Prolog

233 63 97
                                    

Malam itu merupakan hari terakhir pameran. Tepat pukul 20.00 WIB gedung galeri seni ditutup. Lampu-lampu mulai dipadamkan. Sorak-sorai dan decak kagum menjadi hening seketika. Lima hari ini sukses dan penuh pengunjung. Seniman muda yang baru saja menjadi bintang di acaranya terpaku di depan pintu. Jemarinya sibuk menggulir salah satu artikel di internet. Salah satu kritikus seni terkemuka—Thalia Fann—menyampaikan pandangannya secara tajam terhadap karya-karya seniman Miira. Ia menyebutnya 'suram' dan mencerminkan kehidupan yang begitu kelabu. Karya-karya Miira, yang selama ini dianggap sebagai goresan ungkapan seni, mendadak berubah bak gambaran tragis hidupnya. Pengalaman pahit, luka-luka yang kian menganga, masa lalu kejam nan pedih tergambar begitu jelas di atas sapuan kanvas.

Seniman muda tersebut menatap tanpa ekspresi terhadap kritikan yang dilayangkan padanya. Ia bagaikan manusia tiada emosi, menyiratkan bahwa ia sudah terbiasa dengan hal itu. Membaca setiap kata, acuh tak acuh, dan percaya bahwasanya kalimat tersebut tak akan mencemari nama baiknya. Sandiwara yang selama ini mendarah daging selalu apik menutupi hatinya yang robek. Ironinya, kepura-puraan ini dirasa aman seraya bersembunyi di balik tembok imajinasi, melangkah jauh dari dunia nyata dan menciptakan dunia abstrak kian dalam. Berseberangan dengan yang terlihat, seniman muda itu mengamini atas apa yang disampaikan sang kritikus terhadap karya-karyanya. Ia 'kelepasan' mencampurkan palet warna antara angan, asa, dan perasaan yang tengah berkecamuk di dalam dada. Kanvas-kanvasnya cacat, meski tanpa maksud. Setiap gradasi yang tengah ia gambarkan, tanpa sengaja melukis perjuangannya mengarungi hitam-putih kehidupan. Tak apa, hari ini akan berlalu dan esok orang-orang melupakan perihal apa-apa yang baru saja terjadi.

Seniman muda itu bergegas pergi, menanggalkan perasaan-perasaan rumit yang terus ia enyahkan sepenuh hati. Pameran Seni Tunggal Karya Miira, begitulah yang tertera di atas spanduk. Ini merupakan pameran seni perdananya. Miira, sang seniman muda yang baru saja berkilau namanya.



December 10th, 2023

ColouringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang