¤ 23 - Gift

81 13 10
                                    

"Jadi, ini hari terakhirmu, Bennet?" tanya Court, manajer restoran tempat Prue bekerja paruh waktu.

Prue mengangguk. "Ya, terima kasih atas bantuannya selama ini."

"Kalau begitu, bisa kita pergi makan malam bersama sebagai ucapan perpisahan? Kita berdua saja?" Court menambahkan.

"Maaf, aku tidak bisa. Anakku sedang menunggu di rumah, aku tidak bisa pulang terlalu larut."

"Atau makan siang besok? Kita bisa mengajak anakmu juga."

"Besok aku akan sibuk untuk pindahan."

"Baiklah, setidaknya biarkan aku mengantarmu pulang."

"Tidak perlu repot-repot, ada seseorang yang akan menjemputku." Prue masih berusaha tersenyum sopan, meski ia tidak mengerti mengapa Court tidak bisa membaca penolakan darinya.

Court berdeham. "Aku... sebenarnya aku menyukaimu. Sejak aku mendampingimu selama kau menjadi kasir, aku baru bisa lebih memperhatikanmu daripada sebelumnya. Karena kau tidak akan bekerja di sini lagi, kupikir aku jadi memiliki kesempatan untuk mengenalmu lebih dekat. Apa kau tidak keberatan?"

Oh, tidak. Rupanya kekhawatiran Ken terbukti. "Terima kasih untuk perasaanmu padaku," jawab Prue. "tapi maaf, aku sudah memiliki pasangan. Kami akan segera menikah dan pindah ke kota lain. Itu sebabnya aku mengundurkan diri dari pekerjaan ini."

"Begitukah?" Court menggaruk-garuk tengkuknya dengan canggung. "Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman. Kalau begitu, selamat atas pertunangan kalian. Semoga kalian berbahagia."

Prue keluar dengan perasaan lega karena Court bukan pria yang suka dengan drama. Ken sudah menunggunya sambil bersandar di mobil Howie. Sebenarnya, meski Ken memberi cincin pada Prue, dan memintanya untuk tinggal bersama, tidak ada pembicaraan yang mengarah pada pernikahan seperti yang Prue sampaikan pada Court. Sudah dua minggu sejak pernyataan cinta dari Ken, tetapi pria itu tidak pernah bertanya apakah Prue akan menikahinya.

Mereka pulang ke Tower Hill karena masih banyak pakaian yang harus dikemas. Setelah itu, Ken dan Howie datang keesokan paginya untuk membantu membawa barang-barang dengan mobil mereka. Sebenarnya Prue tidak memiliki barang-barang sebanyak itu, tapi mainan dan sepeda milik George jelas harus diangkut di mobil yang berbeda.

"Astaga, rasanya aku kembali ke masa-masa putriku berpamitan untuk tinggal bersama suaminya," kata Ny. Jenkins. "Selama ini kukira kau akan tinggal bersama Shane. Aku ikut bahagia melihatmu akhirnya bersama pria yang kau cintai. Jangan lupakan aku, ya. Aku akan kesepian setelah kalian pergi."

"Tentu saja, Ny. Jenkins," balas Prue. "Kami masih tinggal di dekat sini, jadi kami pasti akan datang mengunjungimu kapan-kapan."

Prue memeluk Ny. Jenkins dengan perasaan haru. Bagaimana pun, ia sudah tinggal di sana sejak awal ia pindah ke kota ini. Ny. Jenkins sudah seperti orang tua baginya. Beliau sempat menitikkan air mata ketika memberi pelukan selamat tinggal pada George. Ken dan Howie juga berpamitan padanya karena Ny. Jenkins mengenal mereka dengan baik.

Ken mengantar Prue ke toko roti karena ia masih harus bekerja seperti biasa. Hanya saja, hari itu Prue langsung pulang setelah pekerjaannya berakhir tanpa perlu pergi ke restoran. Hanya ada Howie di rumah ketika Prue tiba karena Ken dan George sedang pergi membeli bahan-bahan untuk memasak makan malam.

"Preston juga akan ke sini. Jadi, aku akan pergi menjemputnya di tempat pemberhentian bus nanti," kata Howie yang sedang membalas pesan di ponselnya.

Prue memandangi dus-dus yang bertumpuk di dekat tangga. Tiba-tiba ia teringat betapa bahagia dirinya ketika Justin mengajaknya tinggal bersama. Saat itu ia hanya membawa pakaian dan buku-buku pelajarannya, karena hanya itu yang ia miliki saat tinggal bersama Bonnie. Kemudian, Prue keluar dari flat Justin ke flat Howie dengan membawa pakaian dan perlengkapan milik George yang saat itu masih bayi. Ia bahkan meninggalkan hampir semua barang-barangnya ketika lari ke Bruton, dan hanya membawa pakaian dan barang-barang yang penting bersamanya.

Sour GrapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang