Cp 8 : Memori Rumpang

385 66 12
                                    

Orang pertama yang Maika lihat setelah keluar dari ruang BK yang di dominasi dengan warna putih gadinb itu adalah Iyori. Wajahnya tidak kalah kalut seperti Maika saat ini. Iyori seperti ingin berkata sesuatu namun urung. Untuk beberapa detik mereka saling menatap didepan ruangan itu, hingga akhirnya Maika melangkah menjauh.

"Mai.." suara Iyori yang terdengar lemas itu membuat Maika menghentikan langkahnya, namun ia masih enggan untuk berbalik badan. "Are you okey?" Tanya Kakaknya itu.

Maika tidak menjawab, karena sejujurnya ia pun tak tau apa yang ia rasakan sekarang. Apakah ia baik-baik saja? Pertanyaan itu terasa sangat sulit Maika jawab.

Hingga mata Maika bertemu dengan sosok yang sangat ingin ia temui sekarang. Brian. Lelaki itu berjalan keluar dari ruang UKS yang berada disamping ruang BK. Mata cokelatnya masih mengisaratkan amarah saat ia melihat Maika. Namun jika Maika menelusup lebih jauh pada guratan wajah lelaki itu, harusnya Maika bisa melihat sebuah ke khawatiran disana.

"Please Bri, gue harus tau semuanya."

Brian menghela napas berat. Dilihatnya Iyory yang berdiri tidak jauh darinya. Raut wajahnya cemas. Namun mereka berdua sama-sama tau. Ini bukan waktu yang tepat untuk Maika tau semuanya.

Atau bisa dibilang, mereka sudah terlambat.

Brian meletakan tangannya di bahu kanan Maika, menepuk-nepuknya pelan, "Demi tuhan gue pengen nonjok lo lagi. Tapi gue tau itu gak ada gunanya."

"Bri.. tolong gue." Bibir Maika bergetar menahan tangisan yang mendesak untuk dikeluarkan.

"Tuhan udah ngasih lo jalan hidup yang begini Mai. Jalanin aja kaya gini."

Maika tiba-tiba meluruhkan tubuhnya dan bersimpuh dihadapan Brian sambil menelungkupkan kedua tangannya didepan dada. "Gue mohon.. gue mohon Brian. Kasih tau gue semuanya. Gue mohon."

Lelaki dihadapannya itupun menengadahkan wajah, berusaha untuk tidak menangis lagi. Sebuah tangisan yang baru saja berhenti setelah terus menerus keluar sejak malam hari. Kepergian sahabatnya, Jema, tidak akan pernah bisa baik-baik saja untuknya.

Tanpa mengatakan apapun Brian pun berbalik badan dan hendak meninggalkan Maika yang masih bersimpuh. Bahkan untuk berkata apapun Brian tidak sanggup.

Apa lo seneng liat kita begini, Jem? Gumam Brian dalam hatinya.

Hingga tiba-tiba Maika memukul kepalanya sendiri sambil menangis histeris, semakin lama semakin kencang dan terdengar menyakitkan.

"Kenapa gue gak inget apa-apa! Lo harus inget! Lo harus inget Maika!!!" Ujarnya terus menerus sambil memukul kepalanya dengan samgat kencang.

Iyori pun hendak berlari menghampiri adiknya, namun langkahnya terkenti ketika Brian berlari dan memeluk Maika, menghentikan kedua tangannya  agar tidak lagi memukul. Sebuah kejadian yang mengingatkan  Iyori tentang masalalu mereka.

"Udah Mai. Semua percuma, Mai. Jema udah pergi. Udah. Dan gue gak mau kehilangan lo juga. Udah Mai."

Mereka pun menangis bersama dalam posisi Brian yang mendekap Maika dengan sangat erat.

***

Tubuh Maika sudah demam sejak jam pelajaran terakhir tapi lelaki itu bersikuku untuk pergi kerumah Brian sepulang sekolah. Semua Kakak-kakaknya yang berada disekolah sudah membujuknya untuk pulang, namun Maika tetap saja tidak mau.

Dan disinilah ia sekarang. Berbaring diatas ranjang Brian berbalut selimut tertebal yang Brian punya. Karena lelaki itu mengeluh kedinginan sejak tadi.

You Better Not RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang