¤ 11 - One Fine Day

99 17 7
                                    

"Aduh!"

Prue mengumpat pelan sambil melirik cat kuning di lengannya.

"Kemari!"

Seorang cowok menarik lengan Prue dan membawanya untuk bersembunyi di tempat lain. Kemudian cowok itu sibuk membidikkan senjatanya hingga akhirnya ia tertawa.

"Aku berhasil balas menembak orang yang mengenaimu tadi!" Cowok itu mengajak Prue untuk high five.

Setelah kegiatan berakhir, Prue pergi untuk membereskan atributnya. Ia berkali-kali menguap karena harus pergi ke sini pagi-pagi sekali setelah pulang larut dari bekerja paruh waktu semalam.

"Kau terlihat mengantuk sekali. Pantas saja kau tidak melihat orang yang mengincarmu dari jarak sedekat itu tadi." Justin, cowok yang menolongnya tadi menghampiri Prue, dan ikut menumpukkan rompi yang tadi dikenakannya.

Prue hanya meringis ke arahnya. Setelah berpamitan kepada anggota klub yang lain, Prue bersiap untuk kembali ke asramanya sambil mempertimbangkan untuk sarapan dulu, atau langsung tidur saja.

"Hei, kau mau cari sesuatu untuk sarapan?" ajak Justin.

Prue mengikuti Justin ke sebuah restoran. Cowok itu memesan paket sarapan berisi bacon, telur goreng, sosis, kacang panggang, jamur panggang, hash browns, roti bakar, dan minuman cokelat ukuran besar. Menu itu cukup luar biasa untuk Prue yang hanya memakan roti panggang dengan selai sebagai sarapan setiap hari. Ia berkali-kali mengucapkan terima kasih karena Justin membayar untuk sarapannya.

"Sepertinya ini akan jadi tahun terakhirku ikut klub karena tahun depan aku sudah harus fokus pada tugas akhirku," kata Justin sambil menusuk sosisnya dengan garpu.

"Aku juga," sahut Prue. "Tahun depan adalah tahun magangku."

"Ah, kau bukan dari jurusan dengan studi ke luar negeri?"

Prue menggeleng.

"Kalau begitu, kita masih bisa bertemu setahun penuh lagi tahun depan," kata Justin sambil menyeringai.

Justin Young adalah senior satu tingkat di atas Prue dari jurusan Teknik Sipil dan Arsitektur di Universitas Southampton. Dengan tinggi 180 sentimeter, rambut hitam menutupi dahi, dan anting di kedua telinganya, gayanya mirip dengan Ken. Ia dan Prue juga sama-sama berada di klub paintball, tetapi mereka sebelumnya tidak pernah mengobrol banyak, apalagi hang out bersama, atau semacamnya. Mereka hanya bertegur sapa jika kebetulan mereka sedang berpapasan.

Namun, entah bagaimana sarapan bersama hari itu membuat Prue semakin sering melihat keberadaan Justin di kampus. Mereka akan berjalan sambil mengobrol jika mereka sedang menuju ke arah yang sama. Bahkan Justin tidak akan segan-segan duduk di samping Prue jika cowok itu melihatnya di perpustakaan.

"Oh, kau ada di asrama? Kukira kau pergi berlibur," sapa Justin ketika ia bertemu dengan Prue di bus.

"Ya, aku ada pekerjaan paruh waktu," jawab Prue. Saat itu ia memang sudah kembali dari rumah ibunya setelah libur Natal untuk menghindari Ken.

"Jadi, kau baru kembali dari bekerja paruh waktu? Oke, akan kutemani sampai ke asrama."

Meski mereka berada di kampus yang sama, tetapi mereka tinggal di asrama yang berbeda. Padahal jarak dari asrama Prue ke asrama Justin bisa memakan waktu empat puluh menit dengan berjalan kaki. Namun, cowok itu tetap ikut turun bersama Prue. Karena sekarang hari Minggu, jadi mereka harus berjalan kaki lagi sampai ke asrama.

"Oh ya, apa kau sudah ada acara malam tahun baru nanti?" tanya Justin yang berjalan dengan kedua tangan di saku mantelnya.

"Tidak juga," jawab Prue.

Sour GrapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang