1️⃣2️⃣

2K 184 3
                                    

"Ga mau tuh," ucap Abdrian, 'Andrian Akhtar Shankara'. Pria yang tadi berdebat dengan Kiel itu tersenyum miring, menatapnya dengan tatapan seperti musuh.

"Sudahlah," kata 'Cleo Navarez Batara', menghentikan pertengkaran kecil yang tidak jelas. Dia menarik kerah Kiel semakin tinggi karena anak ini mencoba untuk melepaskan dirinya.

"Lepasin!!" bentak Kiel.

Mendengar bentakan itu, membuat semua orang menatap Kiel dengan tatapan tajam.

"Apa!!" Kiel menatap tajam balik. Dia tidak peduli dengan tatapan orang-orang padanya.

"Kau berani membentakku?" tanya Cleo.

"Kerah Kiel, jangan narik kerah Kiel lagi. Kecekek Kiel ini bisa-bisa mati muda kan, ga lucu gara-gara cuma kecekek," ucap Kiel, menghiraukan ucapannya itu. Dia memegang lengan pria yang lebih besar dari tangannya yang sedang memegang kerahnya dari belakang.

Cleo mendengarnya dan melepaskannya tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Nama," kali ini suara tersebut terdengar dari arah sebelah Kiel. Kiel yang sedang sibuk membenarkan kerah bajunya pun mulai menatap orang tersebut.

"G-" Kiel ingin menolak, tapi pria yang menarik kerahnya malah berbicara, yang membuat Kiel menatap dengan perasaan permusuhan.

"Mau ditarik lagi?"

Kiel menggelengkan kepalanya. Dia mendengus dan mendumel. Mereka tentu saja tidak bisa mendengarnya, hanya gerakan bibir Kiel yang terus bergerak, jadi mereka dapat mengetahuinya.

"Kiel Arsalan Ravindra" pada akhirnya dia memberitahukan nama panjangnya itu.

"Udah kan? Sekarang giliran kalian," ucap Kiel, menatap satu per satu para pria yang mengelilinginya. Hanya bagian depannya saja, ya kali ia harus memutarkan badannya.

"Cleo Navarez Batara," ucap Cleo, pria yang menarik kerahnya.

"Shankara Batara, saka," ucap Saka, 'Shankara Batara'. Nama panggilannya Saka, orang yang menanyakan 'Nama' kepada Kiel.

Kiel menatap Saka dan Cleo. Wajah mereka terlihat sama. Apa jangan-jangan mereka kembar? Kedua orang tersebut yang sedang ditatap Kiel menarik alisnya sebelah. Tidak heran karena marga mereka pun sama.

"Vian Calixto," ucap Vian.

"Andr-" perkataannya terhenti saat Kiel menyela ucapannya.

"Lanjut sebelahnya," kata Kiel, menatap anggota yang lainnya. Mereka juga sedang menunggu untuk memperkenalkan diri.

"Teo Laskara Mahatma," ucap Teo.

"Langit Al Riyszard," ucap Langit, menatap Kiel dengan senyumannya.

"Gilvan Virendra Airlangga."

Ya, Itulah awal perkenalan Kiel dengan mereka semua.
..

Seseorang mengambil kartu nama tersebut dari lengan Kiel. Kiel yang merasakannya pun mulai mendongak, menatap siapa orang yang mengambilnya. Orang tersebut juga melihat ke bawah, menatap ke arah Kiel.

"Cleo," ucapnya, menatap ke arah Cleo. Cleo hanya menampilkan raut wajah biasa saja. Lalu kedua matanya mulai menatap kartu nama tersebut. Dilihatlah nama itu, nama marga yang tak asing.

Tanpa basa-basi, Cleo langsung membuang kartu nama tersebut, yang membuat Kiel syok. Bagaimana bisa Cleo langsung membuangnya tanpa persetujuan? Kiel menatap dengan rasa tidak suka ke arah Cleo. Hey, siapa tahu kartu nama itu penting dan berguna!

Kiel terkejut melihat Cleo menginjak kartu nama tersebut, membuatnya menatap heran ke arah Cleo.

"Tidak ada gunanya menyimpannya," ucap Cleo, seakan mengerti dengan tatapan Kiel.

"Cil," suara yang terasa familiar. Kiel lantas berdiri dari posisi jongkoknya, melihat beberapa orang berada di belakang Cleo. Mereka langsung berjalan mendekat ke arah Kiel dan Cleo.

"Ga usah cemberut gitu lah, elah, cuma kartu nama. Gue juga bisa," ucap Andrian, langsung saja mengeluarkan kartu nama dirinya dari sakunya. Tanpa basa-basi, Andrian malah menyimpannya langsung di saku celana Kiel.

Ya, mereka melihat semuanya, sampai pria itu mendekat dan memberikan kartu namanya.

"Kenapa kalian ada di sini?" Kiel tidak menggubris Tindakan Andrian dan malah bertanya.

"Cuman numpang lewat dan ga sengaja liat lo," ucap Andrian.

"Lo sendiri kenapa di sini?" tanya Andrian.

"Kerja, tapi sekarang udah pulang," jawab Kiel, yang langsung mendapat tatapan dari berbagai arah.

"Lo kerja?" ucap Langit, yang langsung mendapat anggukan dari Kiel.

"Lo tuh masih di bawah umur, ngapain kerja coba?" Langit tak habis pikir dengan teman barunya ini.

"Biar bisa menghidupkan kebutuhan diri sendiri," ucap Kiel.

Mendengarnya, Langit mulai berucap kembali.

"Orang tua lo kemana emangnya?" tanya Langit tanpa mengetahui apapun. Ia berucap seperti itu, tanpa sadar, dan melihat ke arah langit-langit. Mereka diam sesaat setelahnya, membuat mereka terdiam membisu.

____

Segini dulu aja ya nanti di panjangin :⁠-⁠)

HANYA FIGURAN BIASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang