"Laut, aku minta maaf. Sekali lagi tolong jangan ambil kebahagiaanku, aku sudah cukup ikhlas menerima segala takdir tentangmu. Jangan lagi kau ambil milikku."
***
Masa putih abu-abu Ren selesai, saatnya kini dia mulai mencari uang untuk masa depannya. Bukannya tak mau kuliah, dia sudah cukup lelah dengan segala pembelajaran yang ada di sekolah. Dia tak mau rumit-rumit lagi dengan tugas-tugas kuliah nantinya. Dan dia memutuskan untuk mulai mempelajari bisnis Papanya, tentunya juga agar dia nanti bisa segera menikahi Alara. Hehe.
Dengan predikat siswa berprestasi nomor satu di sekolahnya tak membuatnya berubah pikiran untuk melanjutkan perguruan tinggi. Sikapnya ini memang keras kepala.
Dan hari ini dia mengajak gadisnya untuk menikmati pantai dan meminta maaf atas segala kemarahan akibat kehilangan yang mereka alami.
Tak terasa juga waktu berjalan cepat, sudah hampir tiga tahun mereka menjalani hubungan. Lika-liku takdir yang memicu pertengkaran bahkan hampir membuat mereka menyerah menjalani hidup tak membuat mereka lupa untuk mencoba berdamai dengan takdir.
Mereka sudah sampai di pantai setengah jam yang lalu. Hanya duduk santai di tepian terdiam satu sama lain, merenungi apa saja yang telah mereka lakukan selama tiga tahun ini. Banyak sekali hal yang di luar perkiraan mereka.
"Tuhan, tolong jangan buat lautmu marah. Jangan biarkan dia mengambil kebahagiaanku lagi, aku sudah ikhlas untuk kehilangan yang sebelumnya. Tapi, tolong jangan lagi." batin Alara sambil menatap jauh kelautan yang luas.
"Tuhan tolong aminkan segala yang gadisku harapkan pada-Mu. Jangan biarkan dia sendirian, biarkan saya yang menerima segala sakit. Jangan dia Tuhan, dia sudah cukup sakit selama ini" Mohon Ren dengan sangat.
Begitu lama mereka terdiam, melontarkan segala doa dan harapan pada Tuhan. Agar hal-hal baik selalu menyertai mereka. Sampai akhirnya Ren membuka suara.
"Seru, ya. Kita hampir dibuat gila oleh takdir." ucap Ren. Alara melotot, seru katanya.
"Iya, aku hampir gak mau lagi hidup karena takut kehilangan kamu bilang seru?"
"Sabar, Al. Namanya juga hidup pasti banyak cobaan. Kalau nggak ada cobaan pasti kita yang jadi bahan percobaan." Ujar Ren lagi menimbulkan gelak tawa bagi Alara.
"Kamu kenapa sih, kak? Aneh banget." tanya Alara di sela tawanya.
"Lagi ngehibur kamu biar nggak ngerasa kehilangan. Udah ada aku jangan ngerasa sendirian."
"Iya iya bawelnya sayangku. Makasih ya udah bantu aku bangkit." Ujar Alara sambil mencubit gemas pipi Ren.
Alara bersandar di pundak gagah kekasihnya, Ren mengusap kepala gadisnya menikmati aroma tubuh gadisnya yang selalu menjadi candu untuknya. Rasanya dia ingin berlama-lama bersama gadisnya dengan nyaman seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMBAK KEHIDUPAN - "Renjana di balik pesisir hati"
Teen Fiction"Laut, aliranmu berhasil membuatku tenang. Ombak yang berisik itu berhasil membuat sunyi isi kepalaku. Lantas mengapa akhirnya aku kau tenggelamkan hingga nafasku tercekat?" ~ Alara Raynelle ⚠️⚠️⚠️⚠️ Cerita ini hanya imajinasi semata, latar tempat...