ch 1️⃣4️⃣

1.5K 149 9
                                    

Akhirnya, ia sampai melihat ke arah luar jendela dan tidak banyak yang berubah menurutnya, bangunan-bangunan tetap sama. Melihat ke arah depan, mansionnya pun tampak sama, beberapa menit lalu menurutnya. Namun, kenyataannya mansion begitu kacau; para pelayan berlarian ke sana kemari, bodyguard pun tidak terlihat, dan tidak ada yang memperhatikan kedatangannya, seolah ia transparan.

"Tuan muda," orang yang sedari tadi memegang kopernya mulai memanggilnya.

"Tidak usah, bawa barang-barangku ke kamarku," ucapnya.

Mendengarnya, orang suruhan tersebut mulai menunduk sedikit dan melangkah menaiki tangga menuju kamar tuan mudanya.

Sebenarnya, ia penasaran dengan apa yang terjadi, tapi melihat kedua orang tuanya yang tidak memperhatikannya, ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri.

Sesampainya di ruang pribadinya, dia langsung memanggil orang kepercayaannya.

"Cari tahu mengapa orang tuaku bersikap seperti ini."

Setelah selesai mencari tahu, laki-laki remaja yang sedang membaca berkas-barkas yang didapatnya pun menyuruh orang suruhannya mencarinya dan juga memotrekannya.

"Cari dan ambil foto anak lelaki itu."

"Apa saya harus membawa anak lelaki itu juga?"

"Tidak perlu, kamu hanya perlu mengambil potonya saja."

Keesokan harinya, orang suruhannya datang dengan beberapa foto di tangannya. Dia langsung menyerahkannya kepada tuannya.

Melihat foto-foto anak remaja yang sedang bekerja, dia mulai berpikir apa yang membuat orang tuanya begitu fokus pada anak lelaki ini, padahal dilihat dari segi mana pun tidak ada yang menarik dari dirinya.

Begitulah menurutnya beberapa hari lalu, tapi kebetulan saja ia malah masuk ke dalam toko tempat anak remaja itu bekerja dan membandingkannya dengan foto yang selalu ia simpan di samping saku jasnya dengan anak yang sedang bermain alunan musik tersebut. Dengan gitar yang dimainkan, suaranya pun tidak terlalu buruk menurutnya.

"Ketemu."

Merasakan sentuhan pada kemejanya, dia lantas berbalik melihat kurcaci kecil sedang memegang kemejanya.

"Kartumu jatuh."

Tanpa disadarinya, dia terlalu memperhatikan anak yang ada di hadapannya, hingga remaja itu menatapnya tidak nyaman, dan lantas ia mengubah pandangannya, menerima kartu tersebut.

"Terima kasih. Apa aku boleh tahu namamu?"

Melihat anak lelaki ini terlihat curiga padanya, ia lantas mulai berbicara.

"Aku bukan orang jahat, ko."

"Kiel."

"Kiel ya, baiklah." Anak ini pasti tidak akan menolak. Ia ingin mengeluarkan uang dari sakunya, tetapi lengan kanannya tiba-tiba dipegang oleh Kiel.

"Aku tidak perlu uang, aku melihat kartumu karena kebetulan."

Tatapannya tiba-tiba menajam, membuat anak ini terlihat seperti ketakutan padanya. Hal ini sudah wajar terjadi.

Karena anak ini menolaknya, ia langsung saja ke intinya, menyerahkan kartu yang tadi ia ambil padanya. Ia sengaja menjatuhkannya.

...

"Apa yang kau rencanakan?"

"Aku hanya ingin mengenalnya. Memangnya salah?"

"Orang sepertimu begitu penasaran dengan seseorang sampai-sampai menyerahkan kartumu, jangan membuatku ingin tertawa."

"Cleo, apa kau begitu tahu semua tentangku? Tidak kan, lebih baik tutup mulutmu itu."

Cleo menatap tajam sepupunya Henry Ranlo Xaverius, seharusnya tidak kembali ke sini.

"Lagian, dilihat-lihat, anak itu cukup menarik. Dia juga pemberani. Aku ingin bermain-main sedikit, tidak masalah kan?" Henry menatap sepupunya itu.

"Apa yang membuatmu mendekatinya juga? Aku bertanya-tanya mengapa orang tuaku beserta dirimu begitu menyukainya?!" ucap Henry.

"Mumpung kau disini, aku tinggal menanyakannya padamu," lanjutnya.

"Aku tidak menyukainya, aku hanya ingin mendekatinya saja."

...

"Sistem, bukankah orang yang menyerahkan kartu ini dua hari yang lalu itu-"

"Benar, tuan. Dialah salah satu pemeran pria yang ada di sini."

"Kenapa kau tidak memberitahuku sedari awal??"

"Anda tidak bertanya, jadi saya tidak menjelaskannya."

"Sistem, apa kau bisa berubah menjadi manusia dan muncul di hadapanku hanya sekali saja?"

"Mengapa saya harus menjadi manusia di hadapan anda?"

"Karena aku ingin sekali memukul wajahmu untuk hari ini."

"Jika begitu, aku tidak akan pernah memperlihatkannya."

Kiel bangun dari tempat tidurnya. "Memangnya kau benar-benar bisa berubah menjadi manusia?"

"Anda percaya perkataan saya barusan? Jika benar, anda sudah gila. Tentu saja sistem tidak bisa berubah wujud menjadi manusia."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HANYA FIGURAN BIASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang