membidik target tersebut dan malah meleset, membuat raut wajahnya kesal. Sudah beberapa kali dia mencoba memainkan permainan tembakan ini, tapi setiap kali ia menembak, targetnya malah bergerak-gerak, sehingga Kiel tidak dapat mengenainya. Padahal, ia sudah menargetkannya dengan sungguh-sungguh. Raut wajah kesal yang Kiel tunjukkan untuk kedua kalinya membuat mereka ingin tertawa, meskipun hanya sebagian dari mereka.
"Sini, biar abang Andrian yang main. Lo mau boneka yang mana, hm..." ucap Andrian, yang langsung maju dan mengambil pistol yang berada di tangan Kiel. Begitu saja, sebelah lengannya ditekuk sedikit dan bersandar pada meja, menampilkan raut wajah tengilnya. Kiel ingin sekali melemparkan sesuatu pada wajahnya itu.
Kiel tersenyum paksa, lalu menunjuk mainan yang terlihat kecil. Kiel menunjuk boneka harimau yang terpampang jelas di tengah-tengah hadiah lainnya.
"Gampang, itu mah," ucap Andrian dengan percaya diri. Ia langsung menargetkan boneka harimau kecil itu, matanya tertutup sebelah, mulai membidik sang target. Setelah merasa pas, Andrian langsung menembakkan pistolnya.
"Nah," Kiel menatap boneka harimau kecil ini yang sekarang berada di kedua lengannya. Padahal, dirinya berharap tembakan itu meleset saja, agar bisa mengejek Andrian. Tapi ternyata, ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. Nyatanya, Andrian dengan mudahnya berhasil menembak targetnya dalam sekali main.
Lama kelamaan, lengan yang memegang satu boneka mulai penuh karena mereka bergantian bermain, membuat kedua lengannya kelebihan beban.
"Udah, lengan Kiel ga muat lagi!" keluh salah satu yang berada di lengannya. Hampir terjatuh, tapi itu langsung ditangkap oleh seseorang yang berada di sebelah kirinya.
"Makasih," ucap Kiel, menoleh ke arah Teo. Teo hanya mengangguk sebagai balasannya.
"Lah, Cil, yang itu belum dapet loh, satu kali lagi ya," pinta Langit, tatapannya seakan memelas. Sepertinya mereka mulai terbuai oleh permainan ini, padahal Kiel yang memintanya, tapi kenapa seakan mereka yang menikmatinya.
"Ganti permainan yang lain, orang-orang juga lagi pada ngantri, jadi gantian," ucap Kiel. Sudah sejak tadi mereka diperhatikan oleh banyak orang karena mereka memainkannya tanpa jeda.
Niat awalnya, Kiel ingin pulang ke rumah, tapi mereka malah menahannya dan mengajaknya untuk bermain sebentar. Padahal, Kiel ingin segera pulang ke rumah dan merebahkan dirinya di kasur yang empuk. Tapi mereka malah memaksanya. Namun, tak disangka, ia merasa senang karena Andrian, yang awalnya berwajah tengil, sekarang berekspresi seperti kucing penakut.
Bagaimana tidak, sekarang Andrian memeluk tiang cukup erat dan Kiel menertawakan tingkah Andrian. Kiel pikir Andrian tidak takut akan rollercoaster yang akan mereka naiki, tapi setelah sampai, Andrian tiba-tiba memeluk erat tiang yang ada di sebelahnya. Mau tak mau, sebagian dari mereka mencoba melepaskan Andrian dari tiang tersebut.
"Maneh teh ulah malu-maluin lah, njing," ucap Farel.
Tak disangka, ia mengucapkan hal itu karena sekarang banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, terlebih lagi melihat tingkah laku Andrian yang sedang memeluk tiang dengan erat. Farel 'Farel Kanagara Calif' mencoba untuk melepaskan pelukan Andrian itu.
"Kalau ga mau malu-maluin, ga usah ngajak-ngajak gue!" ucap Andrian. Ia sudah menolak permintaan mereka, tapi mereka malah menyuruhnya untuk tetap naik. Katanya sih, ga seru kalau ada sebagian mereka yang tidak ikut.
"Di bilang kan ga seru kalau salah satu dari kita ga ikut!!" Ucap Rendra Yang juga ikut menarik Lengan Andrian.
Berbagai bujukan telah mereka lakukan, tapi tak ada yang menarik perhatian Andrian, hingga Kiel berucap jika ia akan memenuhi satu permintaan Andrian. Hal itu membuat Andrian langsung menoleh ke arah Kiel.
"Jangan bohong lo, kalau bohong gue sumpahin jadi pacarnya gue," ucap Andrian ngawur, yang langsung mendapat 'muntahan' dari Kiel, tentu saja itu hanya pura-pura saja.
Sebagai tambahan, Andrian diminta untuk duduk berdua dengan Kiel. Untuk apa? Agar Kiel dapat melihat wajah Andrian saat menaiki rollercoaster, dengan mereka yang ada di belakang dan depannya.
Kiel lagi-lagi menertawakan ekspresi Andrian. Andai saja kalian bisa melihatnya, ekspresi Andrian sangatlah patut untuk diacungi jempol, apalagi jika ada kamera untuk memotret. Kiel ingin sekali melakukan itu. Ekspresi yang Andrian tunjukkan beragam, hingga wajahnya yang hampir ingin muntah sampai ia menganga dan berteriak histeris. Ini pertama kalinya Kiel tertawa lagi.
Saat selesai, Andrian mengeluarkan isi dari perutnya, tentu saja membelakangi mereka, lalu lanjut ke wahana yang lainnya. Saat sedang berjalan dengan mereka, Kiel merasakan hawa yang sejuk saat seseorang melewatinya. Rambut yang terurai panjang serta kedua mata biru lautnya. Ia hanya melihatnya secara sekilas, tapi orang yang ia lihat tidak menoleh ke arahnya.
Ia menghiraukan hal tersebut. Kini giliran Teo, Kiel, Gilvan, dan Saka. Mereka berempat memainkan game di komputer, sedangkan yang lain memilih untuk menonton saja. Mereka berempat dalam permainan menjadi rekan, di mana mereka harus mengalahkan para monster serta bos terakhir yang katanya sulit untuk dikalahkan. Beberapa menit memainkannya, pada akhirnya mereka telah sampai di bos terakhir. Semua menjadi hening dan setelah itu langsung heboh. Gilvan, Saka, dan Kiel memenangkan permainannya. Bagi mereka, Gilvan, Saka, dan Teo menang adalah hal yang biasa, tapi Kiel? Ia dengan telaten menenangkan permainan tanpa terluka sedikit pun.
"Kil, lo hebat banget sih!" ucap Vian tanpa sadar langsung mengusap surai rambut Kiel. Kiel yang merasakannya menutup matanya sebelah saat Vian mengusapnya, baik di sebelah kiri maupun kanannya. Saka dan Gilvan juga melakukan hal yang sama.
Hari sudah larut malam, mereka memutuskan untuk mengakhiri permainan dan mengantarkan Kiel pulang. Mereka menunggu Kiel sampai masuk ke dalam rumahnya, dan setelah itu mereka pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA FIGURAN BIASA
Teen Fictionbukan bl ❌ menceritakan Kiel yang terseret ke dalam layar game yang sedang ia mainkan oleh sistem bisakah ia meluluhkan hati para pemeran tokoh dalam game atau malah sebaliknya Rank: 🐥 4# Kekangan