"Hai, namaku Safir," ucap pria bersurai dark ash blue seraya menyunggingkan senyum. Army menatap tak minat pada uluran tangan yang diberikan pria di hadapannya. Ia merasa enggan membalasnya, terlebih pria itu mengingatkan Army pada mimpi buruk yang selalu menghantui. Menghancurkan mood saja!
"Ada perlu apa?" Army memilih mengabaikan uluran tangan Safir. Ia ingin segera pergi dari kampus dan kembali ke rusunami miliknya. Hari ini cukup melelahkan. Ia baru saja menyelesaikan lukisan keempatnya untuk pameran yang akan diadakan beberapa minggu lagi, namun berkat Safir yang tiba-tiba menghampiri, juga basa-basi ingin berkenalan, lukisan Army rusak seketika. Ya Tuhan, pria ini menghancurkan lukisan indahku! Rasanya ingin mencabik-cabik rupa Safir. Pria itu mendadak menyapa di sebelahnya ketika ia tengah fokus menyelesaikan lukisannya. Tinggal langkah terakhir, lalu kemudian selesai. Seharusnya seperti itu, jika saja Safir tidak mengejutkan dirinya hingga merusak kanvas penuh warna yang telah ia tekuni beberapa waktu lalu.
"Aku hanya ingin berkenalan denganmu, apa itu salah?" Safir masih saja mengulas senyum di bibirnya.
"Lalu?" Army menatap tajam ke arah pria di hadapannya, "Kau sudah mengetahui namaku, untuk apa basa-basi berkenalan lagi?" ketusnya kemudian.
"Anggap saja perkenalan secara resmi," balas Safir. Tangannya mengusap tengkuk meski tak merasa gatal di sana. Mengapa tanggapannya negatif begitu? Rasa-rasanya aku seperti orang jahat saja. Dapat Safir lihat bagaimana Army yang melayangkan tatapan tajam serta gerak-gerik tak nyaman.
"Oke, aku minta maaf sekali lagi menjadi penyebab rusaknya lukisanmu. Lain kali aku tidak akan mengulangi hal bodoh itu," Safir mengatupkan kedua tangan di depan dada, bak memohon ampun atas segala kesalahannya. Army mendengus melihatnya. Ia menganggukkan kepala, kemudian berlalu meninggalkan Safir sendiri di ruang lukis. Benar adanya, ia sama saja dengan laki-laki yang pernah kutemui. Sial, aku harus menghindarinya!
Bukan tanpa alasan, tapi Army benar-benar muak harus bertemu dengan pria yang nantinya akan mengingatkan dirinya pada memori kelam di masa lampau. Ditambah lagi hancurnya lukisan yang hampir Army selesaikan tadi karena kehadiran Safir. Belum berkenalan saja sudah merepotkan seperti itu, bagaimana jika masuk dalam kehidupannya? Army menggelengkan kepala membayangkan hal tersebut terjadi, jangan sampai hal itu benar terjadi nantinya! Lukisan yang hancur saja sudah merusak suasana, apalagi jika ia benar-benar menjadi kawan Army, rasanya seperti kiamat di depan mata. Anggaplah berlebihan, namun siapa tahu?
Army menghela napas kasar. Mencoba mengurangi rasa kesal di hati. Lukisan tadi hampir 'cacat' jika Army tak langsung memutar otak mengganti warna dan tema lukisannya. Yang sebelumnya penuh warna, mengusung tema terkait lucid dream, kemudian berubah menjadi lukisan abstrak hitam abu-abu. Ia tersenyum tipis mengingat peristiwa beberapa waktu lalu. Sejujurnya ia tak terlalu marah, justru menggelikan melihat ekspresi terkejut sekaligus ketakutan yang tercetak jelas di wajah pria bersurai dark ash gray tersebut. Menikmati pemandangan yang tertangkap dalam netranya, Army sengaja menampilkan wajah kesal dan marah. Ia ingin berlama-lama menikmati perasaan 'geli' yang akhir-akhir ini jarang menyapa dalam hati. Tangannya mengusap wajah keras-keras tatkala suasana mencekam akibat kilas masa lalu berdatangan di dalam kepala.
"Eh, aku tak bermaksud." Kelebatan peristiwa beberapa waktu lalu datang tanpa dipinta. Menenggelamkan kilasan-kilasan mencekam yang sempat menyapa.
"Maafkan aku. Aku benar-benar tak sengaja." Army tersenyum kecil. Haha... biarkan ingatan ini mendominasi hingga beberapa waktu ke depan. Seraya melangkahkan kaki, Army meninggalkan kampusnya. Ia perlu beristirahat dengan perasaan yang cukup baik. Ini merupakan kemajuan yang baik. Semoga tetap seperti ini seterusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colouring
Teen FictionWarna-warni kisah hidup membentang luas di atas kanvas tak terbatas, dihiasi oleh sapuan waktu membentuk pola unik nan rumit. Terkadang kita menjadi seorang seniman yang berjiwa bebas, melepaskan angan dan asa dalam palet emosi yang penuh nuansa. Ke...