prolog 🍃

7.9K 454 9
                                    

Di dalam kamar yang sangat redup, hanya ada sedikit cahaya dari layar komputernya. Di dalam kamar itu, terdapat seorang remaja laki-laki yang sedang fokus bermain game, mengabaikan teriakan-teriakan yang terdengar di luar kamarnya.

"Kau kembali dengan keadaan mabuk seperti ini!!!" terdengar suara marah dari luar.

"Aku lelah, aku akan ke kamarku," jawabnya itu.

"Lelah karena habis bermain dengan seorang wanita di luar sana kan!!" terdengar suara yang menuduh.

"Apa sekarang kau menuduhku bermain dengan wanita lain, ha?" tanyanya

"Aku tidak menuduhmu, aku sendiri yang melihatmu berjalan-jalan dengan seorang wanita," jawabnya

"Saat itu aku sedang bekerja," belanya.

"Bekerja? Pekerjaan apa yang kau lakukan sampai-sampai membawa seorang wanita ke hotel?" tanya wanita itu dengan nada tajam.

"Bagaimana dengan dirimu sendiri? Kau juga-"

merasa Masih terdengar suara suaranya remaja laki laki tersebut mencoba menghilangkan suaranya dengan menyalakan headset-nya hingga suara-suara yang mengganggunya tidak terdengar lagi.

"Aku tidak bisa ke dapur sekarang, sialan, padahal aku ingin mengambil beberapa cemilan lagi," ucapnya pelan sambil menatap sekilas cemilan yang mulai habis di mejanya.

"Ya sudahlah, aku bisa menunggu mereka selesai bertengkar. Aku akan menunggu hingga tengah malam," ucapnya dengan nada pelan.

"Kakak mendengarnya juga kan?" lanjutnya setelah memenangkan permainan.

Lalu, dia menatap bingkai foto seorang wanita cantik yang tersenyum cerah, sedang memeluk anak laki-laki kecil mereka. Mereka berdua terlihat sangat bahagia.

"Kakak, kapan mereka berhenti bertengkar? Kiel mulai bosan. Kakak, Mama, dan Papa mulai bertengkar lagi. Dulu kakak yang memeluk Kiel dengan erat, menenangkan dengan kata-kata penenang. Tapi sekarang, tidak ada yang memeluk Kiel lagi," ucapnya, mengungkapkan perasaan yang ada di hatinya.

"Kakak, seandainya Kakak masih hidup. Seandainya Kakak tidak menjadi korban kebakaran. Seandainya Kiel bisa mencegah kakak pergi," lanjutnya, mengeluarkan perasaannya.

"Tapi itu mustahil, Kiel. Tidak bisa mengubah masa lalu. Mau sekeras apapun Kiel mencoba merubahnya, Kiel tetap tidak akan bisa," ucapnya dengan tawa pelan.

Anak laki-laki remaja dengan mata yang layu dan kantung mata yang semakin gelap, dengan tangan yang penuh luka. Dia sengaja menyayat tangannya, menurutnya, menyayat tangannya sangat menenangkan baginya. Toh, dia sudah terbiasa, orang tuanya pun ikut serta melakukannya.

Kiel Arsalan Ravindra, itulah namanya. Anak yang awalnya tersenyum cerah bagaikan matahari di depan kakaknya, kini telah sirna. Hanya ada Kiel yang menjadi penyuka game, melampiaskan segala perasaannya ke dalam permainan.

Kiel menyimpan kembali bingkai kakaknya, lalu menatap kembali layar. Kiel merasa bingung. Perasaannya, ia tidak mengunduh game otome. Mengapa ada game ini di komputernya?

"Main jangan, main jangan. Ya sudahlah, hanya kali ini saja aku akan memainkan game seperti ini," batinnya.

Kiel terus memainkan gamenya hingga pukul 11 malam. Kiel masih belum sampai ke ending game. Sesekali, dirinya juga mengumpat pada pria yang sedang ia targetkan. Kiel sangat iri dengan wajah para pemeran pria. Mereka sangat tampan. Lihatlah rahangnya yang tegas. Berbeda dengan dirinya. Kiel tidak ingin mengakui bahwa dirinya iri dengan mereka.

Jam 1 malam, Kiel baru saja menyelesaikan ending gamenya. Ia tidak suka dengan endingnya. Terlalu klasik menurutnya.

"Ya, mau gimana lagi. Game otome memang seperti ini," ucapnya.

"Tuan, apa Anda tidak suka dengan ending gamenya?" tanya suara misterius.

Kiel baru saja menyenderkan dirinya di kursinya, mulai bangun kembali. Suara siapa itu? Dirinya melihat ke segala arah karena gelap. Kiel memutuskan untuk menyalakan lampunya agar dia bisa melihat dengan jelas.

Tetap saja setelah lampu menyala, Kiel tidak melihat ada orang lain di kamarnya kecuali dirinya sendiri.

"Tuan, apa Anda ingin mengganti ending gamenya?" suara tersebut kembali terdengar di telinga Kiel, kali ini suaranya terdengar melalui komputernya. Kiel mulai mendekati komputernya kembali, dan benar saja, terdapat teks di dalamnya yang sesuai dengan apa yang diucapkannya.

"Tuan bisa mengganti ending game dengan memainkan ulang game otome ini dengan ending yang tuan inginkan," kata-katanya sesuai dengan teks yang muncul di layar.

"Ending yang aku inginkan?" kebingungannya semakin bertambah.

"Ya, Tuan, hanya perlu mengatakan 'ya', dan tuan akan mendapatkan ending yang memuaskan," suara itu menjelaskan.

"Aku hanya perlu mengatakan 'ya'?" tanpa sadar, Kiel mengucapkannya.

Lampu mulai berkedip, menyala dan mati secara berulang.

Kiel semakin bingung dengan apa yang terjadi.

"Memuat game ulang..."

"Tu-Tunggu, aku tidak sengaja mengatakannya," ucap Kiel dengan panik.

"Memuat 20%."

"Memuat 50%."

"Ku bilang, tunggu!!"

"Memuat 80%."

"Ya sudahlah, jika game ini di-reset ulang, aku tidak akan memainkannya. Aku sudah mengatakan bahwa aku hanya akan memainkannya sekali."

"Memuat 100%."

"Otome game akan dimulai ulang. Otome game muat ulang selesai. Pemain akan memasuki otome game."

"Apa maksudmu?" tanya Kiel bingung.

Tiba-tiba, lampu di kamarnya kembali normal, dan cahaya mulai muncul di dalam layar komputernya. Cahayanya semakin terang, membuat Kiel Mau tak mau, harus menutup kedua matanya, dan tiba-tiba ia merasakan tubuhnya seperti terseret ke dalam layar komputernya.

"Selamat menikmati gamenya, pemain. Semoga berhasil," kata suara misterius.





HANYA FIGURAN BIASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang