7. REGRET

148 11 4
                                    

Warn: Typo bertebaran, OOC, Menggunakan bahasa Baku/Non-Baku

Happy Reading~

.

.

.


Kageyama Tobio sedari tadi terus menatap khawatir sang kekasih. Pasalnya sejak awal mereka keluar jalan-jalan, wajah Hinata terus menunjukkan raut murung dan hal itu membuat Kageyama sedikit merasa cemas.

“Apa kau baik-baik saja, sayang?” Tanya Kageyama dengan penuh kekhawatiran.

“Ah, tidak. Aku tidak apa-apa..”

“Apa kau tidak suka aku ajak jalan-jalan hari ini?” Kageyama bertanya lagi dengan lembut.

Hinata yang takut Kageyama salah paham dengan cepat menjawab, “Bukan begitu! Hanya saja mood-ku sedang tidak bagus sekarang..”

“Apa kau sedang datang bulan ya?” Ujar Kageyama dengan asal dan reflek Hinata langsung memukul pelan bahunya.

“Jangan bercanda! Aku ini laki-laki, bodoh!”

Kageyama terkekeh pelan, “Ya, maaf. Soalnya daritadi suasana sangat canggung, makanya aku memutuskan untuk mencairkan suasana.”

“Tapi kau tidak perlu sampai menyimpulkan kalau aku sedang datang bulan! Perkataanmu barusan tadi sangatlah tidak masuk akal!”

“Ya sudah, kalau begitu ayo kita beli es krim. Itu akan membantumu untuk menaikkan mood.”

Hinata menangangguk, “Hm, baiklah.”

Saat akan pergi ke stand es krim, sekilas Hinata melihat bayang-bayang seorang pria jangkung bersurai blonde. Hinata mengucek kedua matanya, dia melihat ke arah depan lagi dan benar saja bayang-bayang itu menghilang.

“Kau kenapa, Shoyou?” Tanya Kageyama yang merasa aneh dengan tingkah kekasihnya.

“Tidak! Tidak ada!” Hinata perlahan-lahan mulai mundur, “Maaf, Tobio. Tapi bisakah kau pergi ke toko es krimnya sendiri? Mendadak aku merasa ingin pergi ke toilet.”

“Baiklah, temui aku di sini lagi nanti.”

Hinata mengangguk, kemudian melesat pergi menuju ke toilet. Hinata mendadak menjadi pusing ketika melihat bayang-bayang yang sangat mirip dengan seseorang.

Hinata melihat dirinya di depan cermin, Hinata menghela napas, “Huh, aku ingin pulang..”

“Shoyou.” Panggil seseorang yang suaranya terdengar tidak asing bagi Hinata.

Hinata yang merasa dipanggil langsung menoleh ke arah sumber suara. Dan berapa terkejutnya Hinata ketika melihat seseorang yang saat ini berdiri di hadapannya.

“Ke-, maksudku Tsukishima..?!”

“Kebetulan sekali kita bertemu di sini,” Tsukishima tersenyum lembut pada Hinata, “bagaimana kabarmu? Apa selama ini kau baik-baik saja tanpaku?”

“Tentu saja!” Hinata membuang muka.

“Apa yang kau lakukan di sini?” Tsukishima bertanya lagi kepada Hinata.

“Itu bukan urusanmu.”

Tsukishima berusaha menahan tawa, “Dasar, kau ini masih terlihat lucu seperti dulu ya.”

Hinata yang mulai merasa tidak nyaman mencoba untuk pergi. Entah mengapa melihat Tsukishima tersenyum tanpa beban sedikitpun membuat hatinya merasa sangat sesak.

“Maaf, aku harus pergi sekarang.”

“Tunggu!” Baru selangkah Hinata berjalan, tiba-tiba tangan Tsukishima menahannya supaya tidak pergi. Namun, buru-buru Hinata segera menepisnya.

“Jangan sentuh aku dan cepat bicaralah!”

“Maaf, Shoyou. Aku hanya ingin meminta maaf padamu tentang kejadian waktu itu. Aku minta maaf karena telah membuatmu kecewa karena kesalahpahamanku. Jadi, tidak bisakah kau memberikanku kesempatan kedua untuk memulai semuanya dari awal lagi?”

“Tidak.” Hinata menunduk, “Tidak bisa!”

“Kenapa, sho? Apakah kau sudah tidak mencintaiku lagi? Secepat itukah kau melupakanku?”

“Justru aku yang seharusnya bertanya seperti itu padamu, Tsukishima! Lagipula ini semua tidak akan terjadi jika kau mau mendengarkan penjelasanku sebelum mengambil keputusan!” Ujar Hinata sedikit membentak.

“Shoyou, aku-”

“JANGAN SENTUH AKU!” Teriak Hinata dengan air mata yang mulai mengalir, “Aku ingatkan sekali lagi, sekarang kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dan aku sudah mempunyai kekasih. Jadi jangan pernah untuk mencoba mendekatiku lagi.”

“Tapi, Shoyou-”

“Maaf, tapi aku harus pergi sekarang. Kekasihku pasti sudah menunggu lama,” Hinata kembali berbalik dan tersenyum pahit, “Senang bertemu denganmu. Aku harap selanjutnya kita tidak akan pernah bertemu lagi.”

Hinata pun beranjak pergi meninggalkan Tsukishima yang hanya terdiam mematung.

“Kau darimana saja, sayang? Aku sangat mencemaskanmu.” Ujar Kageyama kepada Hinata.

“Maaf, Tobio. Tadi aku terjebak karena kehabisan tisu toilet. Untungnya ada orang baik yang datang membawakan tisu.”

“Sungguh?” Kageyama menatap Hinata khawatir, “Seharusnya kau menelponku dan meminta tolong padaku”

“Tidak apa, sayang. Aku tidak ingin merepotkanmu. Oh iya, apa kau sudah membeli es krim?”

“Sudah, Ini dia.” Kageyama menunjukkan kantong kresek hitam yang dia bawa.

“Bagus! Bagaimana kalau setelah ini kita pergi ke Sakanoshita? Aku ingin membeli bakpao daging sekaligus bertemu Ukai-san.”

Kageyama mengangguk, “Baiklah, Shoyou.”

“Ngomong-ngomong, shoyou.”

Perkataan Kageyama barusan membuat Hinata menghentikan langkahnya, “Ada apa?”

“Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu dariku, kan?” Tanya Kageyama memastikan.

“Apa? Tentu saja tidak. Apa yang perlu aku sembunyikan darimu, Tobio.”

“Ah, begitu,” Kageyama menghela bernapas lega, “memang tidak ada yang perlu aku khawatirkan, aku percaya padamu, Shoyou.”

‘Maafkan aku, Tobio. Aku tidak bisa mengatakan yang sejujurnya padamu, tapi aku akan berusaha untuk lebih terbuka padamu ke depannya, terimakasih..’ Gumam Hinata di dalam batin.

Fin.

Sunday, 10 March 2024.

𝗦𝗨𝗡𝗦𝗛𝗜𝗡𝗘 & 𝗠𝗢𝗢𝗡𝗟𝗜𝗚𝗛𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang