¤ 16 - Rain and Tears

104 17 19
                                    

Shane mengelap gelas sambil terus mengawasi jendela kafenya. Biasanya Prue akan terlihat melintas dalam perjalanannya menuju toko roti tempatnya bekerja, tetapi Shane belum melihatnya sejak pagi. Apakah kebetulan ia tidak melihatnya lewat tadi?

Akhirnya Shane membawa tiga gelas cokelat panas ke toko roti. Keningnya berkerut melihat Ny. Sullivan menyambutnya dari balik etalase.

"Prue?" tanya Shane, tanpa bisa menahan diri untuk melihat sekeliling toko, mencari keberadaan Prue.

"Justru aku ingin menanyakan itu padamu. Dia tidak datang bekerja hari ini. Apa kau tahu ke mana dia? Tidak biasanya dia tidak memberi kabar seperti ini." Ny. Sullivan balik bertanya dengan wajah cemas.

"Tidak, dia juga tidak mengatakan apa-apa padaku." Shane kembali menyapukan pandangannya ke sekeliling toko, seolah-olah Prue akan tiba-tiba muncul di sana jika ia melihat sekali lagi. "Aku akan ke rumahnya untuk mencari tahu. Kalau begitu, aku permisi, Ny. Sullivan."

Shane meninggalkan minuman cokelat panasnya lalu berjalan cepat menuju mobilnya yang diparkir di ujung jalan. Ia mengendarainya menuju Tower Hill dengan berbagai kemungkinan di kepalanya. Selama dua tahun ini, tidak pernah sekali pun Prue izin tidak masuk kerja, apalagi tanpa pemberitahuan seperti ini. Apa yang terjadi padanya? Apakah dia pergi ke suatu tempat? Shane mencengkeram kemudi, takut dengan pikiran bahwa kemarin adalah terakhir kalinya ia bisa bertemu wanita itu.

Begitu tiba di Tower Hill, Shane menghentikan mobilnya di depan rumah, lalu mengambil tas berisi pakaian George dari jok belakang. Ny. Jenkins terlihat terkejut saat membukakan pintu untuknya.

"Prue dibawa ke rumah sakit semalam. Keadaannya tidak terlalu parah, dia hanya kelelahan. Demam tingginya yang membuatnya mimisan saat ia sedang tidur. Aku tidak tahu apa saja yang dia lakukan selama dia pergi sehingga membuatnya tumbang seperti itu. Sekarang dia ditemani oleh Jameston, pria dari London itu," tutur Ny. Jenkins.

"Apa? Lalu bagaimana dengan George?"

"Ayahnya datang ke sini semalam setelah mendengar kabar tentang Prue. Lalu, dia bermalam di sini untuk menemani George, dan dia membawanya ke London tadi pagi."

Kening Shane berkerut. "Ayahnya?"

"Ya, pria Saunders itu, yang membelikan George sepeda."

Diam-diam Shane menghela napas lega. Selama beberapa saat ia sempat khawatir ayah kandungnya George benar-benar datang dan akan membawa mereka pergi.

"Prue dirawat di rumah sakit di Combe Park. Kau mau ke sana?" tanya Ny. Jenkins, mengagetkan Shane.

"Tidak, tidak. Aku... hanya ingin mengembalikan ini." Shane menyodorkan tas milik George pada Ny. Jenkins. "Tolong berikan ini pada Prue jika dia sudah pulang nanti. Kalau begitu, aku permisi."

Shane kembali ke kafenya dengan rasa kecewa menggelayuti dadanya. Mengapa tidak ada yang mengabarinya tentang Prue yang sakit? Mengapa para pria dari London itu bahkan lebih tahu daripada dirinya? Apalagi mereka membawa George, anak yang hampir setiap hari dititipkan padanya.

Meski begitu, Shane tetap mampir ke toko pasangan Sullivan untuk memberi kabar mengenai Prue. Ia juga menghubungi Isabel, guru George di sekolah.

"Ibunya sedang dirawat di rumah sakit, dan George sedang dititipkan pada anggota keluarganya yang lain," kata Shane. "Jadi, dia tidak bisa pergi sekolah selama beberapa waktu. Aku belum bisa memastikan kapan dia akan bisa bersekolah lagi."

Setelah mengakhiri panggilan, Shane termenung di kursinya, memandang ke arah jendela tempat ia biasa melihat Prue melewatinya. Apakah ia sudah tidak berarti bagi Prue sekarang?

♤♡◇♧

"Howie..."

Prue meremas tangan yang menggenggamnya dengan erat. Dadanya terasa sesak dan seluruh tubuhnya sakit.

Sour GrapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang