Pantai Ladrey, 23 Oktober 2043
"Dan kini kita memulainya, berlayar mengarungi lautan hingga nanti sampai pada dermaga yang kita impikan."
~Ren Mavy Sanjaya~"Terima kasih buat hari ini kak." Ucap Alara sesampainya di rumah.
"Sama-sama, cantik." Ren mengelus puncak kepala gadisnya. Ya, Alara sudah menjadi gadisnya. Alara bener-benar bisa kena asma jika setiap hari diperlakukan seperti ini oleh Ren.
"Ya sudah, kamu masuk, ya. Sudah mulai gelap. Aku pulang dulu, sampaikan salam buat Ayah dan Ibu. Maaf bawa anak gadisnya kelamaan." Pesan Ren.
"Gapapa, Kak. Ayah dan Ibu tenang kalau aku sama kak Ren." Jawab Alara membuat Ren tersenyum, lalu melambaikan tangan dan melaju dengan motornya.
Alara mengamati kepergian Ren hingga hilang dari pandangannya. Kemudian memasuki rumahnya sambil tersenyum salah tingkah. Mimpi apa dia semalam sampai hari ini sangat indah.
Tiba-tiba...
"Dor!!!" Suara yang membuat jantungnya hampir lepas. Ya, siapa lagi kalau bukan ulah kedua orang tuanya. "Ayah...Ibu.." ucapnya geram.
"Ututu... Anak gadis habis kencan sama mas pacar." Goda Brama.
"Ayah, kayak nggak pernah muda aja." Cibir Alara tak mau kalah mengundang gelak tawa dari Ibunya
"Ya sudah mandi sana, habis itu makan."
"Hmm... dapet salam tadi dari Kak Ren buat Ayah sama Ibu." Ujar Alara sambil berlalu.
"Asyiapp! Bilangin ke pacarmu itu suruh nemuin Ayah." Kata Brama bercanda.
Alara yang sangat polos situ tentu saja panik, akhirnya dia mengirim pesan pada Ren untuk menemui Ayahnya.
Alara Rayn : Kak Ren, sibuk ngga?
Kak Ren : Enggak, nyantai aja ini. Kenapa sayangku?
Mendapat balasan seperti itu membuat dadanya deg-degan.
Alara Rayn : Tadi ayah bilang kakak suruh nemuin Ayah.
Ren juga panik, kenapa? tanpa pikir panjang Ren mengiakan ucapan Alara. Takut nanti Alara yang terkena imbasnya.
Kak Ren : Aku OTW ya, Sayang.
Alara terkejut Ren sangat gercep.Dia cepat-cepat membalas pesan Ren, tapi hanya centang satu abu-abu.
"Duh, gimana ini? Padahal besok aja bisa loh Kak Ren ini. Aku juga salah harusnya bilang kalau nggak harus sekarang." Alara bingung sendiri.Ren melaju dengan kecepatan sedang dan berusaha fokus agar tetap aman. Dia menuruti ini karena belum terlalu mengenal Ayah Alara, karena beberapa kali hanya Ibunya yang ada di rumah.
Akhirnya dia sampai, lalu mengetuk pintu rumah Alara. Kebetulan pagarnya terbuka. Tiba-tiba, "Plak!" pundaknya ditepuk dari belakang membuatnya terkejut.
Perlahan dia menoleh dengan ragu, lalu menghela nafas lega menyadari itu Ayah Alara. Namun, ekspresinya kembali berubah setelah sadar kalau orang di hadapannya yang membawanya datang kesini.
"Ayo masuk, nggak usah takut, bawa anak saya main aja nggak takut. Masa ketemu ayahnya takut." Ujar Brama sambil terkekeh. Ucapan Brama seperti pedang yang menembus jantungnya.
Sumpah, baru kali ini Ren merasa berdebar-debar tak karuan. Dia sangat takut.
"Duduklah!" Perintah Brama, Ren pun duduk dan langsung berhadapan dengan Brama. Padma membawakan mereka minum lalu kembali ke belakang."Ibu, Kak Ren mau diapain sama Ayah?" Tanya Alara pasalnya baru kali ini Ayahnya terlihat sangat serius.
"Nggak akan mati pacarmu itu." Goda Padma. Bibir Alara mengerucut. Dia lalu masuk kamar karena menguping pun percuma dia tak seberani itu.
Di ruang tamu Brama mengulurkan tangannya, Ren bingung dengan gemetar ia membalas uluran tangan Brama. "Selamat, kamu lelaki pertama yang berhasil membuat anak gadis saya nyaman."
Seketika Ren mematung berusaha mencerna apa yang telah Brama katakan. Ren seperti bermimpi, yang benar saja Brama menyuruhnya datang kemari hanya untuk mengucapkan selamat. Bapak satu ini benar-benar hebat membuat perasaan Ren berubah seratus delapan puluh derajat. Dia datang kemari dengan perasaan takut dan setelah sampai dia dipuji sampai ingin terbang menembus cakrawala.
Andai saja dia tidak sedang bersama mertuanya, pasti dia sudah berteriak untuk melampiaskan rasa bahagianya. Dan untuk memastikan Ren bertanya, "Maksudnya gimana ya, Om."
Brama menepuk pundak Ren, "Jaga Alara ya! Om harap kamu jangan sampai membuatnya kecewa. Dia permata buat orang tuanya, dia putri kami yang istimewa. Kalau kamu merasa ada sifat atau sikap dia yang buat kamu nggak nyaman, tolong kembalikan dia dengan cara baik-baik. Bahkan lebih baiknya jangan sampai kamu buat dia kehilangan untuk kedua kalinya." Pesan Brama yang membuat Ren bingung sekaligus ingin menjaga Alara sepenuh hati.
"Ngerti kan?" Brama memastikan.
Ren mengangguk, "Iya, Om. Saya ngerti, saya usahain bakal jaga anak Om semampu saya. Saya usahain nggak akan buat Om kecewa."
Brama tersenyum lega. "Oh iya, jangan pernah takut sama saya. Saya sama sekali nggak galak lebih sering usil." Ucap Brama lalu tertawa. Ren merasa beruntung dihargai oleh keluarga Alara tidak seperti dulu yang selalu dianggap benalu oleh keluarga perempuan masa lalunya.
"Om boleh saya ketemu Alara?"
Brama mengangguk lalu memanggil anak gadisnya. "Kalian ngobrol aja Om juga mau pacaran."
"Tadi kakak diapain sama Ayah?" tanya Alara dengan raut khawatir.
Ren terkekeh, "Ayah kamu baik, dia cuma suruh aku buat jagain kamu." jelasnya, Alara mendelik tidak percaya.
"Aku serius, Al. Ayah kamu mungkin khawatir dan mastiin kalau lelaki yang deket sama anaknya itu anak baik-baik. Apalagi baru aku kan yang deketin kamu."
Alara mengangguk mengerti. "Makasih kak udah mau nemuin Ayah, aku nggak ngira kakak langsung kesini padahal kakak tadi pasti baru nyampe."
"Enggak, cantik. Aku malah kepikiran kamu dimarahin Ayah kalau aku nggak kesini." jelas Ren.
"A-aku..." Alara terbata.
"kamu kenapa?" Tanya Ren panik melihat Alara terbata.
"A-aku... A-aku sa-yang sama kak Ren." Alara berhasil menuntaskan kalimat paling rumit dalam hidupnya.
Ren tersenyum hampir berteriak. Ingin rasanya memeluk gadis didepannya ini, tapi tak mungkin. Akhirnya Ren memutuskan untuk pulang untuk menetralisir detak jantungnya yang sudah tak karuan.
"Aku juga sayang sama kamu, Al. Gadisku yang cantik. Aku pulang dulu, besok aku jemput."
"Hati-hati, Kak."
"Siap. Mimpi indah cantik." Ucapan Ren selalu membuat Alara menjadi kepiting rebus.
Alara senang sekaligus lega, keluarganya baik dan mampu menerima Kak Ren dengan baik. Dia harap Kak Ren bisa menambah kebahagiaan di keluarga kecilnya.
***
Nganjuk, 09 Desember 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
OMBAK KEHIDUPAN - "Renjana di balik pesisir hati"
Novela Juvenil"Laut, aliranmu berhasil membuatku tenang. Ombak yang berisik itu berhasil membuat sunyi isi kepalaku. Lantas mengapa akhirnya aku kau tenggelamkan hingga nafasku tercekat?" ~ Alara Raynelle ⚠️⚠️⚠️⚠️ Cerita ini hanya imajinasi semata, latar tempat...