3. TIFF

217 13 0
                                    

Warn: Typo bertebaran, OOC, Menggunakan bahasa Baku/Non-Baku

Happy Reading~

.

.

.

“Pada hari dan detik ini juga, aku ingin kita mencukupkan hubungan kita sampai di sini. Terimakasih untuk waktu yang kau berikan selama 5 tahun, aku harap kau bisa mendapatkan orang yang lebih baik dariku.”

Tsukishima kembali menghela napas
untuk kesekian kalinya. Mengapa demikian? Karena ini bukan yang pertama kalinya Hinata mengatakan hal konyol seperti itu padanya.

“Apalagi sekarang? Apa kau tidak bosan mengatakan hal yang sama setiap hari dan itu semua hanya omong kosongmu agar kau bisa mendapatkan perhatianku.”

Hinata mengembungkan pipinya kesal, “Kali ini aku serius! Aku ingin kita putus saat ini juga!”

“Baiklah, jika itu mau.” Tsukishima menjawab singkat tanpa membuang pandangan dari laptop yang terpangku di pahanya.

Seketika Hinata menjadi kesal, dia berjalan dengan menghentakkan kakinya dan naik ke atas menuju kamar. Hinata membanting pintu dengan kasar sampai Tsukishima sendiri pun geleng-geleng kepala melihatnya.

“Sudah kuduga Kei sama sekali tidak menyayangiku lagi. Aku benci, Kei! Setelah ini aku akan pulang ke rumah Ibuku saja!” Ujarnya dengan penuh amarah dari balik selimut.

Tok.. Tok.. Tok..

“Shoyou, buka pintunya.” Panggil Tsukishima dari arah luar pintu kamar.

“Tidak mau! Aku sedang marah padamu!”

“Buka pintunya, Shoyou. Aku sudah membelikanmu bakpao daging kesukaanmu. Tapi kalau kau tidak mau aku akan-”

Pintu terbuka, Hinata pun akhirnya mau keluar walau dengan tampang masam dan berusaha menahan amarah. Tapi bagi Tsukishima itu bukanlah masalah karena mau bagaimanapun Hinata tetap menggemaskan di matanya.

“Ck, dasar licik. Kalau disogok begini kau baru mau keluar.” Tsukishima menatap dengan tampang menyebalkan khas dirinya.

“Berisik! Cepat berikan bakpao-nya sekarang lalu tinggalkan aku sendiri. Aku sedang tidak ingin bicara denganmu.”

“Siapa bilang kalau setelah ini aku akan pergi?”

Tsukishima menerobos masuk ke dalam kamar, kemudian berbaring di kasur lalu memejamkan matanya. Hinata menatapnya kesal, pacarnya ini benar-benar sangat keras kepala. Sudah tau kalau Hinata sedang bad-mood, sekarang dia malah semakin membuat dirinya bad-mood.

Saat Hinata ingin beranjak pergi dari kamarnya, dengan cepat Tsukishima menarik tangannya hingga Hinata terjatuh dan berbaring di sebelah Tsukishima. Hinata meronta-ronta ingin melepaskan diri, namun Tsukishima memeluknya dengan erat.

“Lepaskan aku, Kei!”

“Tidak mau.” Jawabnya singkat dengan pelukan yang semakin mengerat sehingga Hinata tak dapat lagi untuk melepaskan diri.

“Kau egois!” Hinata ingin menangis sekarang. Padahal Tsukishima tidak melakukan apapun padanya, tapi tetap saja dia sedang marah.

Bukannya panik, Tsukishima justru tetap santai. Baginya ini adalah hal yang sudah biasa terjadi. Harap maklum, Hinata seperti ini dikarenakan beberapa minggu yang lalu dia melihat sebuah acara di TV yang mengatakan kalau suatu pasangan yang telah lama bersama tapi belum juga menikah, itu berarti pasangannya tidak serius padanya.

Hinata menjadi ikutan terpengaruh dan selalu menuntut Tsukishima untuk segera melamarnya. Namun, sekarang bukanlah waktu yang tepat, tapi itu juga bukan berarti Tsukishima tidak mau menikah dengan Hinata.

“Tenanglah, sayang. Apa yang perlu kau khawatirkan? Kalau kau masih terus teringat perkataan pembawa acara itu, besok-besok aku tidak akan mengizinkanmu menonton TV lagi.”

“Makanya cepat lamar aku! Aku tidak ingin kau diambil oleh orang lain. Kau hanya milikku seorang, Kei!” Hinata menenggelamkan wajahnya di dada bidang Tsukishima.

“Aku akan melamarmu segera, tapi tidak sekarang. Karena masih banyak hal yang harus aku persiapkan terlebih dahulu, jadi aku mohon bersabarlah. Aku berjanji padamu untuk segera menikahimu secepatnya.” Ujarnya sembari mengecup lembut pucuk kepala Hinata.

Hinata menatap Tsukishima, “Kau berjanji?”

“Aku berjanji,” Tsukishima bangkit dari posisinya, “sekarang ayo kita makan malam. Biar aku yang akan memasak kali ini.”

Mata Hinata memancarkan aura berbinar-binar senang, “Aku ingin makan tempura!”

“Baiklah. Aku akan memasak yang banyak untukmu, tapi kau harus menghabiskannya dan jangan sisakan satupun, oke?”

“Aye-aye, kapten Tsukishima!” Hinata memberikan hormat ala-ala bajak laut, sedangkan Tsukishima hanya tertawa kecil.

Fin.

Thursday, 7 December 2023.

𝗦𝗨𝗡𝗦𝗛𝗜𝗡𝗘 & 𝗠𝗢𝗢𝗡𝗟𝗜𝗚𝗛𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang