Chapter Three

4.2K 456 101
                                    

"Jadi bagaimana, Seul? Kau sudah memberikan suratku kepada Jennie?" Tanya Lalisa kepada teman sekelas Jennie, karena ia sendiri berada di kelas yang berbeda, dia terlihat sedang mendribble bola basket di tangannya, sedangkan Seulgi berusaha merebutnya.

"Sudah, tetapi.. responnya biasa saja." Jawab Seulgi yang berhasil merebut bola basket itu dari tangan Lalisa, gadis bermata monolid itu berlari membawa bola itu dan melemparnya ke ring, namun sayangnya.. bola itu terpantul mengenai pinggiran ringnya yang membuat bola itu tidak masuk.

Sedangkan Lalisa sudah berbaring di tengah-tengah lapangan basket itu, dia merentangan kedua tangan dan kakinya lebar-lebar dan menatap ke arah langit-langit sambil mengatur napasnya yang terengah. "Sial, kira-kira.. bagaimana caraku agar mendapat perhatiannya?" Gumamnya yang membuat Seulgi menghampirinya lalu duduk di sebelahnya.

"Kau benar-benar menyukainya?"

Lalisa menganggukan kepalanya. "Ya, sangattt." Jawabnya dengan cengiran khas di wajahnya.

"But.. sainganmu banyak sekali, Lalisa. Kau tahu dia salah satu gadis tercantik di sekolah ini, bahkan.. hampir semua siswa menyukainya dan siswi tomboypun menyukainya, jika bisa dikatakan.. hanya aku yang berbeda, aku lebih menyukai Irene sunbae." Kekehnya sendiri yang membuat Lalisa meninju lengan Seulgi.

"Bodoh, Irene sunbaepun sama.. dia termasuk gadis yang cantik di sekolah ini.. dan dia lebih sulit di dapatkan karena dia senior kita." Ucap Lalisa yang lagi-lagi membuat keduanya terkekeh. "Tetapi, tenang saja.. aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan Jennie, apapun akan kulakukan dan aku tidak akan menyia-nyiakannya ketika aku sudah berhasil mendapatkannya."

Flashback off

"Hon, boleh aku bertanya?" Gumam Jennie dengan hati-hati, keduanya baru saja bersiap di pagi hari, Jennie bersiap untuk pergi ke kampus sementara Lalisa bersiap untuk mengantar Jennie ke kampus dan kembali ke unit nya setelahnya.

Lalisa yang sedang memainkan ponselnya sendiri itu mengangguk. "Hmm, boleh. Ingin tanya apa, baby?" Jawab Lalisa lembut.

Jennie membasahi bibirnya. "Semalam, aku tidak sengaja mendengar ponselmu bergetar, lalu.. aku menjawab teleponmu dan.. suaranya ia adalah seorang gadis...,"

Lalisa menyeringit, dia meletakkan ponselnya begitu saja.
"Wait wait wait, jadi.. kau mengambil ponselku tanpa izin? Sejak kapan kau seperti itu, Nini?"

"Lihat aku, sampai sekarangpun aku selalu meminta izin darimu jika aku ingin mengecek ponselmu."

"Kau sudah tidak percaya denganku lagi?" Ucap Lalisa yang terus menerus, membuat Jennie menarik napasnya dalam-dalam, ia menggelengkan kepalanya.

"Honey, bukan seperti itu, aku hanya tidak sengaja dan aku tidak mungkin membangunkanmu, jadi aku menjawabnya." Ucap Jennie dengan wajah bersalah sedangkan Lalisa mendengus sebal.

"Sudahlah kau sudah tidak percaya padaku lagi, padahal.. aku selalu terbuka padamu soal apapun itu." Kata Lalisa yang membuat Jennie menundukan kepalanya.

"M-mian. Lain kali, aku tidak akan melakukan hal itu lagi."

Lalisa beranjak dari tepi ranjang Jennie. "Kalau begitu, ayo kita berangkat." Katanya yang membuat Jennie justru mengurungkan niatnya untuk bertanya, dia akhirnya mengikuti Lalisa.

Di sepanjang perjalanan, Lalisa hanya diam, dia bahkan tidak ingin menatap wajah Jennie, dia hanya fokus menyetir dengan raut wajah dinginnya.

Jennie mencoba memegang satu tangan Lalisa. "Hon, sorry.. aku sungguh minta maaf."

YOU (GxG) JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang