Ibu meninggal waktu aku masih di asrama, jadwal sekolah lagi gila-gilanya. Ayah dan adik Ibu —Tante Ratna —yang datang untuk menjemputku. Salah satu orang yang menemukan jenazah Ibu adalah Mbok Sasti, asisten rumah tangga kami yang lama dan sudah bekerja selama lebih dari sepuluh tahun. Tiga bulan setelah kremasi Ibu, dia pensiun untuk mulai usaha warung walaupun penghasilan yang di dapat dari bekerja bersama kami lebih besar dari hasil jualannya.
Walau nggak ada yang mengatakannya padaku, aku paham Mbok pasti trauma. Sekalipun Mbak Sasti sudah nggak bekerja di sini lagi, Mbok Sasti adalah pemasok canang permanen. Tiga hari sekali, dia datang untuk membawa satu bungkus canang ke rumah.
Warung Mbok Sasti berdiri searah dengan asramaku. Dalam perjalanan kembali ke asrama, aku melewatinya dan nampak keponakan Mbok Luh menjaga barang dagangan sembari mejejaitan, menjahit canang-canang yang akan dijual.
Melihat warung itu membuatku kangen Ibu.
Aku kembali ke asrama setelah Ayah menelepon, takut kalau-kalau dia mendadak muncul di tempat Bli Arka. Aku dibekali makanan dan dua botol air minum oleh Bli Arka, belum ada satu pun yang kusentuh.
Setibanya di asrama, aku membagi satu botol air untuk satpam. Benar, ini bentuk penyuapan, tapi bukan yang melanggar hukum karena bentuknya cuma minuman dan aku belum melanggar aturan apa-apa. Aku cuma mau dibantu kalau-kalau aku perlu pergi dari asrama tiba-tiba.
Aku berpapasan dengan beberapa anak yang dijemput keluarga, suara roda koper mereka bergema di sepanjang lorong bersamaan dengan derap langkah menuruni tangga dengan penuh semangat.
Makin sepi, makin bagus untukku.
Setelah mandi, aku kembali menyalakan laptop dan memeriksa pesanan commision dari klien. Aku membagi commision jadi dua jenis : pribadi dan komersil.
Pribadi, kebanyakan datang dari orang-orang yang ingin memerlukan ilustrasi untuk koleksi atau karya pribadi. Komersil, bisa datang dari penerbit indie yang memerlukan cover buku atau dari orang-orang yang memesan ilustrasi dan cover untuk dikomersilkan.
Commission ilustrasi pribadi hanya sisa satu dan commision komersil ada dua. Belum ada pesanan lain masuk.
Pesan lain masuk ke ponselku, masih datang dari Ayah.
Besok Ayah jemput.
Itu bukan pertanyaan, melainkan keputusannya. Nggak ada lagi celah buatku menolak, dia sudah menetapkan besok aku akan pulang.
Aku membaringkan diri di kasur, meratapi nasib sialku ke depannya.
Tiba-tiba pintu kamar diketuk dua kali.
Buru-buru aku turun dari kasur, membuka pintu dan mendapati Emma — teman sekelasku -berdiri di lorong. Seperti biasanya, rambut Emma digulung rapi di belakang kepala, mengenakan rok sepanjang lutut berwarna merah jambu serta kaos putih polos. Di lengannya terkepit jaket jeans kelabu. Jaketku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Remains of The Day
JugendliteraturFather. Son. And A Grave In The Middle of Their House. Setelah Ibu bunuh diri, Ezra luar biasa menghindari rumah dan ayahnya. Bersekolah di asrama telah memberinya kesempatan untuk pergi jauh. Sayangnya, pandemi COVID-19 memaksa Ezra kembali ke ru...