05

11 4 0
                                    

 Waktu berlalu begitu cepat,  tak terasa hari ini memasuki hari pertama SMA. Alara gugup, dia takut tak punya teman seperti sewaktu SMP. Ibunya menguatkan, meyakinkan bahwa masa kelam itu tak akan terulang lagi. Dan pastinya mereka sudah dewasa tak akan mau melakukan hal yang membuang-buang waktu seperti itu.

Usai sarapan Alara berangkat diantar Ayahnya. Brama berpesan agar Alara berteman dengan siapapun tapi, jangan lupa juga agar menjaga dirinya sendiri dari teman-teman yang toxic.

Dan hari pertama masa putih abu-abu di mulai. Seperti biasa masa orientasi akan menjadi ajang balas dendam bgi kakak-kakak OSIS di SMA Cleverity, tak hanya di sini bahkan hampir seluruh SMA di Indonesia akan menjadikan masa orientasi sebagai ajang balas dendam.

Baru saja Alara meletakkan tasnya di kelas, seorang kakak kelas sudah meneriaki untuk segera berkumpul di lapangan. Alara segera berlari, dia sangat malas jika harus terkena hukuman. Namun, karena ini ajang balas dendam jadilah seluruh Siswa baru tetap disuruh berjalan jongkok mengelilingi lapangan. 

Alara mengumpat dalam hati, tidak bisakan sekolah dengan predikat tinggi di kota ini memberikan masa orientasi yang lebih bermanfaat dari pada dengan melakukan kegiatan yang terkesan merendahkan. Harusnya pada hari pertama berisi tentang pengenalan sekolah, bukan malah menjemur para siswa baru seperti ini.

Bukannya tak berani protes, Alara hanya malas berurusan dengan OSIS yang sok angkuh itu. Padahal apa faedahnya balas dendam seperti ini. Daripada kesal sendiri Alara memilih tetap melakukan apa yang diperintahkan meski hatinya sedikit dongkol. 

Lalu, para Siswa baru di bagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan lima orang. Alara berkelompok dengan Aster, Asley, Juan, dan Valdo. Dalam waktu dua jam mereka sudah harus bisa menampilkan sesuatu entah perwakilan atau satu kelompok. Benar-benar diluar nalar.

Meski harus menghela napas berat Alara dan kelompoknya tetap berusaha berdiskusi agar memberikan tampilan yang baik, karena dalam waktu singkat tak mungkin memberikan yang terbaik. 

"Yang simpel aja kita tampilnya." Usul Asley.

"Aku udah ada puisi, gimana kalau baca puisi aja. Tapi, supaya nggak kelihatan copas meskipun ini benar puisi karangan aku kita tulis di kertas." Alara mengusulkan idenya.

"Iya, udah itu aja nggak usah pusing-pusing. Kamu aja yang sekalian baca, soalnya kan kamu yang buat jadi kamu bisa ngepasin feelnya, Ra." Imbuh Juan.

"Oke, gapapa. Tapi, kalian setuju kan? Aku nggak mau kalau misal ada yang terpaksa padahal kalian ada yang punya usul lain."

"Tenang aja, kita lagi males ribet, Ra." Ujar Valdo jujur disambut dengan anggukan teman lainnya.

"Ya sudah kalau begitu, nanti aku minta tolong kasih audio ini ke operator ya." 

"Kirim ke Whatsapp aja, Ra. Nanti aku kasihkan, daripada pakai ponsel kamu." usul Aster.

Alara mengangguk setuju dan mencatat nomor Aster untuk mengirimkan instrumennya.

 Waktu dua jam terasa begitu singkat hingga akhirnya acara akhir dimulai. Semuanya telah diundi hanya dengan memberikan nama kelompoknya. Berdasarkan kesepakatan kelompok Alara diberi nama Newbie, karena memang mereka masih pemula puh sepuh.

Beberapa ada yang menampilkan drama, bernyanyi, stand up comedy dan sebagainya. Hingga tiba saatnya Alara mewakili kelompoknya.

"Oke semuanya. Penampilan terakhir akan ditampilkan oleh kelompok Newbie, kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah..." MC menyambut.

"Hai, perkenalkan saya Alara Rainelle perwakilan dari kelompok Newbie. Saya disini akan menampilkan musikalisasi puisi sederhana. Mohon maaf bila ada kesalahan atau ketidaksukaan atas penampilan saya kali ini." Sapa Alara kepada para hadirin. Setelahnya dia memberi kode pada Aster untuk memutar instrumennya. 

OMBAK KEHIDUPAN - "Renjana di balik pesisir hati"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang