2. OLD FRIENDS

312 19 2
                                    

Warn: Typo, OOC, Menggunakan bahasa Baku/Non-Baku

Happy Reading~

.

.

.

Di suatu sore, Tsukishima sedang dalam perjalanan pulang setelah selesai dari acara reuni dengan teman SMA-nya. Tiba-tiba ia merasa haus, Tsukishima pun memutuskan untuk mampir ke sebuah toko bernama Sakanoshita, tempat yang dulu sering dia kunjungi bersama dengan rekan-rekan volinya.

“Irasshaimase. Oh, Tsukishima!” Sapa sang owner toko tersebut yang kebetulan juga adalah mantan coach volinya waktu SMA, Ukai Keishin.

“Konnichiwa, Ukai-san. Lama tidak berjumpa.” Tsukishima menyapa balik sang mantan coach.

“Haha, sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihatmu. Bagaimana kabarmu sekarang? Aku lihat-lihat kau semakin menjulang tinggi saja.”

“Aku baik. Ukai-san sendiri apa kabar?” Tanya Tsukishima juga ikut berbasa-basi sambil memilih beberapa minuman di kulkas.

“Aku juga sama. Tapi aku sedikit kesepian sejak aku harus cuti beberapa minggu dari melatih anak-anak Karasuno karena cedera di kakiku.”

“Semoga cepat sembuh, Ukai-san.”

“Apa kau kuliah sekarang? Kau masih tetap bermain voli, kan?" Tanya Ukai yang merasa penasaran dengan kehidupan mantan anak didiknya itu.

“Iya, saat ini aku sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas di kota Tokyo dan mengambil jurusan Kedokteran. Kalau soal voli, tentu saja aku masih tetap bermain, voli tidak akan pernah hilang dari lubuk hati.”

“Memang benar sih, tapi..” Ukai tersenyum ahil, “Bukankah di lubuk hatimu yang paling dalam sudah ada seseorang selain voli?”

Mendengar ucapan sang mantan coach membuat wajah Tsukishima merona. Alhasil tawa Ukai pecah ketika melihat ekspresi wajah Tsukishima yang malu-malu.

“Tentu saja ada, dan juga berhenti menatapku seperti itu Ukai-san! Daripada terus meledekku lebih baik Ukai-san sendiri cepat-cepat segera cari pasangan. Kelamaan single itu tidak baik, ingat umur Ukai-san sudah kepala 3.”

Ukai menggebrak meja dengan sedikit kasar, “Hey! Apa maksudmu berkata seperti itu dasar anak kurang ajar!” Ujar Ukai tidak terima.

“Siapa suruh Ukai-san memancing emosi lebih dulu!” Sahut Tsukishima juga tidak mau kalah.

“Dasar, sifatmu sama sekali belum berubah.”

Tsukishima terkekeh pelan, “Tentu saja, Ukai-san. Kalau aku berubah, belum tentu dia akan menerima diriku yang sekarang.”

Setelah membayar dan cukup lama mengobrol, Tsukishima akhirnya memutuskan untuk pulang. Tsukishima tidak ingin membuat seseorang di apartemennya menunggu kepulangan dirinya lebih lama.

Namun siapa sangka baru selangkah dirinya berjalan keluar dari Sakanoshita, Tsukishima malah bertemu dengan salah satu teman sekaligus rekan volinya saat SMA. Pria yang terkenal dengan sebutan Ao-Sama’, tak lain dan tak bukan adalah Kageyama Tobio si raja egois.

“Oi, Tsukishima!” Panggil Kageyama.

“Wah, lama tidak bertemu denganmu, Ao-sama. Siapa sangka kita akan bertemu di sini. Apa yang kau lakukan di Miyagi?”

“Aku sedang ambil cuti seminggu karena Ibuku sakit. Kau sendiri? Apa yang kau lakukan di Miyagi? Bukankah kau seharusnya berada di Tokyo sekarang?” Kageyama bertanya balik.

“Aku hanya datang berkunjung sekaligus ikut acara reuni dengan mantan teman kelasku.”

“Bagaimana kabarmu? Apa kuliahmu lancar?”

“Seperti yang kau lihat dan kuliahku juga lancar-lancar saja.” Jawab Tsukishima singkat.

“Kudengar sebentar lagi kau akan segera lulus dalam hitungan bulan, apa setelah ini kau akan kembali melanjutkan pendidikan S2?”

Tsukishima mengangguk, “Begitulah, aku akan mengambil S2 dan S3 untuk melanjutkan pendidikanku dan mendapat gelar dokter.”

“Lalu bagaimana dengan voli?”

“Aku masih akan tetap bermain.”

“Ngomong-ngomong bagaimana dengan klub Schweiden? Apakah menyenangkan bisa satu tim bersama si Sapijima dan si Camar Cebol?” Kali ini giliran Tsukishima yang bertanya.

“Apa maksudmu mengatai mereka tidak sopan begitu!” Kageyama menatap kesal, “Dasar, sikap tukang roastingmu masih tetap sama walau sekarang umurmu sudah hampir 23 tahun.”

“Aku sama sekali tidak merasa pernah meroasting orang.” Jawab Tsukishima dengan tampang watados-nya.

“Aku jadi khawatir pada Hinata, apa setiap hari kau terus meroastingnya seperti ini?”

“Tentu saja, tapi dia tidak pernah masalah dengan hal itu,” Tsukishima menyengir seakan mengejek Kageyama, “kenapa sekarang kau tiba-tiba membahas Shoyou? Jangan bilang jika kau masih belum bisa melupakannya?”

“T-tentu saja tidak!” Sanggahnya dengan cepat.

“Sudahlah, Ao-sama. Shoyou sekarang sudah sepenuhnya menjadi milikku. Maaf karena telah merebutnya darimu, Ups!” Tsukishima tersenyum licik membuat Kageyama semakin merasa kesal.

Tsukishima beranjak pergi, “Jaa nee, Ao-sama. Aku pulang duluan, Shoyou pasti sudah lama menungguku di rumah.”

Kageyama mengepal tangannya, “Ck, sialan!”

*    *    *

“Tadaima!” Teriak Tsukishima berjalan masuk.

“Sayang!” Hinata berlari keluar untuk menyambut kedatangan Tsukishima, “Kau akhirnya pulang juga. Kenapa kau lama sekali? Bukankah kau bilang padaku akan pulang paling lambat pukul 6 sore, sekarang sudah pukul 7 malam. Kau darimana saja?”

“Maaf, tadi aku bertemu teman lama saat dalam perjalanan pulang. Jadi kami mengobrol sebentar.” Jawab Tsukishima dengan santai.

“Siapa? Yamaguchi?”

“Kau tidak perlu tau siapa dia tetapi yang jelas kau sangat mengenal orangnya.”

“Baiklah, jika kau tidak mau memberitahuku. Ngomong-ngomong apa kau ingin makan malam lagi? Tadi aku ada memasak kari.”

“Aku akan makan lagi. Tapi kau juga harus ikut makan, aku tidak ingin makan sendirian.”

Hinata mengangguk, “Baiklah, Kei.”

Malam itu tercipta suasana hangat yang jarang sekali terjadi, kesibukan mereka sebelumnya dilupakan sejenak demi menghabiskan waktu bersama dengan nyaman.

Tsukishima tidak menceritakan apapun tentang dirinya yang bertemu dengan Kageyama pada Hinata. Karena mau bagaimanapun juga fakta mengenai Hinata adalah mantan Kageyama tidak dapat dipungkiri dalam hidup Tsukishima.

Fin.

Saturday, 2 December 2023.

𝐒𝐔𝐍𝐒𝐇𝐈𝐍𝐄 & 𝐌𝐎𝐎𝐍𝐋𝐈𝐆𝐇𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang