11

135 13 2
                                    

"Terimakasih, datang lagi ya!"

Ada sesosoq laki-laki berambut hitam yang baru saja keluar dari sebuah toko cemilan, dan di tangannya dia pegang kantong kresek bening dimana di dalamnya ada makanan yang baru saja dia pungut (canda pungut) dari dalam toko itu. Sementara tangan lainnya memegang telepon lipat dan sepertinya dia sedang mengetik pesan.

"Asyu!" Pekiknya dengan cempreng saat dia tidak segaja menjatuhkan kresek itu ke tanah. Namun saat dia mau mengambil, ada orang lain yang sudah mendahului. "Ah, terimakasih.." ucapnya lalu mengambilnya dari orang yang membantu. Dia berekspektasi yang membantunya itu wanita cantik bohay aduhay untuk dirinya yang selalu menjomvlo. Namun bukan wanita cantik melainkan bocil yang penampakannya kusut seperti keset.

"Ngapa sih om ini ngeliatin saya gitu? Naksir ya? Ih pedo anj," ujar bocil perempuan itu, yang bukan lain dan bukan bukan adalah [Name] yang pada sekarang ini, lebih tepatnya sore hari setelah dia pulang dari sekolah ngacir pergi dari rumah katanya mau main ke rumah teman padahal dia tidak punya teman.

"Janco- EhEm, maksudnya tidak deck." Si laki-laki lalu tersenyum grogi karena bingung akan kehadiran sosok keset mata yang secara tiba-tiba. Dan karena itu pula si jomvlo itu memberikan sebuah uang sebesar seribu perak untuk si anak bocil kucel di depannya itu. "Nih buat kamu, buat beli makan ya jangan judi gacor," ujarnya.

Sementara yang di beri uang, tersakiti hatinya deck. Wajah cantik, rupawan begini dia bilang macam anak ilang. [Name] gak bisa di giniin mas, gak bisa. "Anjing lu ye." Dia berkata begitu, tapi tangannya tetap mengambil uang yang disodorkan. Lumayan buat beli cilok, aci di colok, ah. Tapi di Jepang cuma ada dango yang di coblos.

"[Name]!!" Tiba-tiba ada suara cempreng, melengking yang datang entar dari mana, memanggil mbak tititsan Roro Fitria ini. Dan dia langsung menengok, mendapat ada Mikey si tikus yang berlari kearahnya dan berhenti tepat di samping si laki-laki calon mayat- maksudnya laki-laki jomvlo. "Wah! Kita bertemu lagi!" Ucap Mikey sebelum menengok ke arah laki-laki dewasa di sampingnya. "Dimana dorayaki ku kak?"

"Nih," kali ini yang mengeluarkan suara adalah tidak lain dan tidak jelas Sano Shinichiro, atau qaqa si ketum geng Toman. Yah, tentu saja [Name] sudah tempe dari awal. Tapi dia harus soq tidak toge, nanti bisa-bisa dia dicurigai.

Mikey menerima kresek alfama*rt dan raut wajah nya langsung cemerlang wah wah wah ketika melihat apa yang ada di dalam. Yap, 100 untuk kanjeng author. Ada satu kotak dorayaki yang masih jadi adonan. "Wahh! Dorayaki!" Mikey tanpa basa basi beneran mengambil satu makanan itu dan melahap, hap, ke mulut.

[Name] menyaksikan hal mengerikan itu, dengan tatapan penuh aku jyjyq mas aku jyjyq sama kamu. "Itu kagak di masak dulu tong?" Tanyanya. Dan si maiki ini malah lanjut mangan, tapi karena kakaknya pekak, jadi dia yang menjawab. "Oh, tenang saja diks. Milly ini emang sukanya makan yang mentahan. Kemaren aja dia makan sushi mentah." Jawab Shinichiro dengan muka tak berdosa.

"Lah, bukannya sushi dimakan mentah yang om?" Namun [Name] malah makin bingung dengan jawabannya. Eh, tapi ngapain bingung. Dia saja tadi pagi sarapan pakai sushi goreng gosong.

Si om jomvlo itu hendak menjawab kembali, namun di fotong oleh si Junaedi yang sudah selesai makan takoyaki manisnya. "Maksud kakak, aku sukanya makan sushi langsung dari laut," dan kembali menyuap suapan terakhir nasi pecel nya, "nyemplung ke laut terus makan ikannya deh."

Lah pantes, otaknya ilang se ons. Mbak titisan Suzanna itu hanya melongo mendengar perkataan Hello Mikey. Dahlah, abang adek ya sama aja. "Yaudahlah, saya mau pergi dulu. Misi." Ucap [Name] lalu melenggos pergi dari tatapan dua cowok tidak nyata itu.
Tapi di jalan, dia masih berpikir, nanti kan tu ciro ciro kan mokad, mau di tolongin apa engga. Tapi kan mager masalahnya.

Bambang, dia tidak sadar ternyata sekarang sudah sampai di depan rumah nya. Ya.. rumah Fukuzawa sih. Tapi kan sekarang dia jadi anak yang tidak diinginkan, maksudnya anak pungod. Tanpa berbicara apa-apa, [Name] masuk dan mendapati Ranpo lagi duduk di ruang tamu sambil maem mochi.
"Woe! Mochi gue itu bgsd!" Yup yup. Yang di makan Ranpo itu bukan lain dan bukan bukan mochi milik Fukuzawa- yang dia curi jadilah mochinya [Name].

"Eitss!! Anak kecil gak boleh ngomong jorok!" Kata Ranpo sambil menggoyang-goyangkan jari telunjuknya. Bocil itu hanya bisa mesem-mesem nahan keinginan untuk me mak lep ini detektif jadi-jadian. Namun sebelum dia bisa misuh-misuh, suara getokan parang terdengar dari pintu depan membuat [Name] tidak jadi marah. "Siapa itu sih, sat!?"

Dengan menghentakkan kakinya bagai huluk ijo di film, dia berjalan kearah pintu dan membukanya, akan memarahi siapapun yang disana. "Siapa lo- ahh, haha, halo bapak.." tapi tidak jadi, soalnya yang mengetuk pintu adalah Fukuzawa, daddy kanjeng author.
"Kok gak langsung masuk pak?" Tanya [Name], beneran curious soalnya kan dia ini literally pemilik rumah. Tapi kenapa dia malah mengetuk pintu rumahnya sendiri. Kan Hertanto.

"Oh, hm, tadi ayah lupa bawa kunci," ujar Fukuzawa dengan santai. Kedua tangannya memegang dua kantong plastik besar berisi bahan-bahan masakan dan camilan. Dia lalu masuk dan mendapati ada anak pungod tidak resmi masih duduk di lantai ruang tamunya sambil mangan ikeh ikeh kimochi.
Helaan napas keluar dari mulutnya. Bukannya apa, tapi Ranpo makan mochi sangat berantakan. Bahkan beberapa menempel di dahinya dan atap-atap rumah.

Menggelengkan kepala, Fukuzawa lalu memanggil anak poengoed resminya, yaitu titisan Nyi Roro Fitria untuk kedapur, ikut dengannya. Dan [Name], yang masih jaim di depan ayah tampan nya itu tanpa tantrum langsung ikut.

Sesampainya di dapur, [Name] terbelalak terkejoet karena, yah, ayah angkatnya akan mengajarinya memasak. Bukannya dia tidak suka memasak, cuman setiap kali dia ke dapur, pasti ada saja kejadian.
Contohnya saja, baru kemarin. Titisan Suzanna itu nekat datang ke dapur sekolahnya, karena katanya pecel lele nya kurang, tidak ada daging sapinya, rasa soto-nya saja tidak terasa. Dan bisa ditebak, Fukuzawa langsung dipanggil ke sekolah karena [Name] mengirimkan salah satu koki ke Isekai.

"Ayo kesini, ayah ajarkan kamu masak." Masih dengan senyuman gantengnya, Fukuzawa mengajak [Name] yang sekarang bengong melihat ketampanan dari ayah yang memungodnya dari sebulan, atau sudah berapa lama yang lalu.

═════════

Untung saja, Daddy Fukuzawa milik kita semua adalah seorang yang pro di kitchen, jadi tidak perlu khawatir akan ada peristiwa yang diinginkan. Dan sekarang ini, [Name] sedang berjalan pulang dari sekolah. Ya, sendirian, karena katanya ayah yang adalah husbu nya itu sedang ada keperluan mendadak. Entahlah apa itu.

"[Name]." Sang titisan Dajjal yang tengah melamun memikirkan utang 271T, berhenti berjalan dan menengok kebelakang. Matanya yang ada belek nya itu membelalak saat dia melihat siapa yang memanggilnya.

"Daz-"

Namun belum sempat dia berkata apapun, pandangannya seketika menjadi gelap, dan pingsan. Lalu jatuh ke dekapan seseorang

"Kerja bagus, Dazai-kun."

Sebuah suara terdengar dari orang yang mendekap [Name]. Dia adalah Mori. Senyuman licik terbenntuk di bibirnya. Dan Dazai, seperti biasa, hanya menatap tanpa ekspresi. "Merepotkan sekali," ujarnya lalu berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan pria itu dengan si titisan Dajjal yang tidak sadarkan diri.

𝑨𝒏𝒏𝒐𝒚𝒊𝒏𝒈!!

𝒍𝒆𝒗𝒆𝒍 11 𝒆𝒏𝒅

𝒏𝒆𝒙𝒕

◁◁ ▐ ▌ ▷▷

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANNOYING!! [Tokyo Revengers x Reader x BSD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang