Chapter 9 : Brengsek!

1.2K 83 5
                                    

"Jadi, Liam berniat mendekati Jill?" Jane mengangguk menjawab pertanyaan Andrew. Ia meraih seatbelt sebelum mobil yang Andrew kendarai meninggalkan parkiran restoran.

Makan malam yang direncanakan oleh Liam dan Jane memang terjadi. Tetapi, tidak ada respons positif dari Jill jika ia tertarik pada Liam. Ini bukan pertama kalinya Jill bersikap tak peduli. Ia memang terlalu cuek dengan laki-laki lain.

"Kelihatannya Jill tidak tertarik." Jane mengangguk lagi.

"Kita semua tahu jika Jill hanya menyukai West Wilton." Andrew tentu tahu mengenai itu. West merupakan salah satu teman dekatnya. Andrew, West, Sean, dan Noah merupakan teman dekat sejak SMA. Tanpa sengaja mereka semua bertemu di rumah Parker setelah mereka pulang sekolah.

"Jill terlalu gigih." Cemooh Andrew kemudian. West Wilton bukan laki-laki bodoh. West tahu jika Jill menyukainya. Namun, West bersikap seolah ia tak tahu apa-apa. Lagi-lagi, hubungan di antara mereka semua selalu berputar. West terus menganggap Jill adiknya karena mereka saling kenal sejak kecil. Tidak mudah keluar dari hubungan ini.  "Omong-omong, aku ingin membicarakan perihal kontrak kita. Pernikahan kita."

Helaan nafas Jane terdengar. Usaha keras Jane melupakan kontrak itu hanyalah sia-sia. Andrew sendiri rupanya tidak pernah lupa akan kontrak itu. Jane pikir, mengajak Andrew makan malam dapat membuatnya melupakan kontrak sialan itu. 

"Apa yang kamu mau dari pernikahan ini?" Jane menoleh memandangi laki-laki itu. Ia sibuk menyetir hingga hanya sesekali menoleh menatapnya. 

"Seorang istri." Jawaban singkatnya membuat Jane seakan berpikir, istri seperti apa yang dibutuhkannya?

"Bagaimana denganmu?" tambah Andrew. 

"Biarkan keluargaku mengambil alih saham Kento. Serta..." Jane sempat ragu untuk membicarakan hal ini. Tetapi, sekali lagi ia berusaha meyakininya kalau ini keputusan terbaiknya. "...jangan ikut campur mengurus Clark Corporation." 

Laki-laki itu mengangguk, ia fokus menyetir menuju gedung tempat keduanya tinggal. Jane mengamati wajah yang tak muncul dua minggu terakhir. Tidak ada yang berbeda, ia tetaplah tampan seperti hari-hari yang lain. 

"Apa ada permintaan lain?" tanya Andrew lagi. 

"Jangan coba-coba menghapus produk Skincare & Make Up yang jadi tanggung jawabku." pembicaraan keduanya semakin dingin. Jane tahu kalau Andrew bisa membuat ia jadi seorang pengangguran dalam sekejab. 

Cuma ini satu-satunya harapan yang bisa Jane lakukan. 

"Kenapa kamu ingin mempertahankan divisi itu? Bukankah divisi itu sudah keluar dari visi misi Clark Corporation sendiri?" 

"Memang, tapi awalnya divisi ini memang akan dibangun. Sayangnya, Mama meninggal sebelum Papa meresmikan visi misi yang baru." ujar Naina kemudian. 

"Oh," Andrew menatapku dengan tatapan menyesalnya. "Aku menyesal menanyakan hal ini." 

Jane melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Keduanya cukup lama menghabiskan waktu untuk makan malam hingga tak sadar mereka cukup lama mengobrol. 

Langit telah menggelap dan semua orang siap pulang ke rumah masing-masing. Sama halnya dengan Jane dan Andrew. Keduanya akan pulang ke sebuah tower apartemen tempat mereka tinggal, The Cinnamon.

Mobil ini memasuki komplek apartemen dengan beberapa gedung di dalamnya. Andrew memasuki area parkir The Cinnamon di basement gedung. Keduanya tak banyak bicara karena sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. 

Jane teringat jika tugasnya adalah menunda pernikahan ini selambat-lambatnya hingga Om Richard bisa menguasai saham Kento. Oleh karena itu, Jane harus bernegosiasi dengan baik supaya Andrew tak curiga dengannya. 

Games With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang