04

38 8 0
                                    

“Tidak ada banyak waktu lagi untukku.” ucap Sejeong sambil tertawa sarkastis. Ia sudah tidak peduli lagi dengan pekerjaan nya saat ini.

Sejeong berjalan menghampiri meja kerja Sohye dan mengambil tasnya, “Bayar hutangmu dan aku akan mengembalikan tasmu nanti.” ucapnya tegas.

Sejeong keluar dari kantornya dan mengejar Gayoung,
“Tunggu dulu. Johny Right pergi begitu saja, aku juga berpikir itu tidak baik. Tapi aku tidak mencuri cincin itu.” ucapnya

“Tidak ada bukti kalau kau tidak mencurinya.” kata Gayoung.

“Tidak ada bukti kalau aku mencurinya juga.” bela Sejeong.

“Apa kau tahu sebesar apa masalah yang kau timbulkan?” tanya Gayoung kesal.

“Kau terus saja menuduhku, tapi sebagai pihak yang tidak bersalah aku bisa menuntutmu karena pencemaran nama baik.” balas Sejeong.

Gayoung tertawa meremehkan, ia tidak percaya mendengar ucapan Sejeong. “Jadi orang sepertimu punya hak mengatakan kalau kau punya kehormatan?”

Sejeong marah dan menampar Gayoung, “Bagaimana rasanya? Tidak enak rasanya ditampar, ya kan? Ini tidak cukup membuatku merasa baikan.”

Gayoung menatap Sejeong penuh dengan amarah, sambil memegangi pipinya yang terasa panas akibat ditampar Sejeong.

“Kenapa? Apa ada hukum yang mengatakan hanya putri konglomerat yang bisa menampar orang? Apa hanya orang sepertimu yang dilahirkan dengan hak untuk memperlakukan orang sesukamu? Kehormatan? Kau pikir hanya kau yang dilahirkan dengan itu?” tanya Sejeong beruntun.

“Mengapa? Aku dicintai orang tuaku juga. Aku juga seorang manusia yang berharga. Hanya karena kau dilahirkan dari orang tua kaya dan dibesarkan sebagai putri konglomerat, jangan berbuat sepertinya kau punya hak untuk melakukan apapun yang kau inginkan. Kau tidak mendapatkan semuanya itu dengan usaha jadi, bukankah konyol kalau kau pergi ke sana sini dan menyombongkan itu.” lanjut Sejeong meluapkan semua perasaan kesal dan tidak terimanya pada Gayoung yang sejak kemarin terus merendahkannya.

Gayoung mencoba menampar Sejeong tapi kali ini Sejeong menghindar.

“Aku punya reflek yang bagus karena aku lebih atletis dari yang lain, hanya waktu itu aku tidak punya kesempatan untuk menghindarimu.” balas Sejeong dan pergi meninggalkan Gayoung yang menahan marah.

Gayoung menemui Presiden Jeon. Presdir meminta sekretarisnya memanggil Wonwoo. Presdir Jeon menawarkan kompensasi untuk kerugian Gayoung karena pembatalan konser Right dan lainnya. Presdir juga berkata jika ada yang diinginkan, Gayoung bisa langsung mengatakannya.

Gayoung meminta Sejeong agar dipecat. Presdir berkata ia sudah mendengar apa yang terjadi dengan cincin itu tapi ia tidak percaya jika karyawannya akan melakukan hal seperti itu.

“Pertama, kita harus mengerti apa yang terjadi.” ucap Presdir Jeon.

“Wanita itu menamparku di wajah! Apa perlu alasan lain lagi?” ucap Gayoung kesal

Presdir Jeon terkejut. Gayoung memutuskan untuk pergi dan berpapasan dengan Wonwoo.

“Kau sudah selesai bicara?” tanya Wonwoo heran.

Presdir Jeon kesal, “Bagaimana sebenarnya kau menangani pekerjaan?” tanyanya pada Wonwoo

Wonwoo terkejut mendengar penjelasan dari ayahnya “Ditampar di muka?” tanyanya pada Mingyu untuk memastikan apa yang baru saja dia dengar.

Mingyu membenarkan. “Dia benar-benar berani menampar Moon Gayoung.”

Wonwoo menggelengkan kepala, dan tak lama kemudian meminta Mingyu untuk memanggil karyawan itu untuk menemuiku di kantor.

Scent Of WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang