bab 1️⃣1️⃣

2.8K 232 14
                                    

Tatapan tajam dan pandangan merendahkan dari pelanggan pria membuatnya memutuskan untuk tetap tenang.

"Ini makanan Anda, Tuan," ucap Kiel sambil meletakkan makanan di atas meja.

"Apa ini saja pelayanannya?" keluhnya.

"Jika Tuan menginginkan sesuatu yang lain, silakan sampaikan," kata Kiel tetap dengan senyuman.

"Aku mengharapkan seorang pelayan wanita cantik yang datang ke sini, mengapa yang datang adalah pelayan pria? Apalagi wajahmu sangat jele-" Kiel terhenti saat seorang pria di meja itu menutup mulutnya dengan segelas air.

"Sayang sekali, pelayan wanita di sini sedang sibuk melayani pelanggan lain, tetapi saya akan memberikan pelayanan gratis, bagaimana dengan itu? Apakah Anda menyukainya?" ucap Kiel sambil masih menawarkan minuman, namun tanpa sengaja minuman itu tumpah di sekitar mulut pria tersebut.

Pria yang dipaksa untuk minum menjadi marah dan berdiri, menyebabkan kursi dan Gelas jatuh ke lantai dengan suara keras, menarik perhatian orang di sekitar.

"Apa kau gila?!" teriaknya.

"Tidak," jawab Kiel dengan tenang.

"Di mana manajer di sini? Aku ingin memintanya untuk memecat anak yang tidak kompeten dan tidak tahu diri ini!" ucapnya dengan nada yang masih terdengar tinggi.

"Tuan," ucap Kiel sambil mendekat dan mulai berbisik kepadanya.

"Sebelum Anda melaporkan saya dan mencoba untuk memecat saya, coba Tuan introspeksi diri. Tuan bilang saya tidak tahu diri, tapi sebenarnya Tuan yang lebih tidak tahu diri di sini hanya sebagai pelanggan. Anda tidak boleh sembarangan melakukan hal seperti itu kepada pelayan wanita di sini atau di tempat lain. Apakah Tuan berpikir bahwa hanya karena kami adalah karyawan, Tuan bisa melakukan apa pun yang Tuan inginkan?" ucap Kiel dengan suara pelan.

"Tuan hampir melecehkan pelayan wanita di sini dengan hampir melakukan sesuatu yang seharusnya tidak Tuan lakukan. Sebagai pelanggan, Tuan harus tetap menghormati dan tidak melanggar batas-batas. Apa yang Tuan pikirkan? Hanya karena kami adalah karyawan, bukan berarti kami tidak memiliki harga diri," ucap Kiel dengan lantang.

Kiel telah sabar selama ini, tetapi setiap kali pria tua ini datang ke kafe, para wanita selalu mengeluh tentangnya. Ia tidak bisa membiarkan hal ini terus berlanjut, karena mereka juga memiliki harga diri.

"Benarkah itu?" tanya seseorang.

"Pria itu ingin melecehkan pelayan wanita yang ada di sini? Padahal pelayan di sini semuanya masih muda,"

"Pria yang sudah berumur," tambahnya.

"Apa jangan-jangan sebagian pelayan di sini-"

"Untung saja mereka dapat menghindarinya," lanjut Kiel dengan lantang.

"Untunglah," sahut orang lain.

"Usir saja pelanggan yang seperti itu."

"Usir," setuju mereka hampir semua yang ada di kafe. Mereka ingin mengusir pria tua yang berada di hadapan mereka. Pria tua itu menahan rasa kesal dan malu, sambil menatap tajam Kiel.

"Awas saja kau," ucapnya sambil pergi dengan cepat.

Suasana menjadi canggung. Kiel, yang sudah mengetahui bahwa ini akan terjadi, mulai berbicara.

"Bagaimana jika aku menyanyikan sesuatu untuk meredakan kemarahan kalian semua?" ucap Kiel dengan cukup keras agar semua orang di kafe dapat mendengarnya.

Mereka mengangguk setuju, karena mereka juga butuh hiburan.

Kiel berjalan ke arah gitarnya dan kembali ke tengah-tengah para pelanggan. Dia duduk di kursi.

Dia mulai memainkan gitar dan menghasilkan melodi yang sangat indah dengan suara yang merdu. Kiel sering bernyanyi di kamarnya dan sering berlatih bersama gitarnya. Entah mengapa, kemampuannya dalam bermain meningkat dengan pesat.

Semua orang mendengarkan dengan penuh perhatian. Ada yang membuka matanya dan menatap Kiel secara langsung, sementara yang lain menutup kedua matanya sambil menikmati setiap baris lagunya.

Seseorang yang telah memperhatikan sejak tadi mulai mengeluarkan foto yang ada di sakunya. Dia menunjukkannya ke arah Kiel dan membandingkannya. Pria tersebut tersenyum dengan senyuman miring.

"Ketemu," katanya.

"Akhirnya," ucap Kiel sambil meregangkan setiap bagian tubuhnya.

"Kiel"

Mendengar ada yang memanggilnya, Kiel menatap seorang wanita yang menunduk dan meremas bagian bajunya. Kiel yang mengerti pun mulai tersenyum.

"Em.. terimakasih untuk yang sebelumnya"

"Sama-sama, aku juga kesal dengan pria tua itu. Bagaimana mungkin dia berani mengatakan bahwa wajahku jelek, padahal aku sangat tampan," ucap Kiel dengan sedikit kesombongan.

Mendengarnya, wanita tersebut tersenyum lebar dan tertawa. Dia menyukai kepribadian Kiel.

"Tentu saja, Kiel memang tampan," ucapnya dengan tulus.

..

Kiel berjalan menuju rumahnya ketika tiba-tiba seseorang tidak sengaja menyenggolnya. Orang yang menyenggolnya meminta maaf dan segera pergi. Namun, sebelum pergi, kartu jatuh dari sakunya. Kiel melihat kartu tersebut dan mulai mengejar orang tersebut yang sudah mulai menjauh. Kiel menegur pria tersebut sambil memegang kemejanya.

"Kartumu jatuh," ucap Kiel sambil menunjukkan kartu tersebut.

Pria tersebut terus memperhatikan Kiel, membuat Kiel merasa tidak nyaman. Lalu, tangan pria tersebut terulur untuk mengambil kartu tersebut.

"Terima kasih. Apa aku boleh tahu namamu?" ucapnya.

Kiel menatap pria tersebut dengan curiga, tetapi dari penampilannya, pria tersebut tidak terlihat seperti orang jahat. Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilannya saja.

"Aku bukan orang jahat, kok," ucapnya seolah-olah mengerti dengan pikiran Kiel.

"Kiel," jawab Kiel.

"Kiel, ya? Baiklah," ucap pria tersebut. Kiel melihat pria tersebut ingin mengambil sesuatu dari saku bajunya. Selembar uang merah mulai muncul. Kiel seakan tahu apa yang akan dilakukan pria tersebut dan mulai memegang tangan kanannya yang hendak mengeluarkan uang.

"Aku tidak perlu uang. Aku hanya menemukan kartumu karena kebetulan," ucap Kiel.

Melihat ini, pria tersebut menatap Kiel dengan datar, membuat Kiel merasa ngeri.

"Baiklah, aku tidak akan memberikannya, tapi terimalah kartu namaku. Mungkin saja kau membutuhkannya," ucapnya sambil menyerahkan kartu yang terjatuh kepada Kiel. Sebelum Kiel bisa menjawab, pria tersebut sudah pergi dengan mobilnya. Entah dari mana mobil tersebut datang begitu cepat.

HANYA FIGURAN BIASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang