Bab 🕓

4K 371 3
                                    

"Tuan, apakah Anda tiba-tiba mengalami amnesia? Saya harap tuan tidak menjadi pikun... Laki-laki paruh baya yang sedang tuan lihat saat ini adalah orang yang membawa tuan ke sini sambil menggendong tuan yang sedang tertidur di pangkuannya. Dia juga yang memanggil seorang dokter untuk tuan," jelas Sistem kepada Kiel.

"Aku adalah Varez Adisty Xaverius, dan wanita paruh baya di sebelahmu adalah istr-" kata Varez, namun dia terhenti ketika ranaysha menyela.

"Aku Ranaysha Shevanna Kaleysha," sambung Ranaysha, tersadar dari kekagetannya.

"Aku adalah istri dari Varez Adisty Xaverius, orang yang membawamu ke sini. Bagaimana keadaanmu, Kiel?" tanyanya, menjelaskan dan sekaligus menanyakan keadaan Kiel.

Kiel memikirkan kata-kata "Xaverius"

"Xaverius adalah salah satu marga dari para pemeran pria," jelas Sistem.

"Berarti saat ini aku berada di dalam mansion salah satu pemeran pria," ucap Kiel, namun dia terhenti ketika sistem menyela ucapannya.

"Benar, tuan. Anda sekarang berada di mansion salah satu pemeran pria," tambah sistem, memberikan penjelasan tentang keadaan Kiel.

Dalam hatinya, Kiel tersenyum.

"Kiel baik-baik saja, Tante Asha," jawab Kiel.

"Asha?" tanya wanita tersebut.

"Tante Asha adalah panggilan sayang dari Kiel," ucap Kiel sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Tuan, saya merasa ada pandangan yang tidak mengenakan sedang menatap Anda," ujar Sistem.

"Hanya bercanda. Itu adalah panggilan dari Kiel saja. Kiel memang suka menyebut nama orang yang menurut Kiel suka dengannya," ucap Kiel sambil tersenyum lebar.

"Jadi Kiel suka dengan Tante?" tanya wanita itu lagi.

"Tentu saja. Tante Asha terlihat baik dan cantik, baik dari luar maupun dalam. Kiel yakin," ucap Kiel dengan semangat.

Ranaysha tertawa mendengar perkataan Kiel.

.....

"Tante asha" Saat ini Kiel sedang disuapi bubur oleh Tante asha

"Kenapa?" sambil menyuapi Kiel.

"Ane Aya ko au Ama iel," Kiel berbicara sambil mengunyah makanan yang masih ada di mulutnya.

"Kiel, sebelum berbicara, telan dulu makananmu," ucap Tante Asha sambil tersenyum.

"Kiel sudah menelannya. Habis lihat?" Kiel membuka mulutnya sebentar memperlihatkannya pada Tante Asha.

Tante Asha hanya mampu tersenyum saja setelah melihatnya.

"Tante Asha, ko tau nama Kiel?" ulangnya lagi dengan raut wajah bingung.

"Karena Kiel menyebutkan nama Kiel sendiri," ucap Tante Asha lagi.

Kiel hanya menjawabnya dengan anggukan saja.

"Tante Asha, tangan sebelah kanan Kiel ko sakit ya kaya ditusuk-tusuk?" bingung Kiel.

"Oh, itu karena Kiel sedang diinfus," ucap Tante Asha tenang.

"Infus?" nada suaranya terdengar pelan di telinga Tante Asha.

"Iya, Kiel sedang diinfus saat ini," ucapnya yang masih tenang.

Kiel menatap lengan kanannya. Dia baru menyadari jika lengan kanannya sedang diinfus. Lama menatapnya, Kiel mengulurkan tangan kanannya ke arah Tante Asha.

Tante Asha yang melihatnya dibuat bingung.

"Tante Asha, infusnya bisa dilepas sekarang ga?" tanya Kiel.

"Ma-" Asha ingin melanjutkan ucapannya tapi Kiel malah menyelanya.

"Ga bisa dilepas?" nada suaranya terdengar menyedihkan dengan air mata yang mulai jelas di kedua matanya.

Asha berusaha menenangkan Kiel yang mulai menangis. Mangkok yang awalnya ia pegang disimpan kembali ke meja. Asha hampir menyerah, semakin ia mencoba menenangkannya, semakin kencang tangisannya juga.

Awalnya, Varez ingin mengerjakan pekerjaannya di ruangan pribadinya, tapi setelah dipikir-pikir, dia memilih untuk mengerjakannya di ruangan ini. Varez yang sedari tadi diam di kursinya sambil mengotak-atik komputernya merasa terganggu dengan tangisan Kiel yang semakin keras.

Dia berdiri dari mejanya setelah menyimpan komputernya di kursi dan mendekati tempat tidur Kiel. Varez menggendong Kiel kembali seperti yang ia lakukan saat membawanya ke mansion-nya, dengan hati-hati agar infus yang berada di lengan Kiel tidak terlepas.

"Kenapa menangis?" meski sudah tahu apa yang telah didengarnya, Varez tetap menanyakannya.

Lagi-lagi, Kiel mengulurkan tangan kanannya, kali ini ia mengarahkannya ke arah Varez.

"Apa?" dengan ekspresi bingungnya, Varez bertanya.

"Lepas," Kiel mengucapkannya dengan bibir yang sedikit dimajukan, berharap pria paruh baya ini melepaskan infusnya.

"Apanya yang dilepas? Kamu ingin aku melepaskan gendonganku darimu, hm?" lagi-lagi dengan ekspresi bingungnya, meski sudah tahu apa yang dimaksud Kiel, Varez tetap menanyakannya lagi.

Entah kenapa, ia ingin menggoda anak ini. Seharusnya Varez marah karena pekerjaannya terganggu oleh orang asing yang ia bawa ke mansion-nya.

HANYA FIGURAN BIASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang