Chapter Two

4.5K 466 113
                                    

Jennie POV

Sesekali aku melirik arloji chanel hitamku yang melingkar di pergelangan tangan kiriku sambil terus menghubungi kekasihku, namun.. sudah hampir satu jam dia tidak menjawabnya.

Berkali-kali, aku juga sudah mengirim pesan untuknya, namun juga tak kunjung ada jawaban, sementara aku sudah berada di depan gerbang universitas ku, hari semakin sore dan cuaca sore hari ini terlihat cukup mendung, haruskah aku tetap menunggunya?

Tin tin.

Aku menoleh ketika mendengar suara klakson dari belakangku, dan terlihat mobil berjenis mercedes benz berwarna hitam sudah membuka kaca mobilnya, kami sama-sama saling menyeringitkan dahi kami.

"Jendeuk?!"

"Jisoonie?!"

Iya, itu adalah Kim Jisoo, dia adalah kakak kelasku dari kami sekolah dasar, bahkan kami juga sempat di pertemukan di junior school hingga high school, namun, hubungan kami tidak sedekat waktu sekolah dasar karena aku telah menjalin hubungan dengan Lalisa, dia melarangku untuk berteman dengan siapapun termasuk dengan Jisoo eonnie.

Kami berdua melompat bersama karena sekarang Jisoo eonnie turun dari mobilnya dan memegang kedua tanganku. "Daebak! Bagaimana bisa kita di pertemukan lagi?!" Tukasnya dengan semangat, aku tertawa setelahnya.

"Molla.. rasanya dunia memang sempit, selalu kau yang kutemui." Kataku dan kami berdua terkekeh dengan napas yang cukup tersenggal karena habis melompat-lompat senang, kamipun saling melepas tangan kami.

"Lalu, kau sedang apa masih disini?" Tanya Jisoo eonnie.

Aku membasahi bibirku. "Aaa... menunggu si toxic itu..." tebaknya langsung, sudah terbiasa dari semasa sekolah aku tidak pernah lepas dari Lalisa, bahkan.. aku tidak pernah terlihat memiliki teman siapapun dan Jisoo eonnie mengetahui hal itu, untung saja dia tidak marah dengan sikapku, karena dia tahu, bahwa Lalisalah yang melarangku.

Aku menyenggol lengannya menggunakan sikunya. "Ayolah, eonnie. Jangan sebut kekasihku seperti itu." Ucapku membela kekasihku.

Jisoo eonnie hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Ayo, lebih baik kau bareng aku saja pulangnya."

Aku menarik napasku dan menggeleng. "Anni, eonnie. Aku sudah berjanji akan menunggunya, mungkin dia ketiduran."

Jisoo eonnie manaikan satu alisnya. "Dia tidak kuliah?"

"Belum mau, dia belum tahu mau masuk jurusan apa, sedangkan mengikuti jurusanku kedokteran itu tidak mungkin karena dia tidak menginginkannya." Kataku dan Jisoo eonnie berdecak.

"Lalu? Dia hanya bermain game?"

"Tidak juga, eonnie.. dia mengantar dan menjemputku."

"Ck, selalu saja membela." Ucapnya.

"Ayo, Jennie. Kau mau pulang bersamaku atau tidak?"

Aku menggelengkan kepalaku sekali kali. "Anniyo, eonnie. Pulang duluan saja, aku masih menunggu Lalisa." Tolakku dengan baik-baik.

"Kau yakin? Langit sudah mendung sekali." Katanya dan aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum.

"Ne, aku baik-baik saja, jika hujan, aku bisa naik taksi." Jawabku dan Jisoo eonnie pun memasuki mobilnya dengan tatapan sendunya ke arahku, kami melambaikan tangan sebelum akhirnya mobil Jisoo eonnie pun melaju.

Aku melanjutkan menghubungi kekasihku, masih tidak ada jawaban.

Me:
"Sayang, belum bangun juga? Aku sudah menunggu sejak tadi, dan sepertinya, sebentar lagi akan turun hujan."
16.30 KST

YOU (GxG) JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang