Ch. 12 - Hari Ulang Tahun

19 2 0
                                    

Jangan PERNAH LUPA untuk, VOTE, COMMENT AND SHARE yaw...😼😼😼😼

***

Ch. 12 — Hari Ulang Tahun

Keesokan paginya, setelah mengisi perut dan berakhir ketiduran. Hiro terbangun dari tempat tidurnya dengan penuh semangat untuk memulai harinya dengan bermain game Apex Legend Online dengan tujuan mengalahkan Knight Max agar mendapatkan Job First Class pertamanya, yaitu, Warrior.

"Apakah sebaiknya aku langsung log in saja ya?" gumam Hiro pelan berniat untuk log in ke dalam game Apex Legend Online. Tapi segera dihentikan oleh nada dering panggilan masuk dari smartphone miliknya.

Terlihat di layar smartphone miliknya ada nama adiknya Ace. "Kenapa Ace menelepon?" gumam Hiro penasaran alasan adiknya itu tiba-tiba menelepon dirinya. "Bukankah harusnya dia sibuk kuliah?" kemudian mengangkat telepon dari Ace.

"ABANG HIRO!!!! SELAMAT ULANG TAHUN!!!!!" Baru Hiro mendekatkan smartphone miliknya di dekat telinganya, teriakan Ace yang sangat kencang langsung menembus gendang telinganya.

Dengan reflek yang cepat Hiro segera melempar smartphone miliknya ke arah kasurnya, "Bocah itu masih sama berisiknya. Arghhhh, telingaku..." Hiro merintih sambil memegang telinganya.

Namun masih berusaha meraih smartphone miliknya, "Ace bisakah... kau tidak berteriak saat menelpon ku?" ucap Hiro geram dengan sifat sang adik yang kadang kekanak-kanakan.

Mencoba untuk khawatir dengan sifat Ace yang terkadang masih kekanak-kanakan, tapi sepertinya sulit untuk mengkhawatirkan Ace karena adiknya tersebut memiliki kecerdasan yang sangat jauh di atasnya, mungkin kejeniusan ayahnya, Andre turun semua ke otak adiknya berbeda dengan dirinya yang hanya mungkin mewarisi satu per seribu isi otak Andre, ayah mereka berdua.

Hiro juga mengingat di beberapa masalah yang mereka hadapi saat mereka berdua masih berada di rumah yang sama. Baik saat ayah dan bunda masih belum berpisah atau saat ayah dan bunda sudah berpisah. Terlihat Ace menunjukkan sifat yang sangat dewasa, dingin, jernih dan cepat. Ia menyelesaikan semua masalah yang mereka hadapi tersebut tanpa beban sama sekali atau penuh keyakinan, terkadang ia sampai berkorban atau melakukan hal diluar nalar untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

Sebagai contoh, saat ia masuk ke dalam ruangan kerja ayah untuk memainkan salah satu game shooter lawas yang hanya ada di komputer lawas kesayangan ayah. Secara tidak sengaja saat ia memainkan komputer lawas tersebut, ia menumpahkan minuman yang ia bawa ke komputer tersebut sehingga terjadi arus pendek dengan colokan listrik yang tersambung membuat komputer tersebut rusak parah dan juga listrik rumah mereka padam.

Dan saat semua mata melihat Ace yang saat itu baru berusia 10 tahun, menjadikannya sebagai tersangka, Ace menghadapinya dengan sangat santai. Ia menunjuk dan mengalihkan pandangannya ke arah kucing peliharaannya sambil menceritakan kejadian bohong yang ia karang sedemikian rupa sehingga ayah dan bunda percaya pada dirinya, walaupun memang saat itu tidak berjalan terlalu mulus, karena beberapa kali ayah dan bunda hampir berhasil mematahkan kebohongan yang ia karang. Karena dengan keberuntungan yang tanpa habis dan juga tanpa malu ia menggunakan jurus pamungkas tangisan bocil kematian.

"Maafkan aku, bang Hir. Aku berteriak karena ini adalah hari ulang tahun mu," ucap Ace dari seberang telepon meminta maaf dan menyebutkan alasan mengapa ia berteriak begitu keras.

Hiro menghela nafas panjang mendengar alasan Ace, sebelum menyadari hari ini adalah hari ulang tahunnya dengan gesture mata melotot ke arah kalender di kamarnya, tidak sadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.

"Kenapa aku tidak menyadarinya?" gumam Hiro pelan bingung tapi masih bisa didengar oleh Ace di seberang panggilan, "Tapi tidak ada gunanya juga aku merayakan ulang tahun, semuanya sudah berubah." Hiro kembali menghela nafas panjang meratapi nasibnya yang diusir oleh bunda.

"Apa maksudmu bang?!" seru Ace keras setelah mendengar keluhan dan hela nafas panjang dari Hiro yang sangat sedih dengan nasibnya.

Hiro mendengar seruan panjang Ace tidak menanggapi, tapi malah berbalik tanya, "Jadi kau mau apa Ace?" tanya Hiro langsung pada intinya.

Ace tersenyum tipis mendengar pertanyaan Hiro, "Bagaimana kalau abang datang ke rumah? Kita rayakan ulang tahun abang bersama dengan bunda seperti dulu?" tanya Ace dengan senyum yang semakin merekah.

"Hah?! Apa maksudmu, Ace?! Apakah ada yang salah dengan isi kepalamu?!" seru Hiro langsung setelah mendengar jawaban dari Ace, bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan otak jenius dari adiknya tersebut.

"Maksudku ayo pulang ke rumah untuk merayakan ulang tahunmu dan terlebih lagi bunda sangat merindukan kehadiranmu," jawab Ace.

Mendengar jawaban Ace, alis Hiro mengkerut, "Jangan pernah mencoba untuk membohongiku, Ace." balas Hiro sedikit ketus, sebelum menutup telepon tersebut.

Hiro menghelas nafas panjang setelah menutup teleponnya, melihat ke arah langit-langit kamar kostnya, mencoba mengingat saat ia pulang kembali ke rumah bunda setelah pemakaman ayah.

Di hari bunda memukul, mengatainya tidak berguna dan mengusirnya dari rumah. Padahal ia sudah meminta maaf berkali-kali, bersujud dan mencium kaki sang ibunda, tapi benar-benar tidak ada kata penerimaan maaf untuk Hiro.

Kenangan itu sangat membekas di kepala Hiro, terutama di titik belakang kepalanya yang terkena lemparan sapu bunda sehingga menyebabkan kepalanya bocor dan meninggalkan bekas luka yang belum hilang sampai sekarang.

"Aish, bekas luka ini masih belum hilang sama sekali..." gumam Hiro pelan mencoba memegang bekas luka di belakang kepalanya perlahan.

Tapi Hiro akui, ia memang bersalah karena tidak menuruti bunda, merasa bersalah karena membuat bunda begitu marah kepada dirinya, ia merasa harusnya mengetahui bahwa kebencian bunda sudah mendarah daging kepada ayahnya, Andre dan harusnya ia berhenti mencoba untuk berurusan dengan sang ayah.

Hiro sangat menyadari bunda sangat egois dan tidak masuk akal, tapi Hiro tidak bisa berbuat apa-apa. Ia merasa dirinya hanyalah seorang anak, ia harus memaafkan semua keegoisan bunda atas apapun yang telah dan akan terjadi kedepannya. Karena dia hanyalah seorang anak.

"Sebaiknya aku melupakan semua itu," ucap Hiro kemudian melihat ke arah komputer dan perangkat Virtual Gear miliknya. "Sebaiknya aku kembali ke Apex Legend Online untuk menyelesaikan misi tutorial, kemudian grinding gold dan menjual gold untuk uang. Aku sangat miskin sekarang," gumam Hiro mencoba kembali memotivasi dirinya untuk bangkit dan mencari uang secepatnya.

"Tapi sebaiknya aku sarapan dulu..." gumam Hiro pelan telah menemukan semangatnya untuk melanjutkan hidup.

***
Chapter Harian

***
Sosial Media:

IG: @andryanolimbong
Twitter: @cengko_

***

Jangan lupa dukungannya!!! Kalian juga bisa mendukung Penulis dengan membelikan segelas kopi hitam seharga Rp. 5.000,- di

Karyakarsa.com/Cengko

Segelas kopi hitam dapat membuat penulis semakin bersemangat dalam mengupdate karya barunya atau mungkin mengupdate karya lama

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Apex Legend Online: The Rise of HeroesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang