03

11 4 0
                                    

Bu Anjas terlihat sangat marah, sorot matanya menunjukkan bahwa kelakuan ini seperti tidak bisa di toleransi. Entah tatapan tajamnya dia berikan kepada siapa. Semua seakan takut melihat sosok Bu Anjas yang di kenal penyabar tiba-tiba meluapkan Amarahnya.

Wajah Bu Anjas memerah, "Operator, putar video yang saya berikan tadi." Lantas pada layar besar di depan muncul gambar seorang gadis yang tengah membuka lembar-lembar kertas ujian. Dari video CCTV tersebut itu pukul 13.30 di mana semua siswa dan beberapa guru sudah pulang. Hal yang sama terulang selama lima hari.

"Ya, mungkin orang tuanya ada di sini. Itulah kelakuan anak kalian yang katanya siswa berprestasi, dia menghapus dan mengganti nama lembar ujian Alara menjadi namanya sendiri. Di setiap mata pelajaran yang di ujikan. Kalau ada yang bertanya mengapa saya tidak menegurnya? Karena murid seperti dia itu tidak punya rasa jera. Dan saya yakin dia akan mengulangi itu setiap harinya meskipun sudah saya tegur di hari pertama." Jelas Bu Anjas.

"Kok bisa dia seperti itu? Entah motif apa saya sendiri tidak tahu dan kemungkinan dia iri dengan kepintaran Alara." Lanjutnya.

"Jadi, total nilai yang di peroleh Alara itu adalah hasil ujian miliknya, Julia Agnesia Lorenz. Saya kenal betul Bapak Ryander Lorenz, tapi kenapa anaknya seperti ini. Haruskah? Berbuat kecurangan agar menjadi bintang yang terpandang. Itu akan semakin menjatuhkan kamu sendiri, Julia."

Orang tua Julia hanya terdiam, Alara pun kaget jika Julia sampai berbuat demikian. Padahal saat ujian Julia tak pernah sekalipun mendekat padanya.

"Untuk itu, Siswa berprestasi urutan pertama adalah Alara Raynelle. Silakan maju." Ucap MC lantang.

Satu ruangan bertepuk tangan dengan meriah. Orang tua Alara bersyukur, anaknya bisa mendapat prestasi yang membanggakan dari usahanya sendiri.

Julia mundur dengan malu dan langsung di tarik ibunya untuk di ajak pulang. Orang tua Julia tak kalah malunya akibat perbuatan anaknya yang di luar nalar ini.

Kepala sekolah pun memberikan Piagam Penghargaan kepada para siswa berprestasi. Alara bahagia melihat kedua orang tuanya tersenyum menyaksikan pencapaiannya.

Acara wisuda telah usai, beberapa sudah mulai meninggalkan sekolah. Ada juga yang masih berfoto-foto.

Brama merangkul putrinya, "Kita jangan pulang dulu, ayo ke pantai! Sudah lama kan kamu tidak kesana?" Ajak Brama.

"Ayo ayahhh!" Alara girang sekali.

Mereka bertiga berangkat, naik delman yang masih menjadi trasportasi favorit di desa Bahtera ini.

Sambil menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Alara tersenyum, "Ayah, Ibu, terima kasih sudah memberikan yang terbaik untuk Alara." Ujarnya.

"Kami yang harusnya berterima kasih karena kamu telah menjadi putri kami yang terbaik." Ucap Padma sambil mengusap kepala Alara.

"Sama-sama, Ibu. Tanpa ibu dan ayah aku nggak akan jadi sekuat sekarang."

Brama dan Padma tersenyum. Sangat bersyukur di beri karunia seindah Alara.

Sesampainya di pantai ketiganya langsung menikmati indahnya pantai. Menikmati semilir angin, juga bermain air dengan riang. Tak lupa mengabadikan momen kebersamaan mereka.

"Maafkan kami, Nak. Kami buat kamu mencintai segala tentang lautan. Hingga nanti kamu tak bisa membencinya setelah tau apa yang di ambil lautan darimu." Ucap Brama dalam hatinya.

°°°

Usai sudah masa biru putih, kini sudah memasuki liburan. Alara dan keluarganya sibuk mengurus kepindahan
mereka ke kota. Ada hal mendesak yang membuat mereka harus pindah.

Meninggalkan desa Bahtera dan menetap di kota Amerta. Brama juga takut jika ada suatu kebencian yang dapat mengungkap masa lalu Alara sebelum waktunya.

Bukannya egois mereka takut jika mental Alara belum siap menerima kehilangan yang sesungguhnya. Dia takut Alara trauma berat yang akhirnya depresi.

Liburan kenaikan kelas kali ini sekitar dua bulan, minggu kedua Alara sudah pindah ke kota Amerta dan mengikuti test di SMA nya nanti. Sebelum pindah, hampir setiap hari Alara berkunjung ke Pantai Dahayu untuk menikmati keindahannya. Setelah di kota nanti semoga saja ada pantai yang bisa dia kunjungi untuk sekedar menenangkan diri.

Mengapa Alara begitu menyukai pantai dan laut? Baginya pantai dan laut adalah simbol kehidupan, pasang surut pasti terjadi. Tentang ombak, besar kecilnya ibarat masalah dalam kehidupan, bagaimana cara kita mengendalikan kapal untuk menghadapi ombak yang besar atau kecil. Bagaimana kita membawa kapal agar tak melawan arus. Juga bagaimana menjaganya agar tak tenggelam.

Hanya sekedar duduk manis di tepian saja sudah membuatnya memahami banyak hal. Bagaimana jika dia menyelami isinya? Di dalamnya pasti banyak  kehidupan yang bisa dia ambil maknanya. Kadang kala dia bermain air meski takut tenggelam atau membuat istana pasir seperti anak kecil. Dan itu membuatnya merasa sangat bahagia.

"Seperti ada rindu yang terbalas ketika aku di pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seperti ada rindu yang terbalas ketika aku di pantai." batin Alara.

Alara selalu merasa seperti ada pelukan hangat meski angin berhembus dengan kencangnya. Hingga rambutnya berkibas kesana kemari. 

"Alara..." 

Terdengar seseorang memanggil dengan suara yang lembut. Alara lantas menoleh memastikan siapa yang memanggilnya. Suaranya lembut seperti hembusan angin.

"Alara, terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Kau putri kami yang hebat, orang tuamu juga baik. Kita akan bertemu pada garis takdir yang baik."

Samar-samar suara lembut itu terdengar membuat Alara ketakutan hingga dia tak fokus pada pesan yang tersampai. Akhirnya Alara memutuskan untuk pulang karena matahari sudah mulai pulang dan langit mulai menunjukkan gelapnya.

***

Hari yang ditunggu telah tiba, Alara dan kedua orang tuanya sibuk memasukkan barang ke dalam mobil pick up untuk di bawa ke rumah baru. Dua mobil pick up penuh dengan barang-barang. Lalu, untuk apa rumah ini di tinggalkan? Rumah ini tak akan dijual hanya akan disewakan jika ada yang membutuhkan. Karena tak ada yang tahu bagaimana kedepannya bisa juga hal mendesak mengharuskan mereka kembali ke Desa ini. Desa Bahtera yang penuh kenangan dan pembelajaran. 

Setelah selesai mereka naik ke mobil pick up dan kemudian melakukan perjalanan menuju kota Amerta. Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di sana.

Sambil menikmati perjalanan. Alara berkata pada dirinya sendiri. Berterimakasih kasih karena mampu bertahan sampai titik ini. Berterima kasih juga pada desa Bahtera yang indah dan memberinya kenyamanan selama lima belas tahun lamanya.

Kini saatnya memulai kehidupan baru, semoga masa putih abu-abunya tak buruk seperti masa SMPnya.

"Selamat tinggal desa Bahtera semoga kita bisa bertemu di lain waktu." Alara berseru saat melewati plang 'Selamat Tinggal'

"Terima kasih Bahtera sudah memberikan kami takdir indah bersama malaikat yang Tuhan kirimkan. Dan Laut Dahayu akan selalu menjadi kenangan dan rindu yang akan membawa Alara pulang untuk mendekat pada rindu yang tak pernah dia sadari" Ucap Padma dalam batinnya.

Semoga kali ini perjalanan tak seberat sebelumnya. Ikhlas adalah perihal sulit apalagi jika kita tahu bahwa kita pernah kehilangan dan tak sempat menjaganya.

Nganjuk, 4 Desember 2023

OMBAK KEHIDUPAN - "Renjana di balik pesisir hati"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang