memang sih anak ipa itu terkenal dengan sikap introvent, dan itu yang kini di rasakan oleh Jennie. Tidak ada satu pun yang mengajaknya berbicara, seluruh murid yang berjumlah 20 orang saja itu sibuk dengan kegiatan masing-masing dan tidak bisa terlepas dengan buku, buku dan BUKU!.

Aku benar-benar tidak merasakan kehangatan disini, aku merindukan Jisoo dan Jin. Batin Jennie dengan tatapan sedih memainkan hpnya dan mendengarkan lagu tetapi ekspresi muka Jennie sangatlah dingin.

Kring kring kring..

Bunyi bel pun terdengar, para murid pun keluar tetapi tidak seperti yang biasa Jennie lihat. Seluruh teman-temannya seperti tidak mengenal satu sama lain.

Jennie pun keluar sambil mendengarkan lagu di earphone nya.

Ia tidak berjalan ke kantin, melainkan menyusuri tempat yang akan ia injak selama beberapa bulan ke-depan.

"Ayo, ayo...!" teriakan dan suara tepuk tangan terdengar sangat besar di tengah lapangan.

Jennie pun melihat dan berdiri paling depan untuk menyaksikan pertandingan sepak bola antar adik dan kakak kelas.

"Gol!" suara pun makin menjadi ketika seorang lelaki berhasil memasukan bola ke dalam gawang.

Para tim yang menang pun langsung melakukan tos ria dan kebahagiaan terpancar di wajah mereka.

Jennie benar-benar sedih, di sini dia seakan sendirian tidak ada yang memperdulikannya hingga ia merasa di tarik oleh seseorang.

"Kamu ngapain ke lapangan, hari ini lapangan di pake oleh jurusan Ips." ucap seorang gadis berambut di kepang dua kepada Jennie ketika sudah jauh dari keramaian.

"Memangnya aku tidak boleh melihatnya?" tanya Jennie bingung.

"Kalau sampai ada yang tahu kamu dari Ipa dan ada di tengah Ips kamu dalam bahaya. Di sekolah ini jurusan Ipa dan Ips tidak pernah akur," jawab gadis itu.

"Memangnya ada apa?" tanya Jennie melihat ke belakang ketika gadis itu semakin takut dan bersembunyi di balik tubuh Jennie.

"Wow, tidak ku sangka ada anak Ipa di kawasan Ips. Bukannya hari ini jadwal kami ya." ucap seorang lelaki menghampiri Jennie dan gadis berkepang dua itu.

Lelaki di depan Jennie, memiliki tinggi sejajar dengannya. Bola mata hitam, rahang tegas, rambut acak-acakan dan kancing kemeja di biarkan dua terlepas dan memperlihatkan kaos putihnya.

"Apa masalahnya jika saya dan temanku menonton? Lagi pula lapangan itu milik umumkan." ujar Jennie dan seketika membuat seluruh orang menjadi diam dan terpaku.

TAWA YANG MENYAKITKAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang