Ken bersenandung dengan kaki mengetuk-ngetuk lantai. Sesekali senyum mengulas di bibirnya saat ia menggoreskan pena di buku catatannya. Howie yang duduk di sebelahnya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan Ken, padahal baru beberapa hari yang lalu ia uring-uringan sebelum acara ulang tahun George.
"Apa yang membuatmu begitu gembira? Apa terjadi sesuatu?" tanya Howie akhirnya.
Ken menoleh ke arah Howie, jelas terlihat semringah. "Siapa yang tahu kalau tema koboi akan sangat menyenangkan?"
"Apa yang kau bicarakan?"
Ken mengangkat bahu. "Hanya ulang tahun George."
Howie berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalau begitu, kau harus berterima kasih padaku karena mengusulkan tema itu. Bukankah waktu itu kau mengusulkan tema pahlawan super?"
"Pahlawan super? Apa yang bisa dilakukan pahlawan super?" gumam Ken, membayangkan permainan peran apa yang akan dilakukan oleh Prue jika mereka menggunakan tema itu.
"Terlalu sering bergaul dengan Prue membuatmu jadi ikut sering melamun, ya?" Howie meraih buku catatan Ken. "Kau menulis lagu lagi? Apa kau bermaksud menambahkannya ke dalam album ini?"
"Tidak. Aku hanya ingin menuliskan apa yang ada di dalam pikiranku saat ini. Bermain gitar di acara ulang tahun George kemarin membuatku rindu menuliskan lirik."
"Kalau begitu, kenapa kau tidak merekamnya untukmu sendiri?"
"Aku ingin lagu ini pertama kali didengar olehnya langsung. Terakhir kali aku berencana menyanyikan lagu yang kutulis sendiri berakhir dengan patah hati. Aku belum siap dengan beban sebesar itu." Ken menoleh ke arah ponselnya yang bergetar di atas meja. Senyum kembali merekah melihat nama Prue di layarnya. Namun, seketika keningnya berkerut setelah membaca pesannya. "Kenapa Prue menginginkan nomor rekeningku?"
"Apa?"
Tanpa menjawab pertanyaan Howie, Ken segera menghubungi Prue. Ia tidak ingat mereka memiliki pembicaraan mengenai uang atau semacamnya. Tanpa sadar, Ken merasa marah ketika tahu Prue berniat mengganti biaya rumah sakit. Wanita itu bahkan menanyakan berapa uang yang mereka keluarkan untuk acara ulang tahun George tempo hari.
"Maafkan aku."
Ken menghela napas panjang mendengar Prue berbicara lirih. "Maaf, aku tidak bermaksud berbicara keras padamu. Dengar, kau tidak perlu mencemaskan hal itu, oke? Kau cukup jaga dirimu dan George. Aku akan mengunjungi kalian setelah aku sempat nanti." Kemudian Ken memelankan suaranya. "Aku sudah rindu padamu. Kenapa kau tidak membalas pesanku tadi pagi?"
Howie hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar percakapan mereka. Ia menyibukkan diri memeriksa email di komputerrnya.
"Jika dia mencoba membayar satu sen saja dari uang itu, maka aku akan mengembalikannya sepuluh kali lipat," sungut Ken setelah panggilannya berakhir.
"Hei, reuni tahunan akan diadakan musim semi kali ini. Kau tidak pernah menghadirinya, kan?" tanya Howie sambil menunjukkan undangan di layar komputernya.
"Apa menurutmu Prue akan mau datang?"
Howie mengangkat bahu. "Dia tidak pernah sekali pun menghadirinya sejak lulus kuliah. Entahlah dengan Bonnie. Sudah dua tahun ini dia kembali ke Atlanta, tapi dia tetap datang setiap tahun."
Ken mengangkat alisnya. "Haruskah aku datang tahun ini?"
♤♡◇♧
"Cobalah untuk tidak menggunakannya terlalu berat untuk sementara waktu."
"Terima kasih."
Prue keluar dengan tangan kanan yang dibalut oleh perban. Ia menemui manajer restoran yang sedang menunggunya, lalu mereka kembali ke restoran dengan mengendarai mobil sang manajer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sour Grapes
RomancePrue harus menjadi ibu tunggal di usianya yang baru 22 tahun. Ia meninggalkan keluarganya, teman-temannya, dan masa lalunya, kemudian membawa putra satu-satunya ke Bruton untuk memulai kehidupan baru. Suatu hari Ken, senior di kampus yang pernah mew...