Prolog

13.4K 760 75
                                    

'123 missed calling.'
'99 incoming messages.'

Jennie melenguh panjang kala melihat notifikasi di layar ponselnya, wajahnya terlihat gelisah, dia menggigit bibir bawahnya sendiri. "Oh God... dia pasti marah padaku." Gumamnya sendiri lalu segera menghubungi nomor yang telah menghubunginya sejak tadi.

"Yeoboseoyo, honey.. aku minta maaf, aku tidak sempat memberimu kabar, aku terlalu lelah hari ini karena kau tahu hari ini adalah hari pertamaku kuliah...,"

"Aku beri waktu lima menit, datang atau aku tidak akan pernah memaafkanmu."

"Y-ya! Yang benar saja, hon.. bagaimana caranya aku tiba di unit mu dalam waktu sesingkat itu?" Ucap Jennie dengan suara yang bergetar.

"Bagaimanapun caranya, aku tidak peduli."

Tut!

Telepon itu berhasil terputus yang membuat Jennie mengerang kesal lalu melempar ponselnya ke atas ranjangnya dengan asal. "Arggghh! Selalu seperti ini!" Teriaknya sendiri di dalam kamarnya dengan wajah yang frustasi, namun beberapa menit kemudian dia menyambar ponselnya lagi dan melihat waktu sudah berjalan satu menit, itu artinya dia telah membuang-buang waktu yang sudah di berikan kekasihnya itu satu menit. "Fuck!" Gerutunya dan segera bersiap untuk menuju unit kekasihnya berada.

.

.

.

Apartement 404, Seoul.

Ceklek.

Jennie tiba di unit apartemen kekasihnya itu yang berjenis studio room, ia mencoba mengatur napasnya. "Honey, mian, aku...,"

"Dua puluh menit?" Sambar kekasihnya sambil melihat arloji di tangannya, dia sudah menunggu Jennie di atas sofa single miliknya.

Jennie meringis. "Honey, ayolah. Bahkan jarak dari unit mu ke rumahku lima belas menit kau tahu."

Kekasihnya tertawa keras, suara tawanya bahkan memenuhi ruangan yang hanya berukuran 35m2 dan hanya memiliki satu kamar di dalamnya. "Lima belas menit? Okay.. mari kita buka google maps." Katanya sambil mengeluarkan ponsel di dalam sakunya, membuat Jennie semakin menggigit bibir bawahnya, setelah itu dia menghampiri Jennie. "Kau punya mata? Bahkan di sini tertulis hanya sembilan menit, kau mau...,"

"Okay! Aku minta maaf Lalisa! Maafkan aku."

Lalisa semakin tertawa keras, satu alisnya naik. "Lalisa? Hmm, kau bahkan sudah berani memanggilku dengan sebutan nama saja."

"Menarik.." sambungnya sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

Jennie menghelakan napasnya. "Okay, apa maumu?"

"Sembilan menit jarak tempuh dan kau tiba dua puluh menit, kira-kira.. kemana kau selama sebelas menit itu?" Ucap Lalisa dengan tatapan intimidasi nya.

"Aku bersiap, apa lagi?"

Lalisa menganggukan kepalanya. "Bersiap, tetapi.. kau masih menggunakan piyama tidurmu, apa yang kau maksud dengan bersiap?"

Jennie tidak sanggup lagi, dia menatap Lalisa dengan tatapan yang berkaca-kaca. "Arrasseo, apa maumu?" Tanyanya dengan suara yang bergetar.

Lalisa tersenyum sambil mengelus pipi Jennie. "Kau pasti tahu apa yang kuinginkan."

Jennie pasrah, dia membuka bajunya sendiri satu persatu. "Hm, lakukanlah."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.



.


.

To be continued

Test ombak, baca prolognya dulu, kira-kira udah pada kebayang belum bakalan jadi cerita apa ini?

YOU (GxG) JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang