🕙

2.9K 255 2
                                    

Kenapa mereka sekarang ada di sini? Seharusnya mereka sedang memarahi anak ini, bukan malah mentraktir bocah ini.

"Pak, beli bakso dua mangkok ya. Ga pake saus, ga pake kecap, mintanya cuma sambel aja," ucap Kiel sambil menatap pedagang bakso.

Bapak itu hanya mengangguk sebagai tanggapan. Setelah itu, Kiel dan yang lain duduk di meja sambil menunggu pesanan Kiel datang.

"Untuk siapa satunya lagi?" tanya orang yang duduk di sebelahnya.

Kiel hanya memiringkan kepalanya, lalu malah bertanya, "Apanya?"

"Baksonya kan Lo pesan satu mangkok, nah satunya lagi buat siapa?" ulangnya.

"Ya, buat Kiel lah, buat siapa lagi? Kalau kalian mau, kalian bisa pesan juga. Nanti bang Adrian yang bayar," ucap Kiel enteng sementara orang yang disebut namanya melebarkan matanya mendengar perkataan Kiel.

Lalu orang itu menjitak kepala Kiel, kesal karena Kiel yang seakan-akan akan membayar. Sebenarnya dia tidak ingin membayar untuk bocah ini, tapi karena terancam akan dilaporkan kepada orang tuanya karena ketahuan sedang tauran, bisa menjadi masalah buatnya.

Makanan yang dipesan Kiel akhirnya tiba. Ia sudah menyiapkan sendok dan garpu di tangannya, dan senyuman langsung terpampang di wajahnya.

Namun, sebelum baksonya masuk ke mulut, Kiel merasa tidak nyaman. Ia lantas menyimpan sendok yang berisi bakso yang sudah dipotong dan menatap mereka satu per satu.

"Kalian juga pesan bakso," ucap Kiel.

"Udah kenyang,"

"Ga nafsu,"

"Gada duit,"

"Mager,"

"Mbuh,"

Begitu seterusnya, yang lain juga menolak untuk membeli bakso. Mereka hanya ingin melihat saja.

"Kalau tidak mau, coba balikkan kepala ke belakang," suruh Kiel.

Mereka yang mendengarnya merasa bingung. Kenapa mereka harus melakukan hal tersebut?

"Kiel tidak suka dilihat saat makan," ucap Kiel sambil mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Ia membawa tas kecil untuk menyimpan barang-barang yang dibutuhkannya, dan ini adalah saat yang tepat untuk menggunakannya.

Kiel berdiri dan mulai menutup satu per satu mata mereka agar mereka tidak melihat dirinya yang sedang makan.

"Kenapa mata kami ditutup, oy!" ucap salah satu dari mereka.

"Seperti yang Kiel bilang, Kiel tidak suka dilihat," jawab Kiel.

"Tidak usah ditutup segala, kan bisa menutup mata saja," ucap Gio yang hendak membuka penutup matanya.

"Jangan dibuka. Kiel tidak akan makan baksonya kalau dibuka," ucap Kiel.

"Emang kenapa sih kalau kita lihat Lo? Tidak ada ruginya juga kan?" ucap yang lain.

"Gimana kalau Bang Rendra dan yang lain minta? Kiel tidak mau kalau bakso diminta. Nanti jadi sedikit dan tidak kenyang," ucap Kiel.

"Dasar bocah," ucap mereka dalam hati secara serempak.
.....

"Perut Kiel rasanya tidak enak," ucap Kiel sambil memegang perutnya.

"Tidak enak bagaimana?" tanya Vian.

"Perut Kiel seperti ada gelembungnya, kayak 'gebrek-gebrek-gebrek' gitu," jawab Kiel.

"Gebrek?" Vian dan yang lainnya tampak bingung dan menatap Kiel.

"Itu loh, kayak ada yang bergerak. Tapi ini gelembung yang bergerak," jelas Kiel.

Ucapannya malah semakin membuat mereka bingung, kecuali satu orang yang menatap Kiel dengan tatapan malas.

"Itu mah Lo masih lapar," ucap orang tersebut.

Kiel hanya tersenyum lebar. Yang lain mulai menatapnya dengan tatapan malas. Kiel bisa saja bilang langsung kalau dia masih lapar.

"Makan ini," ucap orang di sebelahnya. Kiel mendongak dan melihat tangan pria itu memberikan kue kering berbentuk beruang.

Kiel mengambilnya dan mengucapkan terima kasih. Ia mulai memakan kue tersebut. Rasanya renyah, manis, dan enak. Kiel menyukai kuenya.

"Bang Teo, beli di mana?" tanya Kiel dengan mata berbinar.

"Di toko," jawab Teo.

...

"Kalian tidak usah mengantar Kiel pulang. Rumahku tidak jauh dari sini," ucap Kiel.

Dua orang di sana memutar matanya. Tidak ada yang mengatakan akan mengantarnya pulang.

"Tidak ada yang bilang mau mengantarkanmu pulang," ucap Gerald.

"Siapa tahu," balas Kiel.

Mereka kembali ke tempat semula karena hari semakin gelap. Kiel memutuskan untuk pulang saja. Ia belum membeli rumah, mungkin ia akan ngekos saja.

"Kiel pulang dulu," ucap Kiel. Setelah mengucapkan itu, ia langsung berjalan tanpa menunggu jawaban mereka.

"Bang Andrian, nanti traktir lagi ya," ucap Kiel sambil berjalan. Kepalanya menoleh ke belakang sambil tersenyum lebar.

"Tidak akan," balas Andrian.

"Dia sudah pergi," ucap yang lain.

"Balik," ucap Gerald.

...

"Jadi, kita tidur di mana?" Kiel tampak bingung. Ia beranjak dari tempat tersebut seolah-olah mengetahui arah tujuannya, padahal ia sama sekali tidak tahu. Bahkan saat ini, ia belum punya rumah. Haruskah ia tidur di tanah, tanpa selimut atau kasur? Ah, ia merindukan kasurnya.

Sistem tidak menjawab, dan Kiel hanya bisa menghela nafas.

"Kalau kamu tidak mau menjawab, aku tidak akan menyelesaikan misi lainnya," ucap Kiel.

Mendengar itu, sistem akhirnya menjawab, "Anda bisa kembali ke rumah orang tua salah satu pemeran utama. Mereka pasti akan menyambut Anda dengan tangan terbuka."

"Kamu tahu aku tidak suka menumpang pada orang yang belum kukenal lebih jauh. Mungkin mereka hanya berpura-pura. Kamu lupa, para pemeran pria di game ini semuanya gila. Mungkin sifat mereka turunan dari salah satu orang tua mereka. Siapa tahu, kan? Aku lebih suka memiliki rumah sendiri," ucap Kiel.

"Berikan aku uang. Kamu sudah berjanji," ucap Kiel dalam hati.

Sistem hanya menurut dan sesuai janjinya, ia memberikan uang sebagai imbalan.

Layar muncul di depan wajah Kiel dengan tulisan yang menunjukkan jumlah uang. Jumlahnya cukup untuk membeli rumah sederhana.

Kiel akhirnya menemukan rumah yang cukup bagus menurutnya. Sederhana, tapi tidak terlalu sederhana. Ia juga telah melihat-lihat ruangannya dan cukup menyukainya.

Kiel membersihkan rumah tersebut. Agak susah karena tidak ada pembantu, tapi jika ia menyewa pembantu, uangnya akan cepat habis. Kiel tidak suka menghambur-hamburkan uangnya.

Setelah membersihkan rumah, Kiel memutuskan untuk memasak. Orang tuanya tidak pernah memasak untuknya, kecuali jika kakaknya ada. Mereka akan bersikap baik padanya, tapi hanya di depan kakaknya saja.

Kiel membaca tutorial cara membuat rendang paha ayam. Ia sudah menyiapkan bahan-bahannya dan mulai mempraktekkannya. Ia pikir itu mudah, ternyata agak sulit. Dapur yang awalnya bersih mulai berantakan, tapi pada akhirnya usahanya membuahkan hasil. Rendang paha ayam akhirnya jadi, dan Kiel membawanya ke ruang makan.

Aromanya saja sudah menggugah selera. Kiel tidak sabar untuk menyantapnya. Ia mengambil nasi dan meletakkannya di piringnya, lalu mulai memakannya. Sesaat setelah memakannya, Kiel mulai berpikir bahwa mungkin pesan antar lebih baik.

HANYA FIGURAN BIASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang