"Sinting!" Jane melotot mendapati pesan yang dikirimkan salah satu staf manajemen gedung. Tunggu sebentar. Jane yakin sekali jika tahun lalu tunggakannya tidak sebanyak tahun ini.
"Ada apa?" Bian duduk di hadapan Jane. Ia memakan potongan ayam lalu memandangi Jane yang berdecak kesal.
"Andrew cari masalah denganku." kesalnya. Jane kembali melahap makanannya sebelum ia menyerahkan ponselnya supaya Bian bisa membacanya. "Tahun lalu nggak semahal ini!"
"Naik berapa persen?"
"Seratus persen!" ujarnya.
Jane menyandarkan punggungnya di punggung kursi. Rumah makan ayam goreng kesukaan mereka tidak seramai biasanya. Wajar, sudah cukup malam. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Masih ada satu jam sebelum rumah makan ini tutup.
"Kamu marah sekali sepertinya, Jane."
"Aku memang benar-benar marah, Bian." keluh perempuan itu. "Beberapa minggu yang lalu, aku sempat mendatangi penthouse Andrew untuk—"
"Kamu datang ke penthouse-nya?" Ia kebingungan. Tetapi, Bian kembali bicara lagi. "Tunggu, aku tidak paham dengan apa yang kamu bicarakan. Bagaimana kamu tahu penthouse Andrew?"
"Naina memberitahuku. Unfortunately, sekarang Andrew adalah pemilik gedung yang baru. Dia mengelola semua urusan gedung yang aku tinggali sekarang."
"Bagus, dong."
"Bagus? Kurasa, Andrew memang berniat memancing kemarahanku, Bian. Sekarang, aku bertanya-tanya, apa alasannya tiba-tiba pindah ke gedung yang sama denganku?" protes Jane.
"Karena The Cinnamon salah satu gedung apartment paling mewah?"
"Bisa jadi, tapi kurasa dia memang sengaja ingin mempermainkan aku."
"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Bian menatap Jane lurus. Ia sebenarnya bingung. Di satu sisi, Jane terlihat meyakinkan. Tetapi, di satu sisi, Bian tidak bisa membaca gerak-gerik Andrew.
"Karena aku tahu Andrew sejak aku berusia dua belas tahun. Andrew sama sekali tidak terlihat tertarik padaku. Aku tahu betul laki-laki seperti apa Andrew. Jadi, aku yakin sekali dia sama sekali tidak tertarik padaku."
"Wow, kamu mengamati dia dengan baik, Jane." dahi Jane berkerut, mempertanyakan maksud kakak sepupunya itu. "Kamu jadi terlihat cocok dengan Andrew."
"Tutup mulutmu, sialan!"
****
"Dia memperkenalkan sepupunya?"
"Ya, katanya lulusan Harvard."
Jane pikir memperkenalkan beberapa orang temannya, akan mengubah keputusan Andrew. Tapi, itu tidak sama sekali berarti. Andrew tetap sepakat dengan keputusannya. Ia akan mengikat Jane dengan pertunangan.
"Dia tidak suka ide ini, Andrew." Clayton bicara terus terang. "Seperti yang aku katakan beberapa bulan yang lalu, Jane pasti tidak akan suka ide ini. Walaupun kita membutuhkan Jane sebagai jembatan untuk melemahkan Richard, nampaknya Jane lebih berpihak kepada keluarga besarnya. Kamu seakan terlihat sebagai seorang antagonis di dalam hidupnya."
"Tidak akan semenyeramkan itu, Jane tidak akan berani macam-macan." Ungkapnya tenang.
"Kamu pikir, dia akan diam saja? Pasti dia akan merencanakan hal gila."
"Menurutmu, hal gila apa yang akan direncanakan perempuan itu? Apa dia mungkin akan membunuhku?"
"Tentu saja tidak separah itu. Mungkin ia akan kabur, atau menolakmu mentah-mentah." Clayton meneguk kopi hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Games With Love
ChickLitAndrew penasaran dengan Jeanne Clark-teman adiknya. Ia pikir rasa penasaran itu akan usai ketika ia memutuskan mengenalnya lebih dekat. Tetapi, ternyata tidak sesederhana yang ia pikirkan. Games With Love | The Alexandria #1