03. kepolosan wain

662 64 5
                                    

Wow, lumayan loh udah 50+ yang lihat. Thanks you and happy reading ^⁠_⁠^

••••••••••••••••••••••••••••💚

Wain dan beomsoo, siapa yang tidak mengenal member xodiac dua itu. Keduanya dikenal mempunyai image dingin, layaknya seorang pangeran. Namun bagaimana kah mereka diluar panggung?

Beomsoo mengerjapkan matanya, tangan nya terulur untuk mematikan jam weker yang mengusik tidur tampan nya.

"Ais,jinjja~" rengek beomsoo saat melihat kamar sudah berantakan tidak karuhan. Beomsoo yakin, ini pasti ulah Wain, siapa lagi yang akan masuk kamar itu selain Wain yang notabene adalah roommate nya.

Meskipun sempat menggerutu kesal beomsoo tetap saja membereskan kekacauan yang terjadi. Entah apa alasannya, sampai sekarangpun beomsoo tak bisa tahan dengan sesuatu benda yang kacau. Setiap melihat benda yang kacau, hatinya tergerak untuk membersihkan nya.

Pintu kamar mandi yang bercabang dari kamar itu terbuka, menampakan seorang lelaki tampan dengan bathrobe nya.

"Lo udah bangun?" Tanya Wain bermaksud basa-basi, padahal sudah jelas terpampang dihadapan nya berdiri secara jelas seorang Kim beomsoo yang menatap tajam dirinya.

"Kan gue udah bilang, kalo nyari baju itu diangkat. Ini enggak, Lo malah bongkar semua baju yang udah gue lipet susah payah sampe netes keringetan," ujar beomsoo yang sedikit berlebihan. Sejujurnya ia hanya kesal saja dengan aksi bongkar bongkar baju Wain. Paling tidak, Wain membangunkan dirinya untuk mengambilkan baju. Jika sudah begini bukan hanya Wain nantinya yang akan dimarahi tapi juga dirinya.

"Ini juga, milih baju ga pernah cocok. Lebih mirip gembel ketimbang idol," imbuh beomsoo kala melihat baju yang akan dikenakan oleh Wain yang tergeletak di bibir kasur.

"Yaudah sih, Lo aja yang pilihin. Serba salah gue di mata Lo," pangkas Wain mendudukkan diri di pinggir kasur dengan melipat kedua tangannya menunggu beomsoo selesai memilihkan baju untuk nya.

Beomsoo tampak asik sendiri mencocokan baju dengan badan Wain.

Beomsoo mengangkat satu baju yang terlihat lebih kecil dari yang lainnya, "Lo masih nyimpen baju Lo yang dulu, wain?"

"Iya, sayang aja kalo gue buang. Padahal masih bagus," jawab Wain memandang baju kesayangan nya itu yang masih ia simpan sampai sekarang. Itu adalah hadiah dari eomma nya saat Wain berusia lima belas tahun.

"Mending disumbangin," saran beomsoo tanpa pikir dua. Ia sama sekali tak mengetahui seberapa berharganya baju itu untuk wain.

"Nggak, itu hadiah terakhir dari eomma gue," tolak wain menatap baju itu dengan tatapan setengah hati kala membayangkan baju itu akan di sumbang. Ah, itu tidak boleh. Sampai kapanpun Wain nggak akan ikhlas kalo baju kesayangan nya disumbangkan kepada siapapun, batin Wain berambisi.

"Jangan meletakkan sebuah arti pada sebuah barang, kenangan itu ada di hati bukan di barang," tutur beomsoo mengembalikan baju itu ke tempat semula. Yeah,mau bagaimana lagi. Mau dipaksakan juga sepertinya Wain akan terus menolak.

"Nih baju Lo, gue mandi dulu," beomsoo menyodorkan baju juga bawahan kepada Wain dan segera lengang menuju kamar mandi.

Wain terdiam, tampak menimang-nimang perkataan beomsoo. Walaupun terkesan dingin dan cuek sebenarnya Wain juga peduli akan pendapat teman sekamarnya itu.

Ponsel Wain bergetar dan Wain segera menggeser tombol ke arah hijau setelah melihat kontak nama si penelpon.

📞 Lex
beomsoo udah bangun?

"Udah,"

📞 Lex
Good, kalo udah siap buruan ke ruang latihan. Besok kita bakal tampil ke acara besar

Sebuah deheman dengan suara rendah itu mengakhiri panggilan mereka. Tepatnya panggilan itu diputuskan sepihak oleh lex.

Wain menghela nafas dan membuang ponsel nya sembarangan, ia tak peduli dengan nominal harga ponselnya, ia lebih peduli lagi dengan keadaan dirinya sendiri yang mengenaskan. Baru tadi pukul satu dini hari ia selesai latihan, sekarang ia harus latihan lagi.

Wain menampar kedua pipinya guna mengindahkan semua unek-unek unfaedah dalam dirinya. Mau di umpatin ataupun diresapi bagaimanapun inilah takdirnya. Ia yang berada sampai di titik ini tak mungkin akan menyerah di pertengahan jalan.

Tepat kala itu, beomsoo keluar dari kamar mandi memandang Wain dengan sorot datar nya, "siapa yang telpon?" Tanya beomsoo di sela mencari pakaian nya.

"Hyeong Dohhyun, dia nyuruh kita buat segera ke ruang latihan,"

Mendengar hal itu beomsoo pun menghela nafasnya dan mengalihkan atensi nya pada Wain, "latihan lagi?"

Wain mengangguk dan tersenyum, "gue nggak sabar buat ketemu sobelis besok,"

"Gue juga," sahut beomsoo mengangkat tangan nya dan tersenyum. Bukan hanya bibir nya yang tersenyum melainkan matanya juga ikut tersenyum.

"Buruan, nanti kita dicariin," desak Wain yang melihat gelagat beomsoo yang dinilai lelet.

"Aelah, bentaran doang. Sabar," cercah beomsoo segera mempercepat aksi nya.

Beomsoo yang sudah selesai mengikat tali sepatu segera berdiri dan mengangkat jempol nya sebagai tanda bahwa ia sudah selesai.

"Yang terakhir sampe harus traktir ramyeon," cetus beomsoo segera berlari meninggalkan Wain yang menatap nya dengan wajah binggung.

"Heh! Curang," teriak Wain berlari menyusul beomsoo yang mendahului dirinya.

Keduanya akhirnya sampai di ruang latihan dengan beomsoo yang sampai duluan - tentu saja, karena ia mendahului Wain.

"Haha, abis latihan Lo harus traktir gue ramyeon," tegas beomsoo memasang wajah songgong nya karena berhasil mengalahkan Wain.

"Gak bisa, Lo curang. Masa Lo nyuri start sih, padahal kan harusnya kita larinya barengan," kilah Wain yang merasa dicurangi.

"Kalo kita larinya barengan ga ada yang menang dong," hardik beomsoo yang membuat Wain memasang wajah bodoh nya.

"Loh, iya juga," setuju Wain sembari mengelus pucuk dagu nya dengan jempol dan jari telunjuk nya seperti orang yang tengah berpikir.

Beomsoo menutup mulut nya untuk menahan tawa nya agar tidak lepas, "dan Lo percaya?" Seru beomsoo memasang wajah tidak percaya nya.

"Loh, emangnya ada yang salah?" Tanya Wain dongol.

Melihat Wain yang tak kunjung peka bahwa dirinya tengah di kerjai membuat beomsoo akhirnya terduduk ke lantai dan tergelak tak kuasa menahan tawanya.

"Kenapa sih Lo?" Tanya Wain keheranan.

Beomsoo mengerakan tangan kanan nya seolah sedang melambaikan tangan, secara tidak langsung menyiratkan bahwa beomsoo sedang tidak apa-apa. Meskipun begitu, tawa nya masih belum kunjung mereda. Haruskah ia menceritakan ini pada adik nya? Pasti adiknya juga ikut tergelak mendengar nya.

Lex menepuk tangannya sebagai komando untuk berkumpul. Wain membantu beomsoo untuk berdiri dan kedua orang itu pun mulai fokus menghafalkan dance dari alunan lagu yang di putar.

END

Ayo vote!

Penting banget biar cerita ini semakin rame dan author semakin rajin update

behind the scenes [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang